25

1.8K 300 8
                                    

"Jungkook, ada apa? Kita mau kemana?"

"Kau bilang kau lapar. Ayo kita makan."

Seharian ini nampaknya bukan waktu yang menyenangkan bagi Jennie. Jungkook menyadari itu namun ia tetap tersenyum di hadapan Jennie.

Sekarang mereka duduk berhadapan menunggu pesanan pizza mereka datang.

"Jungkook, besok kita sudah mulai masuk sekolah."

Jungkook bergumam.

"Aku benci bertemu Kang ssaem lagi. Dia selalu saja menghukumku."

Jungkook kini terkekeh, "Itu karena kau selalu terlambat dan tidak pernah mengerjakan tugas."

Jennie akui itu memang benar. Tapi untuk berubah juga sulit baginya.

"Aku berbeda denganmu. Aku susah untuk bangun pagi dan juga aku tidak cocok dengan pelajaran."

"Mana bisa tidak cocok dengan pelajaran? Kau hanya perlu untuk belajar."

Jennie memanyunkan bibirnya, "Itu sulit."

"Jangan memaksakan diri. Belajarlah sedikit-sedikit. Dan secara berkala. Walaupun hanya menyisihkan waktu 10 menit dalam sehari. Itu tidak masalah. Yang penting kau selalu melakukannya."

Baiklah. Dia bijak.

"Baiklah. Aku akan mendengarkan saranmu Jungkook ssaem." ujar Jennie yang langsung diikuti tawa keduanya.

Pesanan mereka datang.

Mereka memakan itu dengan perlahan sambil berbincang.

Perbincangan ringan namun menyenangkan sekaligus nyaman.

Matahari yang terang benderang beberapa waktu lalu pun gini berganti dengan gelapnya malam. Bintang-bintang mulai bermunculan di tengah padatnya kota Seoul.

"Sudah malam. Ayo kuantar kau pulang. Besok hari pertama kita sekolah. Jangan sampai kau terlambat lagi."

Jennie mendengus, "Sepertinya aku akan tetap terlambat besok."

"Besok aku akan menjemputmu pagi-pagi sekali. Jadi pastikan kau bangun tepat waktu."

"Woah~ kau terdengar gentle saat mengatakannya."

Satu pernyataan dari Jennie yang membuat Jungkook tersipu lagi. Ia hanya begitu menyukai semua yang ada pada Jennie.

••

Sekarang Jennie berada didepan pintu apartemennya. Ia menekan beberapa tombol disana hingga pintu terbuka.

Terdengar suara dari ruang tamu.

Jennie berpikir mungkin Jackson datang.

'Sudah semalam ini dia datang?'

Ia berjalan ke ruang tamu dengan malas.

"Hey Jack kau datang-"

Kata-katanya terhenti saat melihat pemandangan di depannya.

Itu bukan Jackson. Tak ada Jackson disini.

Melainkan seorang pemuda yang sedang duduk disertai Amber yang berusaha mengobati lukanya.
Luka dimana-mana.

Jennie sempat mengerjapkan matanya berkali-kali. Mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

"Oh Jenn! Kau datang!" sapa Amber sekilas.

Jennie mendekati mereka berdua, "Apa yang terjadi? Kenapa dia disini? Dan juga apa yang terjadi dengan wajahnya?"

Menyadari dirinya sedang dibicarakan, Taehyung melirik sekilas lalu meringis saat Amber menekan luka pada lututnya terlalu keras.

"Mian, mian." ucap Amber spontan lalu kembali fokus mengobati luka Taehyung.

"Yah, seperti yang terlihat. Dia babak belur." sambung Amber lagi asal.

Jennie kembali memperhatikan luka-luka di sekitar wajah Taehyung.

"Kau dipukuli atau bagaimana?"

Taehyung hanya terdiam dan Amber masih sibuk mengobati lukanya.

Merasa tak direspon ia menaikkan bahunya dan berlalu pergi ke kamar.

"Hey Jenn, jangan kunci kamarmu. Malam ini aku akan tidur bersamamu."

Jennie membalikkan tubuhnya, "Wae?"

"Taehyung akan tidur di kamarku."

"Mwo?"

••

"Ah~ jadi dia benar-benar dipukuli?"

Amber mengangguk.

Mereka berdua kini saling duduk berhadapan. Jennie dengan tenang mendengarkan semua yang Amber ceritakan dan terkadang membulatkan mulutnya.

"Aku ngantuk." kata Amber mengakhiri cerita.

"Hey~ ceritakan lebih banyak lagi. Aku penasaran."

"Tanyakan sendiri padanya kalau kau benar-benar penasaran." jawab Amber asal lalu segera menutup tubuhnya dengan selimut.

to be continued

ON AND ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang