51

972 139 1
                                    

Pernikahannya akan diadakan sebulan lagi.

Makan malam itu berjalan tenang dan tegang untuk ukuran acara pertemuan keluarga.

Jennie hanya bisa menggigit bibirnya dengan kuat, menahan agar air matanya tidak keluar.

Suasananya buruk, siapapun yang berada disini pasti dapat merasakan itu.

“Terima kasih atas makan malamnya.” dan nampaknya itu adalah satu-satunya kalimat yang Jennie katakan malam itu.

Nyonya Kim hanya menarik napasnya panjang, nampak sama frustasinya.

Tidak ada yang Jennie katakan setelah acara itu, gadis itu tetap terdiam. Dalam perjalanan pulang ia hanya menutup matanya tanpa benar-benar tertidur. Lalu memasuki rumah tanpa sepatah kata pun.

“Istirahatlah. Kau pasti lelah.”

Yang hanya diberi anggukan lemah dari Jennie. Ia hendak memasuki kamar, namun kembali memutar badannya, hendak mengatakan sesuatu namun tertahan saat melihat ibunya sudah berjalan menjauhinya.

••

Cuaca hari ini benar-benar tidak mendukung suasana hatinya.

Begitu cerah dan menyilaukan.

Kabar baiknya, dia datang sendirian tanpa dikawal dua pria besar dengan setelan hitam dari atas sampai bawah, dan yang lebih mengejutkan lagi —ponselnya kembali.

Dia merasa senang, seharusnya.

“Jenn!”terdengar seseorang memanggil namanya beberapa langkah ketika ia memasuki gerbang.

Sebelum Jennie memutar badannya, bahunya sudah dirangkul oleh Amber yang diikuti ajakan high-five dari Jackson.

“Good morning!”ucap Jackson semangat, yang hanya dibalas Jennie dengan tepukan malas.

Amber mengedarkan pandangannya,“Ngomong-ngomong, kemana bodyguard-mu? Aku tidak melihatnya. Jadi kau sudah bebas?”

“Ya.”

“Hey, apa yang salah? Mengapa kau tidak bersemangat sekali hari ini?”

“Am~”rengek Jennie seraya memeluk temannya itu, “Pernikahannya dipercepat, sebulan lagi. Aku harus bagaimana? Eottohkke~”

“MWO!?”teriak Amber dan Jackson refleks, mereka memandang Jennie heran dan minta penjelasan lebih.

Jackson menggeleng tidak percaya,“Apa yang terjadi? Heol! Jadi kau benar-benar akan menikah?”

Sekarang Jennie melepaskan pelukannya pada Amber dan tertunduk. Amber kembali merangkul bahunya, “Sudahlah, mari jangan bahas ini dulu. Kurasa Jennie akan benar-benar menangis.”

“Ckckck”Jackson berdecak namun langsung mendapat tatapan tajam dari Amber.

Ketiganya hanya berjalan perlahan ketika beberapa gadis melewati mereka dengan obrolan khas super riuhnya.

Jackson sedikit berdeham sembari merapikan rambutnya ketika melihat Mina disana.

Beruntungnya gadis itu menengok dan mendapati Jackson yang tersenyum canggung lalu mengucapkan, “Oh, hai mina. Selamat pagi.”

Walaupun pemuda itu merutuki dirinya sendiri setelah menyapa Mina untuk pertama kalinya.

“Selamat pagi juga, Jackson.”

Amber otomatis memukul pelan bahu Jackson karena pemuda itu begitu kegirangan. Menatap Mina dari arah belakang, menepuk pipinya berkali-kali memastikan bahwa ini nyata.

“Jenn, Am, beri tahu aku bahwa ini bukan mimpi.”

Melihat Jackson membuat Jennie melupakan perjodohan konyolnya untuk beberapa saat, dan tidak bisa untuk tidak memukul belakang kepala pemuda itu.

“Hey! Kenapa kau memukulku?”

“Sakit tidak? Kalau sakit berarti nyata.”

Amber tertawa keras. Menertawai Jackson yang berubah jadi orang bodoh hanya karena jatuh cinta.

Berlagak keren beberapa hari belakangan benar-benar membuat jijik orang yang melihat.

“Tidak usah memukul sekeras itu juga! Ah masa bodo lah, yang penting Mina tahu namaku. Oh ya ampun dia menyapaku dan bahkan tahu namaku. Dia pasti tertarik padaku.”

“Ya ya ya, terserah kau saja.”

Tawa mereka mulai terhenti saat melihat Taehyung melewati mereka dengan langkah tergopoh-gopoh, belum lagi terlihat perban di hampir setengah kakinya —membuatnya terlihat mempunyai luka serius.

Oh? akhirnya dia datang. Jennie sedikit merasa lega akan hal itu, entah mengapa.

“Hey, taehyung!”sapa Amber dan Jackson hampir bersamaan. Mereka otomatis memegangi lengan Taehyung saat dirasa pemuda itu akan terjatuh.

“Apa yang terjadi padamu, bung?”Jackson meringis.

Jennie menarik tas milik Taehyung dan membantu membawanya, Taehyung sedikit tersentak sebelum kembali menatap Jackson, “Sedikit kecelakaan, saat latihan.”

“Kau gila!? Sedikit? Sampai tidak bisa berjalan begini kau bilang sedikit?”Ya, Jackson memang selalu bereaksi berlebihan. Jangan lupakan teriakan dan alisnya yang melengkung sempurna.

“Setidaknya aku masih berjalan.”ujar Taehyung sambil terkekeh pelan.

Amber mulai melepas pegangannya pada lengan Taehyung saat akan berbelok masuk ke kelasnya. Jennie segera mengambil alih dan membuat kedua temannya sedikit terkejut, —sangat terkejut sebenarnya.

“Semoga lekas sembuh, Taehyung.”ujar Amber.

Jackson mengangguk, “Ya, semoga cepat sembuh. Aku bahkan belum melihatmu bertanding. Jangan pensiun dulu, oke?”

Dan Taehyung kembali terkekeh, “Ya tentu saja, terima kasih.”

Merasa bersyukur setidaknya masih ada yang mengkhawatirkannya.

“Sampai bertemu saat jam makan siang, kalau begitu.”lanjutnya.

Amber dan Jackson mengangguk lalu melambaikan tangan mereka sebelum masuk.

Sementara Jennie hanya terdiam memegangi lengan Taehyung seraya menatap lurus, melihat ke arah bangku dekat jendela.

Ia melihat gadis yang tempo hari Jackson bicarakan. Mina sedang menatap kearahnya.

Menatap Taehyung lebih tepatnya.

Saat Jennie memergokinya, gadis hanya tersenyum tipis seraya menundukkan kepalanya —memberi hormat, lalu mengalihkan pandangannya.

Apa-apaan dia?

to be continued

ON AND ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang