ELLIOT hanya duduk bersantai di ruang depan televisi sambil menonton acara komedi, tentu saja membuatnya tertawa terbahak-bahak melihat tingkah kocak dari para komedian tersebut. Dia ingin melupakan dulu sejenak berbagai macam hal yang ia lalui akhir-akhir ini.
Elliot mulai bangkit dari duduknya setelah acara komedi itu menayangkan iklan. Dia tampak berjalan menuju ke arah dapur untuk mengambil beberapa cemilan dan softdrink di dalam lemari pendingin, lalu kembali berjalan menuju ruang televisi. Saat sedang asyik-asyiknya menonton dan memakan cemilannya itu tiba-tiba suara bel berbunyi. Elliot pun mendengus kesal karena ada yang berani mengganggunya di jam bersantainya saat malam menjelang. Dengan cukup terpaksa Elliot berjalan menuju ke arah pintu utama dengan langkah yang malas.
Saat Elliot membuka pintu apartemennya seketika itu juga dia terkejut dengan sosok yang ada di hadapannya. Sosok tersebut tampak kacau dengan wajah lebam bahkan sudut bibirnya pun terluka. Sesungguhnya Elliot sudah tahu dengan perkelahian yang terjadi tadi siang di sekolah tapi dia bingung kenapa sosok tampan itu malah datang ke apartemennya.
“Hey, Mitchel.” sapa Elliot dengan antusias, meskipun ia masih tak percaya jika Mitchel ada di hadapannya. “Ayo, silakan masuk dulu.” Ia mempersilakan untuk Mitchel masuk ke dalam apartemennya.
Mereka lalu berjalan menuju ke ruang televisi, dan Elliot juga mempersilakan Mitchel untuk duduk di sofa.
“Apakah ada keperluan berkunjung ke apartemenku, Mitchel?” tanya Elliot dengan rasa penasaran.
Mitchel tampak menatap serius ke arah Elliot. “Elliot, boleh tidak malam ini aku menginap di apartemenmu?” Ia tak menggubris pertanyaan Elliot tadi, sontak saja Elliot sempat merasa terkejut mendengarnya tapi sedetik kemudian dia malah ingin berteriak girang saja saat ini.
“Oh, tentu saja. Apartemenku ini selalu terbuka untukmu, Mitchel.” kata Elliot setenang mungkin.
“Thanks.” sahut Mitchel seraya tersenyum tipis.
“You're welcome.” balas Elliot yang berusaha untuk menutupi rasa senang luar biasanya. “Omong-omong, apakah wajahmu itu sudah diobati?” Ia merasa prihatin melihat pria kesukaannya itu tampak babak belur.
“Belum.” jawab Mitchel seadanya, karena selepas kejadian tadi ia malah tak masuk ke dalam kelas sampai jam pelajaran usai. Sebab ia hanya duduk diam dan sendirian di dalam studio musik—tanpa mengobati lukanya.
“Baiklah kalau begitu, akan aku mengambilkan kotak P3K dahulu.” kata Elliot, lalu ia bergegas mengambil kotak P3K dan sekalian juga mengambil minuman untuk Mitchel.
Selang beberapa menit kemudian Elliot muncul kembali ke dalam ruang televisi. Mitchel mengalihkan pandangannya pada Elliot yang sedang membawa kotak P3K dan minuman.
“Biar aku saja yang mengobati lukamu.” kata Elliot seraya meletakkan nampan berisi minuman ke atas meja sekaligus kotak P3K yang dihimpit di lengannya.
“Terima kasih, Elliot. Tapi biar aku sendiri saja yang mengobatinya.” sahut Mitchel yang merasa tak ingin merepotkan Elliot.
“Sudahlah, tidak apa-apa.” kata Elliot seraya membuka kotak P3K, lalu menuangkan sedikit demi sedikit alkohol dari dalam botolnya ke sebuah kapas, dan perlahan ia mulai mengobati luka Mitchel dengan hati-hati.
Elliot rasanya ingin histeris saja karena dia bisa sedekat ini dengan Mitchel, walaupun wajahnya lebam tapi tak mengurangi ketampanannya. Mitchel sempat mengaduh kesakitan ketika Elliot mengobati lukanya, bahkan Elliot berusaha mati-matian untuk tidak nervous saat mengobati luka Mitchel, karena dia tak ingin jika Mitchel tahu bahwa tangannya bergemetar saat mengobati luka di wajah tampan Mitchel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Blackened
Fiksi UmumKisah cinta segitiga biasanya identik dengan satu wanita diperebutkan oleh dua orang pria. Tapi lain halnya dengan kisah cinta ini. Kisah cinta segitiganya berantai; hal inilah yang dialami oleh Valerie Blackwell, di mana ia sangat menyukai Elliot G...