23

4.1K 158 4
                                    

Tuk..tuk..  Ketukan pada meja yang terbuat dari kayu itu terdengar nyaring memenuhi kesunyian ruangan tersebut, mata vampire bergaun hijau panjang itu menatap lekat apa yang dilihatnya kini, matanya membulat tak percaya pada apa yang dilihatnya, sambil menjentikan jarinya berulang kali diudara, berharap kekuatanya kembali berfungsi namun nihil, tak ada yang terjadi, vampire itu membuang nafasnya kasar sambil menggebrak meja kayu yang diketuk beraturan oleh sepasang jari milik Martinus,

"Maafkan aku, aku tau Matt menculik Intan, tapi semua itu bukan salahku, dia memang pasangan takdirku, namun aku sama sekali tak memiliki ikatan erat seperti vampire yang lainnya miliki, kami bukanlah pasangan bahagia, dan kau tau itu jadi aku tak ada hubungannya atas terculiknya Intan." Bentak tajam Raline sambil menghempaskan tanganya keudara berkali kali namun hasilnya tetap sama, kekuatannya hilang.

"Aku tau," balas Martinus tanpa menatap Raline, pandangannya datar dan dingin, "jika kau sudah tau, kembalikan kekuatanku!" Bentak Raline lagi-lagi menggebrak meja,

Brakk, dengan sekali kedipan, tubuh vampire bergaun hijau itu terpental keujung ruangan.

"Beri tau aku, hal apa saja yang dirahasiakan Matt." Ucap Martinus dingin, "maksudmu?" Tanya ulang Raline pelan dilantai,

"Jangan bertanya padaku, sialan! Dasar vampire lemah."

Brakk, lagi-lagi tubuh Raline melayang diudara dan terhempas kasar dilantai mansion yang dingin,

"Aku menyeret vampire lemah sepertimu ke Mansion bangsawan seperti ini bukan tanpa maksud bodoh," dengan memainkan jarinya diudara, Martinus menyekik leher Raline dengan jarinya.

"Kurasa kau tau maksudku, rahasia terbesar Matt, rahasia yang membuat Matt membunuhmu walau kau pasangan takdirnya, rahasia yang menyebabkan masa ini tak berjalan pada porosnya, dan Pasangan takdirku menjadi korban kesalahan ini." Sambil menatap Raline dengan mata merahnya, Martinus kembali memainkan jarinya dengan bisikan kecil yang tak dapat didengar oleh vampire sekalipun, perlahan tapi pasti, mata Raline mengerjap tak karuan, nafasnya terengah sambil mencekik lehernya sendiri dan berteriak,

"MARTINUSS...HENTIKAN INI, AKU..AKU TAK SEPANTASNYA ADA DISINI, BUKAN HAKKU UNTUK MENGATAKAN INI ATAUPUN MEMBERI TAUMU SOAL INI, AKU SUDAH MATI, ANGGAP AKU SUDAH MATI, SEPERTI YANG DIHARAPKAN." Teriak Raline sambil menyakar-nyakar tubuhnya dan mencekik lehernya,

"Namun kau masih hidup, dan hal ini merupakan tanda bahwa kebenaran memang harus terungkap." Ucap Martinus dingin memandang langit gelap, berbicara pada Raline sedangkan hati serta pikiran yang tiada henti menerawang apa yang dilakukan kekasihnya, namun anehnya, selalu terputus seakan ada suatu penghambat yang membatasi batin mereka,

'Apa yang terjadi? Ada yang membatasi batinku pada Intan,'

"Dan, karena kebenaran itu aku dibunuh oleh lelaki yang seharusnya mencintaiku seperti kau yang mencintai pasangan takdirmu." Ucap Raline lemah, masih dengan kondisi yang mengenaskan, "Matt membunuhmu karena kau mengetahui segala masa lalunya, aku yakin, ada yang tidak beres dengan masa lalu kami, dan karena aku tau bahwa kau masih hidup, tak akan kubiarkan kau yang menurutku cerminan kejujuran Matt mati sia-sia." Desis Martinus menatap jijik Raline,

"Baiklah, tak ada gunannya hidup ataupun mati disini." Ucap Raline lemah menatap punggung Martinus yang mendekati pintu dengan smirk evilnya,

"Lalu?" Ucap Martinus datar dengan nada dinginnya,

"Aku akan melakukan apa yang kau inginkan tetapi tidak berdua,"

"Hm"balas Martinus samar, Dengan kondisi lemah, masih dengan Raline yang mencoba mencekik lehernya seakan membakar seisi tenggorokannya, Martinus kembali menjetikan jarinya menormalkan kondisi Raline,

"Kenapa kau memutuskan untuk memberi tau semuanya secara tiba-tiba?" Suara dingin diambang pintu membuat seulas senyum tipis tak terlihat dibibir Raline, "tak ada gunanya aku hidup dengan abadi sembari menatap orang yang kucintai dimasa lalu yang kini bersama gadis lain." Jawab Raline dengan lemah dilantai yang dingin, "lagipula aku sudah berjanji hal yang sama denganmu kepada seseorang." Sambung Raline, diabaikan Martinus yang keluar ruangan pelan, kemudian berlari secepat kilat sambil memegangi dadanya.

Kali ini chapternya full Martinus sama Raline, kalian masih ingat Raline kan? Ituloh, vampire yang sukanya pakai gaun hijau pengendali tumbuhan, Bangkit kembali setelah dibantu Marcus.
Ingetkan!
Sikap Martinus or Martin itu dingin, datar dan tak berperasaan jika menyangkut masalah Intan,

Kalian pasti bingungkan, kenapa beberapa Cast nyebut Martin itu Martinus, iyakan?
Begini, kalo dikalangan manusia(publik) Martinus dipanggil Martin begitupun dengan Intan, tetapi jika dikalangan Vampire, semuanya mengenal Martin sebagai nama aslinya, Martinus Gunnarsen.

My Posesif VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang