50

933 139 2
                                    

Jennie hanya berjalan malas memikirkan apa kesalahannya hari ini sebelum masuk ke dalam kantor Kang sonsaengnim. Rasanya sudah lama ia tidak datang terlambat ke sekolah, dan sudah lama juga tidak membuat keributan dengan Amber dan Jackson. Ia juga tidak ingat bertengkar dengan seseorang hari ini.

Jadi ia sedikit heran mengapa ia dipanggil ke kantor hari ini.

“Kudengar kau dekat dengan Taehyung.”

Ia hanya mengerutkan keningnya heran saat Kang sonsaengnim menatapnya lalu melanjutkan, “Dia sudah lama tidak datang ke sekolah, ssaem mencoba menghubunginya tapi tidak bisa dan datang ke rumahnya namun tidak ada siapa-siapa disana. Mungkinkah kau tahu Taehyung dimana?”

Ah, tentang Taehyung.

Ia jelas bertemu pemuda itu kemarin namun ia juga tidak yakin dimana pemuda itu berada sekarang.

“Aku- tidak yakin dia ada dimana.”

Kang sonsaengnim mengangguk, “Baiklah. Kalau dengar kabar atau bertemu dengannya tolong kabari ssaem.”

••

Tas sekolahnya langsung ia lemparkan asal segera setelah ia masuk ke kamar.

Lalu melemparkan dirinya sendiri ke ranjang.

Beberapa pertanyaan muncul di kepalanya namun tak ada satu pun jawaban disana.

Sejak ia mendapati ahjussi itu di rumah Sehun, ia terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Tentang siapa ahjussi itu sebenarnya? Mengapa ia mencari Taehyung? dan apa hubungannya dengan keluarga Oh? Lalu kenapa Taehyung terluka kemarin?

Ini terlalu acak dan membingungkan.

Mungkinkah ahjussi itu mencari Taehyung karena usb itu? Lalu mengapa—

Jennie berdecak kesal. Seberapa sering pun ia memikirkannya ini tidak masuk akal baginya.

CLACK

Pintu kamarnya terbuka.

Ia menumpu tubuhnya dengan siku dan mendapati pelayannya berdiri di ambang pintu.

“Ada apa?”

“Nyonya menyuruhku menyampaikan padamu bahwa nanti malam akan ada acara makan malam bersama keluarga Oh. Tuan Oh Sehun akan menjemput sekitar pukul 7. Karena Nyonya dan Tuan Kim ada pertemuan penting hari ini jadi mereka akan menyusul.”

Jennie menghembuskan napasnya kasar, “Baiklah.”lalu kembali merebahkan dirinya di ranjang.

Pelayannya pergi dengan menutup pintu kamar perlahan.

Rasa-rasanya ia ingin kabur. Lagi.

Dan tentu saja ia tidak sebodoh itu untuk melakukannya. Hanya berharap bahwa perjodohan konyol ini segera berakhir — walaupun hampir mustahil terjadi.

••

Tepat pukul tujuh Sehun datang menjemputnya. Begitu heran betapa tepat waktunya seorang Oh Sehun, tidak seperti biasanya.

Dan keheranan Jennie bertambah saat mendapati Sehun memakai setelan jas rapi bewarna hitam dengan wajah super kusut.

Wajahnya berbanding terbalik dengan setelannya.

“Ada apa dengan wajahmu?”tanya Jennie heran.

Sehun mulai menjalankan mobilnya dan menghembuskan napasnya, “ Kurasa kau tahu jawabannya.”

“Apa? Aku bertanya karena tidak tahu.”

“Ya tentu saja tentang acara makan malam hari ini.”

“Aku benar-benar tidak mengerti apa yang kau bicarakan.”

Sehun berdecak, “Pernikahannya akan dipercepat. Bukankah kau berpikir apa yang akan mereka lakukan setelah semua kekacauan ini?”

Apa?

Tidak mungkin.

Jennie hanya terkekeh pelan, “Jangan bercanda. Kita bahkan masih sekolah.”

“Itu adalah kalimat yang sama yang kukatakan pada orang tuaku.”

Jennie melirik Sehun dan memperhatikan bagaimana frustasinya wajah pemuda itu.

Ia terdiam.

Tidak mungkin.

Mengalihkan pandangannya ke jalanan namun dengan tatapan kosong.

“Lalu apa yang harus aku lakukan?” kini wajah Jennie sama kusutnya dengan Sehun.

“Kau pikir kita punya pilihan?”

Seketika pertanyaan Sehun menyadarkannya tentang siapa dirinya. Dan ia tahu jawabannya adalah tidak.

Ia bahkan tidak punya pilihan.


to be continued

ON AND ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang