16

2K 351 4
                                    

Dia.

Benar-benar.

Menyebalkan.

••

Jennie mengendap-endap memasuki kelas. Berharap Kang ssaem tidak memergokinya.

Taehyung melihat Jennie dan menaikkan satu alisnya.

"Ssaem! Ada yang baru datang!"

Kang ssaem pun membalikkan tubuhnya.

Yang awalnya menghadap papan tulis, kini menatap Jennie yang masuk melalui pintu belakang kelas.

Jennie memanyunkan bibirnya.

Sementara Kang ssaem memberikan senyumnya, "Terlambat lagi Jennie-ya?"

••

"Menyebalkan. Menyebalkan. Menyebalkan."

Jennie terus saja mengoceh sambil masih menyapu aula.

Hukumannya kali ini adalah membersihkan aula.

Ia mulai kesal.

Ditambah lagi ia tidak bisa kabur dari hukuman.

Seseorang mengawasinya sambil bersandar di pintu aula.

Taehyung disana.

Ia menawarkan diri ketika Kang ssaem bertanya siapa yang ingin membantunya mengawasi pembuat onar.

"Sapu yang benar! Lantainya jadi semakin kotor!" teriak Taehyung.

Jennie berdecak, tangannya sudah benar-benar pegal sekarang.

"Aku lelah~" rengeknya lalu melempar sapu ke sembarang arah.

"Tak usah merengek! Tak ada gunanya!"

Jennie berjongkok sambil memegangi lututnya yang mulai sakit. Wajahnya pun masih ia tekuk.

Keringat dari pelipisnya mulai berjatuhan.

Ia rasa ia tak kuat lagi.

"Tsk. Manja sekali kau ini." ujar Taehyung seraya menghampiri Jennie yang masih tertunduk memegangi lututnya.

"Hiks. A-aku lelah~" bahu Jennie mulai bergetar. Ia terlalu lelah dan kepalanya mulai pusing.

Rasanya ia mulai emosional.

Ditambah lagi hukumannya yang tak berakhir.

Benar-benar membuatnya semakin ingin menangis.

Melihat itu membuat Taehyung tertegun sebentar. Ia mengangkat wajah Jennie dan melihat mata gadis itu memerah.

"Kenapa?"

Tangis Jennie semakin keras.

"Berhenti menangis."

Jennie menghentikan tangisnya lalu mendorong dada Taehyung kasar, "K-kau menyebalkan! Kau selalu membuatku kesal bahkan saat pertama kali kita bertemu. Lalu ketika aku ingin membalas dendam kau jadi baik padaku. Sifatmu yang berubah-ubah membuatku kesal. Lalu saat aku membuang abu ibumu lewat jendela dan ingin meminta maaf, kau malah mengancamku. Itu juga menyebalkan. Semua yang kau lakukan menyebalkan!"

Jennie memberi jeda sebentar untuk mengusap air matanya, "Dan sekarang, juga. Aku tidak tahu harus seberapa lama aku membersihkan tempat bodoh ini. Aku lelah! Aku ingin pulang! Tangan dan kakiku serasa ingin patah. Hiks. Aku benar-benar lelah. Aku tidak-"

BRUG

Tubuhnya ambruk.

••

Jam menunjukkan pukul 8.15 pm.

'Apa dia begitu kelelahan? Kenapa belum bangun juga?'

Taehyung mulai khawatir.

Ia memandang wajah polos Jennie yang sedang tertidur.

Keringat masih menempel di pelipis dan wajah Jennie.

Tanpa sadar, Taehyung mengusapnya pelan.

tring!

Suara ponsel milik Jennie membuatnya tersentak.

Taehyung mengambil ponsel Jennie dengan hati-hati lalu membukanya.

From : Amber
Kapan kau pulang? Ini sudah malam.

Taehyung kembali menoleh kearah Jennie. Gadis itu tidak bergeming sama sekali.

Ia pun memutuskan untuk menelfon orang yang baru saja mengirim pesan pada Jennie, Amber.

"Hey, Jenn. Kapan kau pulang?"

"Halo?"

"Eoh? Siapa ini?"

"Aku Taehyung. Apa kau temannya?"

"Ne. Tapi kenapa kau yang pegang ponsel Jennie? Jennie baik-baik saja, kan?"

"Begini. Dia pingsan. Dan sampai sekarang belum sadar. Apa kau bisa mengirimiku alamatnya? Aku akan mengantarnya pulang."

"T-tentu. Dia tinggal bersamaku. Akan kukirim alamat kami lewat pesan teks, oke?"

"Baiklah."

"Kau tidak macam-macam padanya, kan?"

"Ck. Tenang saja. Aku tidak melakukan apapun padanya."

Taehyung menutup telfonnya dan sekali lagi menatap Jennie lekat.

Ada perasaan yang mengganjal dalam hatinya.

Kadang membuatnya kesal, kadang membuatnya khawatir.

Gadis itu. Orang pertama yang membuat perasaannya campur aduk.

to be continued

ON AND ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang