29

6.2K 185 48
                                    

-bisakah temaram menyembunyikan luka? memberikan kehangatan untuk sang dingin yang rapuh dan hancur?-

-BONUS-

Tubuh lemah itu meringkuk pelan ditengah-tengah ruangan temaram, setengah tubuhnya ter tutupi oleh selimut tebal, anak rambut gelapnya menutupi sebagian wajahnya, Gadis itu tertidur dengan nafas teratur dikelilingi oleh suasana tenang yang tercipta malam itu. Sosok di pojok ruangan, disudut tergelap menghadap langsung ke pinggir jendela, sosok dengan badan tegap terdiam kaku menatap tubuh lemah yang tertidur diatas ranjang.

Sosok itu perlahan mendekat, membiarkan sebagian tubuhnya diterangi cahaya bulan yang menyelinap masuk melewati jendela, ia mendekati Gadis yang tertidur, sedikit menunduk, pelan-pelan dan

"Huh," gadis itu bergumam, mata gadis itu terbuka, sedangkan sosok yang menyentuh pipinya menghilang dengan cepat, gadis bersurai gelap itu mendudukan dirinya diranjang pelan-pelan, tubuhnya masih sangat sakit dan lemah, ia menatap kejendela yang terbuka, menatap langsung kearah bulan yang bersinar terang.

***

"Apa yang terjadi? Matamu terlihat lelah sekali." Kanya masuk ke ruangan Intan sembari membawa senampan sarapan, Intan hanya menggeleng,

"Semalam aku tidak bisa tidur, ah, membosankan sekali." Ucap Intan, Kanya menggeleng.

"Kenapa tidak, aku tidak suka kau begadang, kau tau begadang itu buruk untuk kesehatan" ucap Kanya, Intan hanya mengangguk sembari memakan sarapannya.

"Ayahku akan pergi, dan Finnaly, hanya kita dirumah." Ucap Kanya, Intan tersenyum bingung.

"Pergi kemana?" Tanya Intan pelan, "kerumah rekannya, bukan sesuatu yang penting." Ucap Kanya, hening seketika, Kanya yang asik membaca bukunya sedangkan Intan melahap sarapannya.

"Kau tau Kanya, ini sudah terlalu lama." Intan membuka pembicaraan, Kanya yang mendengar itu menoleh pelan,

"Bahkan ketika aku sakit dan nyaris kehilangan nyawa, dia tidak datang, Martin tidak datang!" Ucap Intan sembari menunduk, sarapan paginya teracuhkan sekarang,

"Bukan begitu Intan, Martinus pasti datang tapi tidak sekarang." Kanya menatap Intan dengan raut sedihnya, ia mencoba mengerti, tetapi sulit, jika ia diletakan diposisi Intan, ia pasti akan merasakan hal yang sama, yaitu Keraguan.

"Apa ia masih mencintaiku? Aku pergi bersama Matt, Matt melakukan segala hal untuk merebutku dan Martin hanya diam," ucap Intan, kini suaranya bergetar, matanya berkaca-kaca, ia sudah terlalu lama menahan air matanya, kini semuanya lepas.

"Aku tau ini menyakitkan, aku mengerti perasaanmu, tapi jangan menganggap semua ini sia-sia, anggap saja ini perjuanganmu," ucap Kanya,

"Perjuangan apa? Ini tidak jelas, aku tidak tau apa akhir dari perjuangan ini Kanya, aku hanya ingin bertemu, jika memang aku harus menjadi seperti mereka untuk bersama, aku rela, aku sudah tidak punya siapa-siapa didunia, hanya Martin." Intan membiarkan air matanya mengalir, menyakitkan rasanya.

"Aku tidak tau," desis intan,

"apa lagi yang harus ku tunggu?" Ujar Intan, gadis itu menunduk, Kanya mendengarkan itu semua, memeluk erat tubuh Intan,

"Sebentar lagi Intan, sebentar lagi, dia pasti akan kembali." Ucap Kanya pelan.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Posesif VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang