33

1.5K 255 9
                                    

Mianhae Jungkook-ah..” Jennie mengucapkan sekali lagi.

Jungkook menatapnya lembut lalu dengan cepat memeluknya erat.

“Aku tidak ingin kehilanganmu.”

Kata-kata Jungkook membuatnya tercekat. Terdengar seperti sarat akan makna.

“H-hey, kau kenapa?”

Jungkook tidak menjawabnya —malah semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Jennie.

Rasa kesal Jennie mulai memudar dan ia memberanikan diri untuk membalas pelukan Jungkook. Diusapnya punggung milik Jungkook, berusaha menenangkan.

“Jenn.”

“Hm?”

“Kau akan terus bersamaku, kan?”

Jennie mengerutkan keningnya, bertanya-tanya apa yang salah dengan Jungkook.

“Tentu.” jawabnya pada akhirnya.

“Kau tahu, “ Jungkook menghentikan perkataannya.

“Apa?”

Jungkook mulai melemaskan tubuhnya dan menyenderkan kepalanya di pundak Jennie, “Aku selalu tertarik pada buku bahkan sejak aku kecil. Saat teman sebayaku lebih suka menghabiskan waktu mereka di taman bermain, aku lebih memilih pergi ke perpustakaan kota.”

Jennie tersenyum.

Jungkook kini memundurkan tubuh Jennie agar bisa menatapnya, “Tapi sekarang aku lebih suka kau.” lanjutnya diakhiri dengan senyuman kecilnya.

“Kau gadis pertama yang membuatku begitu tertarik. Dan kuharap hanya kau satu-satunya. Aku sungguh ingin terus bersamamu.”

‘Heol!’

Tiba-tiba saja Jennie merasa ada berjuta kupu-kupu melayang di perutnya. Perasaan aneh yang tidak pernah ia rasakan.

Ia memandangi Jungkook secara saksama.

‘Aku kenapa-‘

Jungkook tersenyum dan kembali memeluk Jennie hangat.

••

Jennie menyuruhnya menunggu di ruang tamu sementara dirinya bersiap.

Hal pertama yang dilihat Jungkook adalah kepergian Taehyung, tanpa sepatah katapun.

Rasa kesalnya pada Taehyung masih jelas terasa. Jelas ia tidak senang melihat Taehyung bersama Jennie. Dan kejadian di lorong sekolah —dimana Jennie dan Taehyung berciuman, masih mengganggunya sampai saat ini. Ketakutan mulai merasuki pikirannya. Kemungkinan terburuknya adalah, ada sesuatu antara mereka berdua.

Jungkook tak mau itu terjadi.

“Kau mau minum apa?” tiba-tiba Amber datang dan menghampirinya.

“Apapun.”

Amber mengangguk lalu pergi ke dapur untuk mengambil sekaleng soda di kulkas.

“Ini.” ujar Amber seraya menyodorkan sekaleng soda itu pada Jungkook.

Jungkook mengambilnya, “Gomawo.”

Setelah meneguknya Jungkook melirik Amber yang sedang asyik memainkan ponselnya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar rumah. Senyumnya sedikit mengembang saat mendapati foto Jennie saat kecil yang tergantung di dinding dekat televisi.

“Hei Bro, mau main? Satu babak saja.” ujar Amber pada Jungkook.

Jungkook menoleh, dilihatnya Amber yang sedang sibuk menyiapkan playstation.

“Baiklah.”

••

Jennie keluar setelah selesai mandi dan berganti baju. Ditariknya Jungkook yang sedang bermain playstation bersama Amber —yang tentu saja membuat Amber meneriakinya dengan penuh kekesalan, karena sekarang ia tidak punya teman bermain tentu saja.

“Hari ini biarkan aku yang traktir.” ucap Jennie.

Jungkook mengangguk lalu menyelipkan jarinya di jari Jennie untuk ia genggam.

Mereka berdiri di halte menunggu bus datang. Suasana terasa sunyi karena hanya ada mereka berdua disana. Dan keduanya terdiam, hanya menatap jauh berharap bus segera datang.

Jennie mengetuk-ngetukan sepatunya, dan melirik sekilas kearah Jungkook.

Pemuda itu memejamkan matanya ketika tiba-tiba angin kencang menyambutnya. Jennie hanya bisa terkekeh melihat ekspresinya.

Namun seketika ia malah membayangkan ekspresi Taehyung jika angin kencang itu mengenai wajahnya.

‘Aigo, dia pasti akan berlagak sok keren~’

Jennie terkekeh semakin keras yang membuat Jungkook tertawa dibuatnya.

“Wajahku terlalu lucu, ya?”

“Eh?” Jennie mengangguk kikuk dan kembali mengetuk-ngetukan sepatunya di tanah.

“Busnya datang.” ucap Jungkook yang langsung menarik lengan Jennie untuk berdiri.

Jungkook memberikan senyumannya pada Jennie, yang langsung dibalas Jennie dengan anggukan.


to be continued

ON AND ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang