VALERIE kesal bukan main karena tak dapat mengintrogasi Felicia sejak kemarin malam. Felicia tetap mengurung dirinya di dalam kamarnya. Entah kenapa Felicia mendadak jadi pemurung setelah pulang dari bandara. Biasanya ada saja yang dikomentarinya pada penampilan Valerie, namun kali ini dia hanya diam. Valerie dibuat keheranan dengan apa yang sebenarnya terjadi pada sang kakak.
“Felicia!” Valerie menggedor pintu kamar kakaknya itu.
Terdengar gagang pintu yang ditarik, tak lama Felicia muncul. Dia hanya mengeluarkan kepalanya dari balik pintu kamar. Wajahnya menggunakan masker. Rambut panjangnya diikat tinggi.
“Apa?” tanya Felicia dengan ketus.
Valerie lega setidaknya sang kakak masih mau berbicara dengannya.
“Apakah kau mau ikut aku pergi berjalan-jalan? Aku akan pergi bersama Winona.” Valerie menawarkan dengan senyuman antusiasnya.
“Tidak!” Felicia menolak dan segera menutup keras pintu kamarnya.
“Ah, dasar menyebalkan!” Valerie merasa jengkel. “Ada apa dengannya? Kenapa bertambah aneh seperti itu?” Ia segera bergegas pergi untuk menjemput Winona di rumahnya.
Hari minggu yang cerah di musim panas ini dimanfaatkan oleh Valerie dan Winona untuk merawat diri mereka. Mereka berdua pergi ke sebuah spa, lalu setelah itu pergi ke salon untuk padicure dan manicure serta merubah warna rambut mereka. Valerie tetap mempertahankan rambut pirangnya namun bagian ujungnya diwarnai warna merah muda alias pink seperti ombre, sedangkan Winona mengecat ulang rambutnya berwarna keabuan sekaligus menutupi rambutnya yang baru tumbuh—rambut asalnya berwarna pirang.
Setelah merasa puas dengan hasil warna rambut mereka, Valerie dan Winona sepakat untuk pergi ke pusat perbelanjaan. Setelah sampai di sana, keduanya melihat ke bagian toko yang menyediakan berbagai gaun bertema gothic yang dapat dilihat di etalase.
“Aku suka gaun ini.” seru Valerie seraya menunjuk ke salah satu gaun hitam dengan belt berwarna keemasan.
“Yang ini juga bagus.” kata Winona yang menunjuk gaun hitam lain yang tak kalah menarik.
“Ayo kita beli.” ajak Valerie seraya menarik tangan Winona.
“Um, tidak. Nanti uangku habis karena membeli gaun terus menerus.” Winona sengaja menolak.
Valerie berdecak pelan. “Aku yang akan mentraktirmu. Jadi kau tenang saja.” Ia kembali menarik tangan Winona untuk masuk ke dalam toko tersebut.
Usai mencoba gaun yang diinginkan dan merasa cocok, Valerie dan Winona langsung membawanya ke kasir serta membayarnya. Keduanya kembali berkeliling untuk mencari sesuatu yang menurut mereka lucu untuk dibeli. Namun tiba-tiba saja Valerie hampir berteriak histeris karena melihat boots heels yang sangat dia inginkan sekali. Tanpa berpikir panjang lagi Valerie kembali menarik Winona untuk masuk ke dalam toko. Setelah mencoba boots heels tersebut, dia pun segera membayarnya. Dan tak lupa membelikan juga untuk Winona dengan desain yang berbeda.
Valerie dan Winona masih setia berkeliling di pusat perbelanjaan ini. Namun tanpa sengaja Valerie melihat sosok gadis yang dulu pernah menyiram gaunnya di pesta ulang tahun Theresa Franks.
Valerie segera berlari cepat ke arah gadis bernama Leslie itu. Dia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk membalas perbuatan gadis sok cantik tersebut padanya. Valerie berhasil menangkap tangan Leslie lalu menarik tangannya secara kasar, sontak membuat Leslie terkejut dan memberontak. Meskipun Leslie sedang bersama dengan salah seorang temannya yang bertubuh cukup tinggi, Valerie sama sekali tak takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Blackened
Narrativa generaleKisah cinta segitiga biasanya identik dengan satu wanita diperebutkan oleh dua orang pria. Tapi lain halnya dengan kisah cinta ini. Kisah cinta segitiganya berantai; hal inilah yang dialami oleh Valerie Blackwell, di mana ia sangat menyukai Elliot G...