11

3.5K 522 65
                                    

"Kau tidak bisa melakukan ini padaku, Jazz-ah!" suara milik seorang perempuan bergetar kala mengatakan itu. Kedua matanya memerah dan sebentar lagi pasti cairan bening akan keluar dari dalamnya.

"Mengapa?" Kening Jasper berkerut.

Satu wanita yang diputuskannya tepat tiga menit yang lalu itu menatap Jasper dengan pandangan terluka. Menahan gemuruh kesakitan didalam dirinya. Jasper adalah cinta pertamanya, sampai sekarang. Tetapi lelaki itu dengan tega memutuskannya secara sepihak begini.

"Hari ini tepat perayaan 100 hari kita..."

"Jadi?" ucap Jasper santai. Kedua matanya memandang dengan bosan kearah sang mantan kekasih.

"Mwoya! Kau laki-laki brengsek!"

Jasper bangkit dari duduknya. Kemudian diraihnya ransel hitam yang berada di kursi lain. Sembari mengeluarkan beberapa lembar uang dan menaruhnya diatas meja, kedua matanya lagi-lagi menatap mata perempuan cantik didepannya.

"Sooyoung-ah, kau tahu aku kan?" ucap Jasper.

Gadis bernama Sooyoung itu mengangguk.

"Jadi, kau pasti tahu kita harus berakhir hari ini."

Sooyoung menghela napas. "Kupikir aku bisa merubahmu." butiran cair itu lolos dari matanya.

Mengalir kebagian pipi gadis itu dengan sempurna.

Jasper tersenyum. Merasa tidak enak karena kini sebagian pengunjung kafe melirik kearah mereka.

"Jangan menangis,"

Namun air mata gadis itu malah semakin deras. Jasper menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Aku akan mengantarmu ke studio musik. Kajja?" tangan kiri Jasper terulur. Namun tak juga mendapat sambutan, justru gadis berambut ikal itu menatap Jasper dengan pandangan yang masih tetap sama.

Gadis itu berdiri tanpa menyambut uluran tangan sang mantan kekasihnya tersebut, lalu melenggangkan kakinya keluar.

Jasper mengacak-acak rambutnya frustasi. Beginilah yang Jasper benci dari wanita, selalu merengek menangis karena diputuskan olehnya, tapi saat Jasper mencoba berbaik hati kepada mereka, mereka malah mengabaikan kebaikannya.

Jasper selalu berharap agar bisa menemukan wanita yang tidak membosankan seperti sosok Mom nya, kelak.

"Ahjumma, Khamsahamnida!" ucap Jasper kemudian berjalan keluar kedai tersebut.

Myungsoo, mengamati kedua remaja itu dengan senyum tertahan. Dirinya seolah tertarik kembali ke masa remajanya dulu. Lelaki remaja itu persis seperti tampilan diri Myungsoo saat remaja. Sebelum akhirnya dia bertekuk lutut dihadapan seorang Bae Suzy.

Bicara soal Bae Suzy, Myungsoo tentu saja tidak sabar untuk bertemu dengannya. Tapi, pertemuan kembali baru akan dilakukan besok siang. Hampir gila rasanya Myungsoo karena mengetahui akhirnya dia bisa menemukan sosok yang dicari-carinya selama ini. Myungsoo menahan diri bertanya dimana tempat tinggal atau alamat Suez Co. Bagi Myungsoo, menunggu selama dua hari bukan masalah, toh dirinya bahkan sudah sabar selama belasan tahun ini.

Tanpa disadari Myungsoo, kedua tungkai kakinya melangkah mengikuti anak remaja tadi. Kini jarak keduanya tidak kurang dari satu meter. Ntah mengapa, wajah anak remaja itu mengingatkan dirinya dengan seseorang. Myungsoo mengamati anak tersebut, tangannya sedang memegang ponsel tampak sedang berbicara dengan seseorang.

"Ya, Ibu. Ada apa?... Aku sedang menunggu bus, tapi tidak satupun bus terlihat... Ne, aku akan langsung menyusul Eunbi... Yes, mam!"

Dengan jarak yang dekat ditambah sepinya jalanan, Myungsoo tentu saja dapat mendengar percakapan itu dengan jelas. Sejelas dia melihat raut wajah anak remaja itu yang sepertinya mulai kesal karena bus tak kunjung datang.

The Phenylethylamine Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang