KETIKA tiba di sekolah, Valerie disambut dengan senyuman mengejek yang dilayangkan oleh Claire yang sedang memainkan rambut panjang berwarna brunette miliknya. Gadis menyebalkan itu tampak memakai overall dengan crop top berwarna merah dan wedges, sedangkan Valerie tampak cantik dengan kaos hitam bergambar tengkorak glitter dan leather jacket beserta sepatu DocMart. Rambut pirang panjang milik Valerie dibiarkan tergerai indah. Eyeliner hitam selalu menghiasi matanya yang menawan berwarna biru.
“Selamat pagi, Miss Annoying.” sapa Claire dengan nada sok manisnya.
Hanya tersenyum dengan sinis, Valerie mengabaikan Claire. Dia tak ingin ditambah hukuman lagi hanya karena kembali berkelahi dengan Claire yang menyebalkan.
Valerie melihat ada Irvin yang sedang sibuk dengan ponselnya sembari berjalan menyelusuri koridor seorang diri. Kumpulan murid-murid Heartbury High School memenuhi tepian koridor dengan suara berisik mereka yang sedang berbincang maupun bergosip.
“Irvin, apa kau melihat Elliot?” tanya Valerie seraya mengejar Irvin.
“Hey, Valerie.” Irvin terlihat menyapa dan menghentikan bermain ponselnya. “Aku belum melihat Elliot. Mungkin saja dia memang belum datang.”
“Jika kau bertemu dengannya, katakan aku mencarinya.” kata Valerie sehingga membuat Irvin mengangguk dengan mengacungkan jempolnya.
“Valerie!” Terdengar teriakan dari suara Winona memanggil Valerie yang sontak saja menoleh ke arah belakang. Ia terlihat berlari dengan tergesa-gesa. “Oh Tuhan, aku bertemu dengan Si Bloody Mary itu lagi.” Ia berkata dengan nada jijiknya.
Valerie tahu siapa yang dimaksud dengan Bloody Mary. Dia adalah Claire Carroll; sang musuh bebuyutan.
“Girls, aku ke kelasku lebih dulu.” seru Irvin yang segera menaiki anak tangga untuk bergegas menuju ke lantai dua.
“Baiklah.” balas Valerie yang kemudian kembali beralih melirik Winona. “Aku juga bertemu dengannya.” Ia juga terdengar tidak suka.
“Apa dia mengajakmu berkelahi atau bertengkar lagi?” tanya Winona dengan selidik. Valerie menggeleng cepat padanya. Ia tiba-tiba tersenyum menggoda. “Apakah kau sudah mempersiapkan dirimu untuk berkencan dengan Mitchel?”
Valerie terlihat mendengus. “Itu bukan kencan, Winona.”
“Ah, terserah kau saja. Yang aku tahu itu seperti kencan.” sahut Winona dengan nada menggoda lagi.
Tiba-tiba tanpa diduga, Elliot muncul seraya merangkul kedua sahabatnya itu, sontak saja membuat Winona menjerit dengan terkejut. Ternyata Elliot memang baru datang ke sekolah. Aroma parfumnya yang harum seperti memenuhi seisi sekolah. Cowok gothic itu tersenyum cerah.
“Kau benar-benar membuatku terkejut.” kata Winona dengan sebal. Elliot hanya tertawa saja mendengarnya.
“Aku pikir kau sudah tiba lebih dahulu ke sekolah.” kata Valerie dengan mata yang berbinar-binar. Ia tak bisa melepaskan pandangannya pada sosok Elliot yang berpenampilan cool dengan kemeja hitam flanel berlengan panjang yang digulung. Rambut panjang gelapnya terlihat agak sedikit berantakan dengan bangs yang hampir menutupi sebelah mata birunya. Ia pikir Elliot benar-benar terlihat mempesona.
“Mari kita ke taman, Girls.” ajak Elliot bersemangat.
Mereka pun akhirnya berjalan menuju ke taman sekolah yang selalu ramai. Tak lama berselang, di sinilah mereka berada, di taman yang dipenuhi oleh tanaman hijau dan bunga-bunga yang diletakkan di sudut taman. Mereka duduk di sebuah kursi dengan meja bundar ditengah-tengahnya tepat di samping pohon berukuran besar yang meneduhkan. Taman ini berada di belakang sekolah mereka bersamaan dengan lapangan olahraga di sisi lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Blackened
Ficción GeneralKisah cinta segitiga biasanya identik dengan satu wanita diperebutkan oleh dua orang pria. Tapi lain halnya dengan kisah cinta ini. Kisah cinta segitiganya berantai; hal inilah yang dialami oleh Valerie Blackwell, di mana ia sangat menyukai Elliot G...