18. Flashback

2.7K 433 57
                                    

Throwback

Bae Yoo Jin memasuki ruangan dengan raut wajah yang suram. Pasca mengetahui puterinya hamil di luar nikah dan masih dalam pendidikan, pria paruh baya itu merasa terpukul sekali. Bae Yoo Jin merasa dirinya gagal dalam menjaga sang putri. Menjaga berlian yang paling di sayanginya.

Yoo Jin membawa tangan kanannya bertumpu pada dahinya, isak tangis sang anak kian membuatnya merasa bersalah karena hilang kendali beberapa saat yang lalu. Sungguh, pria itu bahkan tidak mengira kalau tangan kanannya sudah melayang dan bersentuhan dengan kulit pipi puterinya. Menamparnya.
Tangisan sang istri pun semakin membuat Yoo Jin merasa bersalah.

Jadi, yang dilakukannya keesokan pagi itu adalah mendatangi kediaman keluarga Kim.

Yoo Jin tahu, mereka sedang berduka karena kehilangan orang yang mereka cintai, tapi puterinya juga butuh kepastian.

"Jin-ah, apa yang membawamu pagi-pagi sekali kemari?" ujar pria yang lebih tua dari Yoo Jin.

Yoo Jin menatap pria yang begitu di hormatinya itu dengan pandangan sendu. Kim Min Shin, kakek dari Ayah dari anak yang di kandung Suzy.
Yoo Jin telah berhutang banyak dengan pria didepannya ini saat dirinya masih muda dulu. Kim Min Shin sudah dianggap Yoo Jin sebagai ayah angkatnya karena bantuan-bantuan tak terkira beliau lah yang akhirnya membuat Yoo Jin berhasil menyelesaikan studinya dan memiliki perusahaan sendiri.

Kim Min Shin hadir seperti penyejuk yang dikirimkan Tuhan untuknya. Di saat Yoo Jin kebingungan karena harus membayar tunggakan-tunggakan di universitas maupun di tempatnya menginap, pria paruh baya itu datang dan menawarkan kehidupan untuknya. Memberi sebuah pekerjaan part time untuk Yoo Jin pada bagian staff IT di perusahaan milik lelaki itu.

Karena itulah, Yoo Jin langsung mengizinkan Myungsoo mendekati puterinya. Tanpa banyak bertanya lagi. Dan sekarang, bagaimana cara Yoo Jin mengatakan apa yang telah di perbuat anaknya dan cucu dari Tuan Kim itu?

Yoo Jin duduk pada kursi yang berhadapan dengan Pak Kim. Dia menyayangi Suzy, tapi dia juga menyayangi Ayah angkatnya ini. Tanpa beliau, Yoo Jin tidak akan seperti sekarang. Yoo Jin juga tahu kalau Pak Kim memiliki riwayat jantung, Meski tidak di kategorikan dalam keadaan parah, tetap saja pria tua itu tidak boleh terlalu terkejut.

Jadi, bagaimanapun, Yoo Jin harus memberitahu hal yang memang harus diberitahu itu namun jangan sampai membuat Ayah angkatnya itu terlalu memikirkan yang akhirnya berdampak fatal.

"Kedatangan saya kemari selain turut mengucapkan berbelasungkawa atas kejadian yang menimpa Kim Tae Hee dan Kim Na Jia yang sudah saya anggap sebagai kakak saya sendiri, saya juga ingin..." ucapan Yoo Jin terputus karena pria tua didepannya mengunterupsi sambil berkelakar, "Apa ada sesuatu yang telah terjadi, Jin-ah? Kau selalu berbicara dengan bahasa formal padaku kalau kau sedang dalam banyak fikiran. Ada apa?"

Yoo Jin kemudian meluruhkan kedua lututnya ke lantai. Tangannya merepal di depan dada.

"Maafkan aku, Ayah. Aku telah lalai menjaga mereka." ucapnya lirih. Bening air mata terlihat pada pelupuk mata Yoojin, tetapi jelas itu jenis air mata yang bukan menetes meluruh membasahi pipinya, namun adalah jenis air mata yang tetap tinggal disana dan menguap menghilang.

Kim Min Shin langsung menegak dari duduk santainya. Sesuatu telah terjadi, dan firasat tuanya mengatakan pasti cucu kesayangannya telah berbuat melewati batas.

"Apa itu, Jin-ah?"

Yoo Jin menghela napasnya sesaat, "Puteriku hamil, Ayah."

Tidak perlu kalimat selanjutnya untuk membuat pria tua itu paham akan apa maksud dari pembicaraan ini.

Astaga, kelakuan cucunya, Kim Myungsoo, begitu menurun dari kelakukannya dulu. Ia sangka, kelakuan nakalnya di masa lalu tidak akan menurun karena terbukti kalau anak pertama dan keduanya berhasil dalam pendidikan mereka dan sukses di usia muda. Begitu mirip dengan Ibu mereka, istrinya.

Tidak ada pembicaraan setelahnya. Yoo Jin tahu tidak seharusnya pembicaraan ini muncul tepat sehari setelah kedua kakak angkatnya di makamkan. Tetapi, kehamilan puterinya tidak bisa di tunda dan tidak akan bisa di sesalkan.

Tangannya terkepal memikirkan itu. Baru saja ia hendak bersuara, Kim Min Shin lebih dulu berbicara, "Kau tahu aku dan Tae Hee sudah memiliki rencana masa depan untuk Myungsoo dan juga puterimu."

Yoo Jin mendongak, "Y-ya?"

Pria tua itu mengangguk. "Aku ingin menikahkan cucuku dengan puterimu. Tapi tidak sekarang, Jin-ah." Kim Min Shin menatap Yoo Jin dengan senyuman tenang, kemudian matanya menerawang ke langit-langit. "Myungsoo perlu belajar soal bisnis supaya kelak, saat Ayahnya sudah tidak ada, Li Zhang tetap berdiri dengan gagahnya di tengah persaingan global. Aku dan Tae Hee berencana memberikan pendidikan bisnis kepada anak nakal itu, kemudian menikahkan Myungsoo dengan Suzy. Tapi, tentu saja kecelakaan yang menimpa kedua anakku di luar rencana yang telah disusun rapi oleh kami." sambungnya, ada nada sedih menyelaput dalam suaranya.

Yoo Jin berdiri, kemudian melangkah mengitari meja untuk merengkuh tubuh tua itu ke dalam pelukan sebagai penenang pada jiwa yang sedang kehilangan.

"Apa yang harus aku lakukan, Ayah?"

"Jangan membenci aku, Myungsoo apalagi puterimu, Jin-ah."

"Aku tidak mungkin membenci Ayah." sergah Yoo Jin cepat.

Pria tua itu tersenyum, "Kau mau melakukan rencanaku?"

Yoo Jin menatap dengan pandangan bertanya kemudian menyuarakan apa yang bergelayut di benaknya.

Perkataan Ayah angkatnya sungguh di luar kedali namun harus Yoo Jin akui itu merupakan jalan terbaik. Suzy dan Myungsoo belum cukup dewasa untuk singgah dalam dunia pernikahan. Ia tidak ingin keegoisan masa muda kedua anak itu yang nantinya malah merenggut kebahagiaan janin yang pastinya--pada saat itu--sudah bermetamorfosis menjadi bayi yang menggemaskan. Karenanya, Yoo Jin mengangguk atas pemikiran itu kemudian melajukan mobilnya keluar gerbang rumah mewah itu menuju pulang.

"Aku akan membawa Myungsoo ke Beijing. Orang-orang ku disana akan mengajarinya bagaimana menjadi pembisnis yang handal. Kita harus memisahkan keduanya, Jin-ah. Hanya sesaat, sampai mereka bisa berdiri sendiri ditengah badai. Kemudian ketika waktunya tiba, kita akan membiarkan mereka bertemu kembali dan menikahkannya."

***

The Phenylethylamine Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang