CHAPTER 43 ◆ All That's Left Of Their Heart Is The Blackened Ashes The Fire Left

1K 16 0
                                    

          MESKIPUN merasa sedikit berat untuk memaafkan namun Valerie mencoba berbesar hati pada perbuatan yang dilakukan oleh Bethany padanya, yaitu menyebarkan video tarian liarnya di sebuah klub malam dan foto-foto candid yang memperlihatkan dia sedang memandang Elliot penuh cinta.

          Saat ini Valerie duduk tepat di hadapan Bethany yang sudah dibebaskan setelah Elliot melepas tuntutannya. Mereka hanya berbicara secara empat mata di sebuah coffee shop yang suasananya tampak lengang.

          “Aku sungguh menyesal telah melakukannya.” Bethany berkata sejujurnya dengan kepala tertunduk lemah.

          Valerie mencoba mengaduk cappucino-nya dengan gerakan tubuh sesantai mungkin. “Jika kau sudah menyesalinya, sudah pasti aku memaafkanmu.”

          Bethany memaksakan dirinya untuk mendongak. Matanya yang sedikit berair beradu pandang dengan tatapan mata sendu Valerie. Ia menyadari bahwa Valerie mengalami patah hati yang lebih parah darinya. “Terima kasih jika kau mau memaafkanku meskipun aku pernah membuatmu dalam kesusahan.”

          “Itu hanya bagian dari masa lalu. Tidak usah terlalu dipikirkan.” Valerie tersenyum kecil.

          “Kau tahu, aku hampir membenci Elliot setelah mengetahui siapa dia yang sebenarnya.” Bethany menatap lurus ke mata Valerie yang mendadak menyiratkan ketidaksukaan ketika membahas Elliot. “Tapi setelah dia berbaik hati melepaskan tuntutannya bahkan memaafkanku padahal aku sudah membuka jati dirinya, dia tetap berbaik hati. Dia juga masih mau menganggapku sebagai temannya.” Ia memaksakan untuk tersenyum walaupun tipis. “Aku tahu kau mengalami patah hati karena Elliot dan mulai memasukkan dirinya ke dalam daftar hitammu, tapi kau juga harus mengingat kebaikan apa yang telah dia perbuat selama kalian bersahabat dari kalian masih kecil hingga saat ini. Aku berharap kau bisa memaafkannya meskipun kau masih akan membenci jati dirinya.”

          Valerie menggeleng seperti hendak ingin menangis. “Kau tidak mengerti apa yang benar-benar aku alami.”

          “Aku tahu dengan patah hati yang kau rasakan karena Elliot.” kata Bethany dengan wajah serius.

          “Bethany,” suara Valerie terdengar tercekat, “kau memang mengetahui aku patah hati, tapi kau tidak tahu patah hati seperti apa yang aku alami.”

          Bethany hanya mengangguk karena merasa tak ingin berdebat. “Aku berharap kau tidak membenci Elliot terus menerus.”

          Valerie tak menjawab, ia malah memeriksa jam di pergelangan tangannya. Ia dilanda gelisah. Seharusnya ia tidak perlu keluar rumah. “Sepertinya aku harus pamit.”

          “Valerie,” wajah Bethany mendadak sendu lagi, “aku akan kembali ke London. Aku memutuskan untuk tinggal di sana lagi dan melanjutkan pendidikanku.”

          Valerie mengangguk dengan wajah sedih kemudian memeluk erat Bethany sebagai salam perpisahan mereka. Valerie sadar bahwa kehidupan mereka sudah tak lagi sama setelah lulus dari high school. Bethany tampaknya tak henti-hentinya mengucapkan kata maaf karena masih menyesali perbuatannya di masa lalu.

          Valerie kemudian melangkah keluar dari kedai kopi menuju ke salah satu toko buku yang ada di seberang sana. Entah karena apa, Valerie merasa ingin mendatangi toko buku tersebut meskipun sebenarnya dia tak terlalu hobby membaca, hanya saja ketika melihat bagian depan tokonya yang tampak menarik karena dipenuhi oleh tumbuhan hijau yang menjalar di bagian dinding beserta bunga-bunga cantik dan lampu hias yang berwarna-warni, membuatnya ingin mendatanginya.

Heart BlackenedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang