55

2.6K 196 38
                                    

“Terima kasih.”ucap Taehyung tepat ketika Jennie menyelesaikan perban pada kakinya.

Jennie mengangguk canggung. Sedikit terkejut dengan suara bass milik pemuda itu yang tiba-tiba terdengar, sebenarnya.

Keduanya terdiam sebentar.

Lalu Jennie mengeluarkan suaranya, “Kurasa kau harus beristirahat sebentar. Jangan terlalu dipaksakan berjalan. Luka di kakimu mungkin akan bertambah parah.” yang hanya dibalas gumaman mengiyakan dari Taehyung.

Suasananya kembali hening, membuat Jennie bergidik ngeri dan berdeham kecil.

Apa-apaan ini. Kenapa suasanya jadi begini? Canggung sekali.

“Bagaimana kabar Sehun? Kudengar kau akan menikah dengannya sebentar lagi.”

Menatap Taehyung sekilas, lalu membuang wajahnya ke arah lain, “Kurasa dia baik-baik saja. Dan ya, mungkin memang aku harus menikah dengannya. Kau tahu, semacam pernikahan bisnis.”

“Pernikahan bisnis?”

“Tentu saja. Aku tidak menyukainya dan dia pun begitu. Dan kami menikah. Bukankah itu aneh? Apa lagi namanya kalau bukan pernikahan bisnis.” Jennie tersenyum kecut.

“Jadi kau tidak bisa menolaknya, ya?”

Kali ini Jennie benar-benar menatap Taehyung, “Kau bertanya karena benar-benar ingin tahu atau memang ingin mengejekku saja?”

“Aku tidak bermaksud.”

Lalu manik keduanya teralihkan ketika mobil bewarna hitam berhenti didepan mereka dan membunyikan klakson, Sehun keluar dari sana.

“Kau kemana saja? Aku mencarimu dari tadi.”ujarnya kesal. Ia melirik ke arah Taehyung dan langsung membulatkan matanya, rautnya berubah senang.

Menyapa Taehyung girang dan memberikan high five-nya sebelum ikut duduk di bawah tenda minimarket.

Panjang umur sekali dia. batin Jennie.

Jennie mulai berdecak kesal saat menyadari ia diabaikan. Keduanya asik berbicara tanpa menghiraukannya.

“Tapi kurasa tendangannya kurang bagus kemarin. Apa karena ikut festival kemarin?”

“Di festival bahkan ia mencetak gol.” Taehyung melirik Jennie dan menyadari gadis itu memasang raut kesal. Ia menunjuk Jennie dengan dagunya, “Bukankah kau harus mengantarnya pulang?” tanyanya pada Sehun.

“Jangan hiraukan aku. Santai saja.”ujar Jennie dengan nada yang dibuat-buat.

Gadis itu kentara sekali sedang kesal. Taehyung menyambar tasnya dan segera berdiri, “Kalian pulang lah. Aku-“ suaranya tertahan karena mencoba menahan nyeri pada kakinya.

“Hey! Kau baik-baik saja? Apakah sakit? Bagian mana yang sakit? Oh tidak, kurasa kau harus beristirahat lebih lama. Duduklah dulu.”

Sehun memincingkan matanya seolah melihat adegan paling ajaib dalam hidupnya.

Memandang Jennie heran.

“Ah, baiklah.”Taehyung kembali duduk, namun Jennie segera membantunya duduk dengan perlahan yang membuat Sehun semakin menaikkan alisnya heran dengan kelakuan gadis itu.

“Bagaimana kalau kita antar Taehyung pulang dulu? Kurasa lukanya akan semakin parah kalau dipaksakan berjalan.”Sehun seketika sadar dari lamunannya dan memiringkan lehernya.

“Ya, tentu saja kita harus mengantarnya pulang.”

••


Deru napasnya memburu. Sekelebat bayangan muncul tak tentu arah dan pada detik berikutnya ia terduduk, terbangun dari tidurnya.

Mimpi itu lagi.

Nampaknya ia tidak bisa benar-benar tidur nyenyak sejak tinggal disini.

Menarik paksa ponsel diatas nakas, menyalakannya sebelum membuang napas kesal karena nyatanya ini masih pukul 2 pagi.

Ia merebahkan tubuhnya, dan mencoba kembali tidur namun pikirannya melayang kemana-mana. Membuatnya semakin sulit untuk kembali tidur.

Kembali membuka ponselnya, berpikir untuk menelpon seseorang. Namun niatnya segera ia urungkan.

Tidak bisa. Aku malah akan membuat suasananya semakin keruh.

Sekarang jendelanya sudah terbuka lebar.

Apa dia baik-baik saja?

Membuka hordeng dan merasakan udara malam.

Aku merindukanmu.

Menyunggingkan senyumnya ketika wajah Jennie muncul dalam benaknya.

••

TRING~~~

Jennie mengambil ponselnya setengah kesal dengan mata yang masih menutup. Rasa-rasanya ia tidak men-setting alarm hari ini. Dan benar saja, nama Amber tertera disana.

“Wae?”

Kau masih terjaga?”

Ia menjauhkan ponselnya sebentar, memandang dengan mata menyipit.

“Hey! Kau gila!? Ini masih pukul dua pagi, yaampun. Kututup.”

Kembali tidur dengan pulas sebelum ponselnya berdering kembali.

Aish.

Ia menyerah. Akhirnya berusaha duduk dan meraih ponselnya, mengangkat panggilan
masih dengan mata tertutup.


to be continued

ON AND ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang