CHAPTER 15 ◆ Nightclub

220 4 5
                                    

          KINI Valerie, Winona dan Felicia sudah berada di depan sebuah klub malam yang cukup terkenal di kota ini. Saat mereka mulai memasuki ke bagian dalam klub malam tersebut setelah melakukan pemeriksaan yang cukup ketat oleh beberapa petugas keamanan mereka disambut dengan dentuman musik elektronik yang mungkin saja dapat memekakkan telinga yang menggema di seluruh penjuru klub malam tersebut.

          Penampilan dalam klub ini benar-benar keren karena menggunakan lighting effects bermacam-macam seperti laser maupun neon dan lain sebagainya. Kesan modern-nya sangat dapat sekali. Untuk bisa masuk ke dalam klub malam ini para pengunjung diwajibkan untuk membayar tapi jika para wanita maka akan digratiskan.

          Valerie, Winona dan Felicia benar-benar jadi pusat perhatian oleh para pria-pria di sana. Bagaimana tidak, penampilan mereka terlihat layaknya seperti selebriti Hollywood yang akan berjalan di red carpet. Ada beberapa pria bermata keranjang yang mulai menyapa mereka dengan nada genit. Para pria itu merasa terpesona dengan kecantikan mereka.

          “Hey, Beautiful ladies.”

          “Hey, Girls.”

          “Hello, Ladies.”

          Tapi sayangnya mereka tetap saja berjalan dengan acuh dan mengabaikan sapaan pria-pria itu. Mereka bertiga memang benar-benar tebar pesona di sana.

          Sekarang sampailah mereka di depan meja sebuah bar yang terdapat di bagian tepi. Di sana ada seorang bartender yang sedang meracik minuman, lalu bartender yang cukup tampan itu langsung menyapa dan mulai melayani mereka.

          “Hello, selamat malam.” sapa sang bartender dengan ramah. “Mau minum apa, Nona-nona?”

          “Wine saja.” sahut Winona dengan antusias. Setidaknya wine memiliki kadar alkohol yang rendah sebab ia tak ingin mabuk dan memilih untuk tetap tersadar.

          “Um, kalau aku rum.” Kini giliran Felicia yang bersuara.

          Valerie tampak bingung harus memesan minuman apa. Sepertinya segala jenis alkohol sudah pernah dia coba karena dulu dia sering ke tempat seperti ini. Dia sempat berpikir untuk tidak mabuk tapi saat melihat suasana klub ini yang terkesan hingar bingar karena volume musik yang keras membuatnya ingin meminum sesuatu agar bisa untuk bersenang-senang di sini. Lagipula dia sudah jarang ke klub malam. Terakhir kali pergi saat bersama Elliot beberapa bulan yang lalu. Itupun berkumpul juga dengan teman-teman basketnya di private room.

          “Valerie, kau mau minum apa?” tanya Winona yang menyadari jika Valerie hanya diam saja.

          “Beri saja dia mocktail.” kata Felicia kepada bartender tersebut yang langsung mengangguk tanda mengerti seraya tersenyum kecil.

          Biarpun Felicia itu agak binal sedikit tapi dia tak ingin menyesatkan sang adik. Dia sangat sayang pada adiknya itu dan bahkan tak ingin adiknya kenapa-napa, walaupun kadang dia suka melakukan perbuatan iseng terhadap Valerie.

          “Mocktail? Tidak asyik kalau ke sini hanya meminum itu.” kata Winona seraya tertawa pelan.

          “Kalau begitu aku pesan vodka.” Valerie berujar tiba-tiba pada sang bartender. Felicia dan Winona meliriknya dengan tak percaya. “Apa? Aku hanya memesan vodka bukan memesan racun!” Ia dengan menatap bingung antara Felicia maupun Winona.

          “Aku pikir kau tidak suka minum minuman beralkohol.” kata Felicia dengan heran.

          Valerie hanya memperlihatkan senyuman miringnya. Felicia tidak tahu jika dulu Valerie itu adalah animal party tapi sekarang dia ingin fokus pada pendidikannya. Dia tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya.

Heart BlackenedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang