5

2.6K 390 14
                                    

"Kau meninggalkan jaketmu."

Bagus.

Hanya karena sebuah jaket ia datang pagi-pagi kesini?

Dia pasti sudah gila.

"Annyeong."

Jennie mencoba membuka matanya lebih lebar.

'Wonpil?'

Entah sejak kapan ia disitu. Berada di belakang Sehun.

'Aish Oh Sehun! Aku akan benar-benar membunuhmu.'

••

"Sudah sarapan?"

Jennie menaikkan sebelah alisnya, "Aku baru saja bangun tidur dan sekarang kau malah mengajakku ke taman untuk berbicara. Kau pikir disini ada makanan? Bukankah seharusnya kau mengajakku ke restoran?"

Wonpil tertawa. Sedangkan Jennie semakin mengerutkan keningnya heran.

"Kau belum berubah. Aku suka kau yang seperti itu. Berbicara jujur dan terbuka."

'Oke, aku menyesal mengatakan itu padanya.'

"Jenn.."

"Hm?"

"Kau tahu, aku masih sangat menyukaimu, tidak bisakah kita kembali bersama?"

Jennie menatap Wonpil tepat pada manik matanya.
Mencoba mencari jawaban yang membuat pemuda di hadapannya menyerah seketika.

Jelas sekali jawaban Jennie adalah tidak.

Tapi nampaknya Wonpil sudah tergila-gila padanya.

"Hm- Begini, kurasa tidak benar bagi kita untuk bersama. Aku dan Sehun akan menikah pada akhirnya. Dan kau dan Sehun-"

"Jenn, kita semua tau kau dan Sehun tidak dalam hubungan seperti itu."

Baiklah, Jennie rasa itu tidak akan berhasil.

Ia mencoba memutar otaknya sekali lagi.

"Aku tahu. Tapi, hm- sebenarnya- aku.. menyukai orang lain. Mianhae."

Jennie menatap Wonpil dengan intens, menunggu respon pemuda itu.

'Ayolah. Kuharap kali ini berhasil.'

'Dia tidak akan memaksaku kembali padanya lagi kan?'

'Kalau dia benar-benar mencintaiku, bukankah seharusnya dia membiarkanku bahagia? Walaupun dengan orang lain?'

'Well- memang terlalu berlebihan- tapi-'

"A-ah, begitu." Wonpil menarik napasnya, lalu melanjutkan, "Maaf sudah mengganggumu kalau begitu. Terima Kasih atas semua kenangan yang kau beri padaku. Dan kuharap kau bahagia bersama orang lain."

'Assa! Kerja bagus Wonpil-ah, memang seharusnya kau katakan itu.'

"Eoh. Arasseo." jawab Jennie seraya menjaga ekspresinya tetap datar.

"Itu kan yang kau mau dengar dariku?"

"Mwo?"

"Aku tahu kau sedang berbohong. Aku bukannya satu dua hari mengenalmu."

'Percobaan kedua gagal.'

'Apa apa apa. Pikirkan hal terbaik Jenn, kau pasti bisa membuatnya menyerah.'

Jennie mengigit bibir bawahnya, memutar keras otaknya.

Dan pada detik berikutnya ekspresinya berubah drastis, pandangannya tertuju ke depan.

Si bajingan gila muncul dihadapannya lagi.

Dengan raut wajah berbeda dari terakhir kali Jennie melihatnya.

Ia nampak baik-baik saja.

Melakukan lari pagi seperti orang kebanyakan.

"Jenn?"

Sekarang Jennie kembali mengalihkan pandangannya ke arah Wonpil.

"Dengar. Aku tidak mau kembali bersamamu-"

Kata-kata Jennie terhenti saat tiba-tiba Wonpil menyerbu bibirnya.

'Sial.'

Jennie mendorong Wonpil agar menjauh, namun pemuda itu malah memeluknya.

Lebih erat dan lebih erat lagi.

Jennie bergumam di sela-sela ciuman sepihak mereka, masih berusaha minta dilepaskan.

BRUG

'Apa? Apa yang terjadi?'

Wonpil terlempar ke tanah. Jennie membulatkan matanya.

Ia mengalihkan pandangannya tak percaya.

Si bajingan gila lagi.

Si bajingan gila menolongnya.

'Bisa gila aku.'

"Kau tidak apa-apa?" tanyanya singkat lalu kembali mengalihkan tatapannya pada Wonpil.

"Kau. Minta maaf padanya." suruh nya kasar seraya menarik kerah kaos milik Wonpil.

Wonpil menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya, "Naega wae?" ia menyipitkan matanya, "Kami sedang berciuman dan kau menganggunya. Bukankah kau yang harus minta maaf, EOH?"

Taehyung tertawa sinis, "Haha lucu sekali. Jadi itu yang kau sebut ciuman? Kulihat dia tidak menikmatinya. Bukankah ini lebih terlihat seperti pelecehan?"

Mendengar itu membuat Wonpil mengeraskan rahangnya dan menatap sinis Taehyung.

"Kau terdiam. Kurasa itu benar." ucap Taehyung santai lalu melepaskan pegangannya pada kerah Wonpil.

Sekarang Taehyung beralih pada Jennie dan menarik tangannya, "Akan kuantar kau pulang, nona."

to be continued

ON AND ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang