38

1.4K 248 2
                                    

Pagi-pagi sekali —sekitar pukul 4 dini hari, Jennie mendengar suara detuman keras dari balik jendelanya.

Ia mendudukan diri dan mengucek matanya.

Mulai terdengar lagi suara dari balik jendelanya.

Jennie sekarang berjalan kearah jendela dan matanya terbuka lebar saat melihat Jackson dan Amber sedang berdiri di jalanan seberang rumahnya.

Jennie berani bertaruh bahwa keduanya pasti melempar banyak kerikil ke jendela kamarnya sedari tadi.

Keduanya melambai kearah kamar Jennie dilantai dua saat melihat wajah Jennie muncul di sana.

Jennie buru-buru membuka jendelanya.

Saat itu Jackson dan Amber segera berlari mendekati pagar rumah Jennie.

“Jenn!”

Jennie mengisyaratkan keduanya agar tidak berteriak terlalu keras, “Wae? Kenapa kalian kesini?”

Keduanya tidak menjawab dan malah sibuk memanjat pagar rumah Jennie sebelum akhirnya berdiri didepan kamar Jennie.

“Hey! Lemparkan tali atau sesuatu agar kami bisa naik.” ucap Amber dengan bisikannya yang lebih menyerupai teriakkan.

Jennie mengangguk dan segera menarik seprai-nya keluar.

••

“Mau kabur?” tanya Jackson sesaat setelah Jennie menceritakan semuanya.

Amber segera memukul kepalanya keras, “Bodoh! Pikir dulu sebelum berbicara.”

“Sssst!” Jennie buru-buru menyuruh keduanya diam, tidak ingin mengambil resiko ketahuan Nyonya Kim.

Jackson meringis kesakitan, sementara Amber kini menarik Jackson dan Jennie untuk mendekat kearahnya agar suaranya terdengar.

Belum sempat Amber mengatakan apapun, suara langkah kaki terdengar.

Ketiganya membeku.

Jennie mengerutkan keningnya dan mengigit bibirnya secara bersamaan. Menunjuk ke arah kamar mandi seolah mengisyaratkan kedua sahabatnya untuk bersembunyi disana.

Amber menarik Jackson kasar.

Dan Jennie menutup dirinya dengan selimut.

Clack

Terdengar suara pintu dibuka.

Dapat Jennie dengar langkah kaki itu mendekat ke arahnya.

Lalu sedetik kemudian dapat Jennie rasakan selimutnya tersingkap.

Tak ada suara apapun setelah itu.

‘Mwoya?’

Jennie dengan susah payah mengatur napasnya seteratur mungkin sampai akhirnya ia merasakan tangan seseorang mengelus kepalanya.

Ia tercekat.

Tangannya terasa kecil dan lembut.

Hanya dengan merasakannya Jennie sudah tahu bahwa itu tangan milik Eomma-nya.

‘Aish. Mwoya ige~’

Lalu tak berselang lama terdengar langkah kaki yang menjauh lalu suara pintu ditutup.

Jennie bernapas lega.

Ia membuka sebelah matanya dan mengintip ke arah pintu.

Kosong. Tidak ada siapapun.

Ia pun berniat mengunci pintunya sampai sebuah suara yang agak jauh namun jelas, terdengar.

“Ya, tentu itu harus dilakukan. Pernikahan harus segera dilakukan. Dengan begitu Jennie dan Sehun tidak punya alasan lagi untuk berbuat aneh-aneh.”

Jennie terdiam.

Mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar.

Nampaknya Nyonya Kim sedang berbicara dengan seseorang di telefon.

‘Menikah? Mati aku.’

Jennie semakin mendekatkan kepalanya pada pintu.

“Tentu tentu, kita harus melaksanakannya secepat mungkin.”

‘Apa-apaan ini. Ini pastilah sebuah candaan’

Di saat itu pintu kamar mandi terbuka, Jackson dan Amber mengendap-endap keluar dari sana.

Jennie menaruh jari telunjuk di bibirnya, menyuruh mereka berdua untuk tetap tenang. Walaupun keduanya malah menatap Jennie kebingungan.

••

Kurasa aku benar-benar harus kabur.

Jennie mengetikkan kalimat tersebut di memo ponsel milik Amber dan menyodorkannya.

Amber baru saja ingin memprotes ketika Jackson dan Jennie buru-buru menutup mulut Amber.

Dengan kesal Amber menarik ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana.

Jangan keras kepala! Kau hanya akan mendapat hukuman yang lebih parah jika membuat masalah.

Amber menyodorkan ponselnya lagi.

Melihat keduanya membuat Jackson kesal sehingga akhirnya ia berbisik dengan pelan,

“Dengar. Hanya ini satu-satunya kesempatan untuk membawa Jennie pergi. Kita tak akan mengambil konsekuensi meninggalkan Jennie sekarang dan ia akan berakhir dengan gaun putih sialan besok. Lebih baik kita membawanya pergi sekarang, selebihnya urusan belakangan.”

to be continued

ON AND ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang