🔊 SG wannabe - Writting our stories🎵
♥❤♥❤♥
.
....Akulah gadis yang mendorong siswa lelaki yang meninggal dua tahun silam itu.
Aku adalah pembunuhnya......Aku......adalah....... Pembunuhnya..
Pembunuh....nya..
Pembunuh...
...Tidakkah ini janggal? Jika yae-won tidak bersalah, Kenapa ia malah bungkam saat di interogasi?......barangkali yae-won memiliki hubungan khusus dengan namja yang meninggal terjatuh itu....
....aku adalah pembunuhnya....
"Ahhhhh..."
BRRAKK!!!
Dengan geramnya jung-kook melayangkan tinjunya pada badan lemari pakaiannya. Kata-kata itu terus melayang riuh dalam kepalanya, nyaris membuatnya gila. Ia melepas balutan bebat di pergelangan tangan kirinya sembarangan, lelaki itu sudah tak peduli dengan cidera ringan hasil perbuatannya dan yae-won beberapa hari yang lalu.
Dari semua gadis di dunia ini, Kenapa harus yae-won yang berhasil menyita hatinya. Dari semua gadis di dunia ini Kenapa harus yae-won yang di anugrahi kemampuan aneh itu. Kenapa?!!
Semalaman sudah ia menggila memikirkan pernyataan gadis itu. Pikirannya berusaha percaya pada kenyataan itu, tapi lain halnya dengan hatinya. Tak mungkin gadis semungil dan semanis yae-won sanggup membunuh orang lain, ia bahkan begitu khawatir saat tanpa sengaja melukai orang lain. Mustahil gadis itu berdarah dingin.
Lelaki tampan itu beralih menatap cermin di hadapannya. Ia melihat pantulan namja tampan dengan balutan seragam dalam cermin tersebut.
Malang sekali nasibmu,jung-kook... Gumam lelaki itu tersenyum miris. Keduanya manik matanya memandang plester luka di dahinya. Perlahan jemarinya menyentuh plester itu. Ia bahkan masih bisa merasakan jemari lembut yae-won saat melekatkan plester itu di dahinya.
"Hyung....apa yang harus kulakukan?" tanya jung-kook pada bayangan dirinya dalam cermin.
"Haruskah aku menjauhinya? Seperti yang ia minta?" tanya jung-kook pada bayangan dalam cermin.
Tapi bayangan itu hanya bisu tak bersuara dan hanya meniru gerakan dirinya.
Hatinya bertambah sakit. Setiap ia bercermin selalu ada semburat rasa sakit baru yang menyambut hatinya. Memandang bayangan dirinya, membuat jung-kook mengingat wajah Kakak laki-lakinya yang telah tiada.
Hyung, andai kau ada disini..
Aku ingin sekali bertukar tempat denganmu..
Atau menyusulmu... Ucap jung-kook dalam hati sembari menelusuri permukaan cermin tempat ujung jemarinya bertemu dengan bayangannya."Kau merindukan hyung-mu, sweety boy?" kejut eomma yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang jung-kook ikut terpantul dalam cermin.
Wanita berparas teduh dengan mata penuh kasih sayang itu tersenyum hangat dengan secangkir susu di tangannya. Ia meletakkan susu hangat itu di meja belajar jung-kook, dan meraih jemari jung-kook yang masih melekat pada permukaan cermin."Kau tak perlu bersedih seperti itu saat memandang dirimu. Kau bukan hyung-mu, sayang...dan percayalah ia sudah tenang disana.." hibur wanita itu lembut.
"Eomma,Aku......."
Rasanya ada sesuatu yang mengganjal dalam hati jung-kook, tapi sungguh sulit di ucapkan.
"Ya?"
"Aku merasakan hyung masih hidup eomma.." tuturnya sontak membuat wajah cantik eomma di penuhi gurat kegetiran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nun Wangja
Fiksi Umum[FICTION + FANFICTION] ________________________________________ "Ada seribu satu alasan mengapa seseorang melakukan kejahatan. tapi hanya ada satu alasan seseorang melakukan kebaikan..dan Aku tahu kau bukanlah orang jahat.." ~Jeon Jung-kook. _______...