15

5.8K 225 29
                                        

-sebuah keindahan tersendiri bila kau menikmati gelap, kesunyian menjadi alarm bisu, dan kesendiran menjadi penegurnya-

Pengapnya ruangan gelap dibalik jeruji besi berkarat dengan permukaan tak datar, hal itu mungkin biasa dirasakan kulit keras milik Kyra, namun tak dengan gadis berambut sebahu itu, Kanya, dengan segala umpatannya pada keadaan sekitar membuat Kyra sesekali berteriak menyumpah untuk diam kepada Kanya.

"Jika kau berkata sekali lagi, kupastikan semua batu disekitarmu bersarang di mulutmu itu," desis Kyra berhasil membuat Kanya menghantam tembok kasar dengan tangannya sendiri,

"Siapa kau berani mengancamku! Hanya Vampire gelandangan yang memang pantas dipenjara, tidak denganku," ucap Kanya dengan kesalnya, memukul-mukul dirinya kearah tembok, berharap dengan begitu ia bisa keluar walau darah mengucur deras dari kuku tangannya,

"DIAM, kau hanya kekasih dari sampah bernama Marcus, kekasih dari seorang pembunuh!" Ucap Kyra mendelik, tentu ia bisa membaca pikiran gadis kasar dihadapannya, dan tentu ia membencinya karena dia adalah pasangan takdir Marcus.

"Darimana kau tau Marcus?" Ucap Kanya terheran-heran, "seorang pembunuh akan gemilang dengan kasusnya yang menghabisi kerabatnya sendiri, dan tentu ia takan mengakuinya, pembual" ucap Kyra disisi tergelap ruang bawah tanah Mansion Martin,

"Kau Kyra?" Tanya Kanya selidik membuat Alis Kyra naik keatas sekilas, "kau tau aku dari mana? Ah tentu saja, pembunuh itu pasti cerita, bukan?" Dengan tangan mengepal Kanya mendekati Kyra,

"Jangan katakan Marcus pembunuh! Dia tak membunuh ayahmu dan juga ibunya, dia difitnah." Ucap Kanya mendelik akan memukul Kyra, namun dengan santainya Kyra menghindar,

"Kau hanya manusia yang baru lahir beberapa tahun lalu, jadi jangan sok tau dengan apa itu kebenaran! Aku hidup ratusan tahun," ucap Kyra masih duduk mengabaikan Kanya yang berdiri dengan tangan yang siap memukul Kyra kapan saja,

"Setidaknya aku lebih pintar darimu," jawab Kanya sambil menyentuh jeruji besi dan menggoyangkanya pasrah,

"Hei bukannya kau Vampire? Tapi kenapa kau tak bisa membuka besi kecil ini?" Ucap Kanya memancing,

"Martinus melenyapkan kekuatanku," ucap Kyra dengan tatapan datar,

"Lalu tadi? Kau bisa membaca pikiranku? Darimana datangnya kekuatan itu?" Tanya Kanya dengan tatapan sinis, "itu kekuatan alamiku, diamlah kau, atau aku akan merobek lehermu kemudian membunuhmu dengan sekali isapan, kau tau aku sangat haus sekarang!!!" Ucap Kyra frustasi tak membuat Kanya takut,

"Sebenarnya siapa pembunuh disini!" Sindir Kanya kembali melayangkan pukulan kebesi dihadapannya,

"Semakin banyak kau mengeluarkan luka, maka akan terpancing untukku menghisap darahmu, jadi DIAMLAH, kau hanya MANUSIA," bentak Kyra setengah berteriak untuk menyadarkan Kanya, jika penjara bawah tanah takan bisa ditembus oleh mahkluk lemah seperti manusia.

"Setidaknya aku berusaha, tidak seperti kau," ucap Kanya kembali tersimpuh ditanah,

***

Mata Intan terpejam merasakan desiran angin disekitar hutan, dibelakang Mansion Matt dirinya tengah duduk disebuah kursi taman dengan beberapa dandelion digenggamanya, suasana sejuk dari pohon pinus sedikit menenangkan hatinya yang kini tengah sendiri menikmati kicauan burung diatasnya,
Sedikit memicingkan mata, memperhatikan keindahan hutan yang jarang ia nikmati, terbesit dibenaknya, ia harus terbiasa berpindah-pindah tempat untuk kali ini, menunggu Martin menyelamatkannya berulang kali, hidup didunia yang sedikit sulit untuk dipercaya, berdampingan dengan mahkluk immortal yang dulu sering ia dengar dalam dongeng horornya, menyaksikan kekerasan dalam hidupnya, mendengarkan rahasia hidup ratusan tahun dari keabadian tiap vampire yang membawa kisah hidup berbeda-beda, setidaknya ia harus bisa terbiasa.

Mencintai Martin adalah ketulusan dalam dirinya, dimana ia bisa menerima semua fakta yang sedikit mengancam jiwanya, hidup dikalangan Vampire memang bukan ide yang baik, namun inilah resikonya, tapi cintanya dan takdir mengharuskannya melakukan ini semua, matanya kembali ketitik dimana dandelion yang ia pegang terbang begitu saja mengikuti arah angin membelah pepohonan pinus dengan gayanya kekanan serta kekiri, mengikuti laju udara membawanya, tak terasa kini Intan tersenyum,

'Andai ia bisa setegar Bunga itu, mengikuti kemanapun alur angin mengarahinya'

"Kau cantik! Apa karena bunga Dandelion kau bisa secantik ini, baiklah akan kucarikan lagi bunga Dandelion yang lainya," suara yang tiba-tiba membuat Intan terkesiap dengan Matt yang tiba-tiba ada dihadapannya,

"Aku hanya ingin kembali Matt, kepada Martin."

Geraman terdengar dibarengi perubahan mengerikan pada tubuh Matt.

My Posesif VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang