1

22.5K 774 16
                                    

-malam dan jarak takan menjadi alasanku untuk berhenti mengawasimu, relung dan hati ini mati bukan alasan untuku untuk berhenti mencintaimu-

***

MartinG : "Malam bae."

IntanS :"Malam, apa kamu sudah sampai?"

MartinG : "Belum Intan, aku masih di Berlin, aku minta maaf :("

IntanS :"kenapa minta maaf, sudahlah, disana pagi, bukan?"

MartinG : "Iya, disana malam, bukan? Ya sudah kamu tidur saja aku sedikit kesepian walau disini bisa dibilang ramai."

IntanS : "Bae..kamu tau aku seperti apa, bukan? Aku tidak akan membiarkanmu kesepian, aku aku akan menemanimu."

MartinG : "kamu cantik :)"

IntanS : "kamu selalu berkata seperti itu, seperti kamu tau kalau aku sedang apa saat ini. "

MartinG : "pakai tanktop putih tulang, plus celana pendek hitam, monoton banget!"

IntanS : "kamu tau dari mana?"

MartinG : "rambut kamu basah, habis keramas sayang?"

IntanS :"kamu gak ngirim mata-mata buat ngawasin aku atau pasang cctv dikamar aku-kan?"

MartinG : "yakin sama aku, aku gak bakal percayakan keselamatan kamu sama sebuah benda, kamu tetep dalam pengawasan aku, you are mymine."

Melihat balasan dari kekasihnya Martin yang jauh di Belanda sana, membuat Intan merasa merinding, bagaimana bisa martin tau keadaannya saat ini?

Blep.

Padam, semua listrik yang ada dirumah Intan padam seketika ditengah kecemasannya kini dia dilanda rasa takut akan kegelapan.

MartinG : "aku sudah katakan aku akan menjagamu."

Intans : "Martin, aku takut, semua lampu padan seketika, berhentilah bercanda, jangan semakin menakutiku seperti ini, kumohon.."

MartinG : "takan ada yang bisa menyakitimu bae, selagi kau ada didekatku."

IntanS : "aku berada jauh dari mu, jauh bermil-mil, seharusnya kau sadar akan hal itu."

MartinG : "sepenuhnya tidak."

Dreppp.

Suara tirai terbuka secara perlahan, shit-umpat Intan karena lupa mengunci jendela, ditengah kegelapan ia membelakangi jendelanya yang kini ia yakini ada seseorang disana, sesorang yang tengah ingin memasuki kamarnya walaupun dilantai 2 sekalipun.

Sial, aku sendiri dirumah, tuhan berikan aku keajaiban, tolong...

Semakin lama, bukannya suara jendela yang terbuka melainkan suara derap kaki lamban yang ia ketahui suara dari sebuah sepatu, ia yakin hal itu, masih dalam keadaan berdiri membelakangi jendela, Intan kini memaku seketika, pelipisnya kini mulai deras akan keringat, jantungnya memompa jauh lebih cepat dari biasanya serta kaki yang gemetar seiring suara nafas seseorang dibelakangnya terdengar, ia yakin seseorang itu kini jaraknya sangat dekat dengan Intan, sekali lagi dengan gemetar ia menoleh keponselnya.

MartinG : "Typing..."

Ya tuhan Martin, datanglah! Kurasa sia-sia saja, siapa dia?

Rutukan kini beradu dalam pikiran Intan yang masih berdiri ketakutan sedangkan dibelakangnya seseorang berdiri dengan tudung hitam dari jacketnya, memandang Intan dengan smirk dalam kegelapan.

Ting,

MartinG : "sayang jangan takut, aku selalu ada disampingmu, percayalah..aku mencintaimu"

IntanS : "dia? Ada sese-

Belum sempat Intan membalas pesan dari Martin, sebuah lengan kokoh memeluknya dari belakang, lebih tepatnya mendekap membuat Intan menegang bahkan terkesiap ketakutan.

"Ingin membalas pesan pada pacarmu, huh? Jangan harap" Bisikan halus dengan nada mengancam dibarengi kecupan bibir dibahu kiri Intan dari seseorang dibelakangnya, yang di yakini Intan merupakan seorang lelaki.

"Siapa kau? Lepaskan aku!!" Bentakan dicampur ringisan saat dirasanya lelaki tadi semakin mengeratkan dekapannya membuat Intan menahan sesak bahkan menangis pelan.

"Le..pa..s...lepaskan!" Dengan beberapa kali tendangan asal dari Intan akhirnya lelaki itu menjauh dibarengi tawa,

Tawanya? Aneh, kenapa dia tertawa?

"Kau tak mengenali bibir yang telah mengecup bahumu tadi, bae?" Ucapan pelan lelaki bertudung itu masih menunduk sambil berjalan mendekati Intan yang sontak reflek mundur.

"Jangan mengucapkan kata bae, kau bukan-" Ucapan Intan tercegat disaat lelaki itu membuka tudungnya dibarengi dengan senyuman yang memperlihatkan gigi ginsul serta lesung pipinya secara bersamaan, ditengah padamnya lampu, Intan masih menyadari bahwa dihadapannya ini Martin.

"Aku Martin, sayang! Yaampun, aku tidak tahan melihat wajah ketakutanmu, sini biar kupeluk" Ucap Martin mendekat, masih membuat Intan terdiam dan menatapnya horor, gadis itu masih tak bisa percaya apakah ini benar kekasihnya? Atau...

"Aku sudah bilang, kau aman apabila berada didekatku, mari mendekatlah!" Ucap Martin menyadarkan Intan dari pikirannya, gadis itu masih bergetar dengan keringat dingin,

"Sudahlah, begini lebih baik!" Kesal, Martin mengangkat Intan ala bridal style kemudian meletakannya pelan keatas ranjang.

"Maaf telah membuatmu takut!" Ucap Martin menundukan wajahnya, sejajar dengan kepala Intan yang kini menatap Martin lekat-lekat.

"Ya tuhan, kau masih tak percaya bahwa aku bae-mu?" Ucap Martin frustasi sambil mengacak-acak rambutnya gundah, sedangkan Intan hanya diam sambil tersenyum simpul.

"Kau terlihat tampan saat sedang gelisah, bae" Ucap Intan membuyarkan konsen martin yang mengacak rambutnya, kini senyuman itu kembali terlihat, senyuman dengan gigi ginsul dan tentu saja lesung pipi, perlahan Martin mendekat dan tidur disamping Intan.

"Aku ingin tidur bersamamu!" Ucap Martin membuat Intan mengernyit bingung,

"Kau bilang kau ada di Berlin? Kau membohongiku! Dan kau membuatku ketakutan setengah mati" Ucap Intan kesal membelakangi Martin, namun lelaki itu tak tinggal diam, lelaki itu dengan cepat menggulung badannya kesisi lain Intan, dan kini mereka berhadapan.

"Little surprise, bae! Aku menyayangimu" Ucap Martin mencium dahi Intan, gadis itu masih tak ingin bicara, membuat Martin tersenyum simpul.

"Kau tidur ya, sayang! Aku disofa" Ucap Martin dibalas anggukan oleh Intan, ia sadar bahwa gadis itu masih kesal.

"Oh ya, bagaimana caramu naik kelantai 2 tanpa tangga, bae?" Ucap Intan membuat Martin yang berada disofa mengernyit sambil memilin kaosnya, tak mungkin ia mengatakan yang sejujurnya pada Intan bahwa dirinya telah berteleportasi dari Berlin menuju Norge, sangat tidak mungkin sebelum Intan menjadi miliknya seutuhnya maka dia takan mengungkap siapa jati dirinya.

"Ak-aku, kau tau aku punya banyak cara untuk mengejutkan kekasihku, cintaku dan sayangku, termasuk memanjat tembokmu tentunya, sudahlah jangan dipikirkan, tidurlah ini sudah larut, atau aku akan menciumu!" Sergah Martin membuat Intan terdiam beribu kata, gadis itu masih kesal tentunya.

"Night bae" Lirih Intan kemudian otw menuju alam mimpi,

"night too Princess!!"

My Posesif VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang