46

1K 174 6
                                    

"Noona apa yang kau lihat?"

Bocah berumur 7 tahun itu nampak melihat arah pandang Jennie, "Kau melihat hyung itu? Kemarin dia juga datang dan menangis disitu. Dia bahkan lebih cengeng daripada adik perempuanku."

Jennie menoleh kearah bocah itu dan terkekeh pelan dibuatnya.

"Benarkah?"

Bocah itu buru-buru mengangguk, "Eung, pria itu seharusnya tidak mudah menangis."

Benar juga.

Jennie hendak membalas perkataan bocah itu namun beberapa anak terus memanggilnya hingga bocah itu berlari menjauh.

Dilihatnya lagi Jungkook yang masih menyembunyikan wajah pada lututnya.

Rasa bersalah meliputi Jennie sekarang.

Ia menggigit bibirnya, mencoba mengumpulkan keberanian.

Namun hasilnya nihil.

Untuk sekarang rasanya ia hanya ingin sendiri.

Jennie memutar langkahnya menjauhi Jungkook.

DEG

Tapi lagi-lagi rasa bersalah itu muncul lagi.

Persetan!

Ia kembali memutar langkahnya dan berjalan cepat menghampiri Jungkook.

Berdiri tepat di hadapannya.

Jungkook masih belum menyadarinya.

"Jungkook.."

Isakan Jungkook terhenti, namun ia masih menyembunyikan wajahnya.

"Jungkook.." Jennie memanggilnya sekali lagi.

Kali ini Jungkook menengadah dan menemukan Jennie di hadapannya.

Mulutnya sedikit terbuka, namun belum ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya.

Jennie tersenyum.

Menatap Jungkook dari balik hoodienya, sembari menjulurkan tangannya.

"Mau jalan-jalan?"

••

Keduanya terdiam.

Berjalan berdampingan tanpa tujuan, sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Jungkok melirik Jennie yang wajahnya tertutup sempurna dengan hoodie yang ia pakai.

Rasanya ada berjuta pertanyaan yang mengganjalnya, tapi tak satu pun dapat keluar dari mulutnya.

Ia kini menatap tangan Jennie yang bergelantung bebas.

Ingin rasanya mengenggamnya, namun sedetik kemudian ia mengurungkan niatnya  —saat Jennie malah mengangkat kedua tangannya dan mengosoknya karena kedinginan.

"Kau kedinginan?"

Jennie menoleh dan tersenyum tipis melihat Jungkook, melihat pemuda itu membuatnya melupakan beberapa masalah yang menganggu pikirannya.

"Apa aku terlihat kepanasan?"

Raut jungkook yang awalnya murung lengkap dengan mata sembab, akhirnya terkekeh pelan.

Jennie ikut terkekeh lalu sedetik kemudian melirik sekilas pada Jungkook khawatir.

Bertanya-tanya apa yang salah dengan pemuda itu.

Dan mengapa ia menangis?

"Jungkook, maafkan aku."

Jungkook terdiam. Menatap Jennie untuk waktu yang lama.

"Untuk?"

Jennie membalas tatapan Jungkook, "Semuanya."

Entah apa yang salah dengan Jennie, ia berpikir untuk mengakuinya sekarang. Bagaimana ia berbohong tentang perasaannya.

Jungkook terlihat rapuh baginya, dan ia tidak ingin menyakiti pemuda itu lebih jauh lagi.

Apakah hubungannya dengan Jungkook akan memburuk?

Jennie khawatir tentang hal itu namun ia tidak bisa membohongi Jungkook terus menerus.

"Hm- jungkook, sebenarnya.."

Kata-katanya terhenti.

Apakah ia harus melakukan ini?

"Apa?"

Bayangan tentang Jungkook yang menangis membuatnya berpikir dua kali dan tak tahu harus berkata apa.

'Mungkin nanti.'

Jennie menyerah. Ia tidak mengatakannya pada Jungkook sekarang

"Ti-tidak. Aku hanya ingin memberitahumu kalau aku tidak sengaja melihatmu menangis tadi. Ingin bercerita?"

Jungkook berhenti, ia menghadap ke arah Jennie dan akhirnya memberanikan diri untuk menggenggam tangan gadis itu.

"Besok aku akan pindah. Ke Ulsan."

A-apa?

Belum hilang keterkejutan Jennie, Jungkook meraih pinggangnya agar mendekat dan mengecup dahi Jennie singkat.

"Aku takut kehilanganmu."


to be continued

ON AND ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang