17

5K 197 11
                                        

-masa lalu adalah ukiran kenangan permanen untuk masa depan-

Mata setajam elang berdarah milik Martinus menyapu pandangannya beralih kejeruji sel bawah tanah yang gelap dengan kecepatan Vampirenya, seulas senyuman sinis tertoreh dibibir Martinus mendekati dua sosok yang diantaranya manusia bernama Kanya dan Vampire bernama Kyra.

"Puas dengan kegelapan? Apa kau masih memiliki daya untuk sekedar bangkit dan melawanku, sekarang?" Ucap dingin Martinus menatap Kyra, sedangkan Kyra dibalik jeruji disudut tergelap penjara tersenyum datar tanpa ekspresi, "aku tau kau datang dengan tujuan," ucap Kyra, mengalihkan pandangan Kanya yang duduk sambil menendang-nendang kerikil disekitarnya,

"Kau berbicara dengan siapa?" Tanya Kanya dengan dahi mengernyit diabaikan Kyra, "seperti katamu, aku memang memiliki tujuan, ikut aku, dan kau kulepaskan." Jawab Martinus seperti bisikan dapat didengar jelas oleh Kyra, namun tak terdengar oleh Kanya.

"Kembalikan kekuatanku, dan kita bisa berbicara seperti yang kau mau." Jawab Kyra lagi membuat Kanya mengernyit dan mendekati Kyra dengan pandangan aneh, "kau gila Nona Vampire? Apa setelah kehilangan kekuatanmu, kau menjadi depresi dan berbicara sendiri? Sangat disayangkan." Ucap Kanya meletakan punggung tanganya didahi Kyra ditepis keras oleh Kyra,

"Jadi kau sudah memiliki teman curhat?" Ucap Martinus terkekeh, Kyra tau bahwa Martinus tak terlihat bahkan tak terdengar oleh Kanya, "Dia musuhku, sebaiknya cepat kembalikan kekuatanku!" Bentak Kyra kembali membuat Kanya terbatuk dihadapannya dengan pandangan tak percaya,

"Yatuhan, kenapa kau menjebakku bersama Vampire Gila!!" Gumam Kanya didengar jelas oleh Kyra.

"Terserah kau mengatakan aku Gila dan sejenisnya, dasar manusia bodoh, pantas saja, kau tak tau siapa yang kuajak berbincang barusan, huh" sindir Kyra dengan tatapan sinis membuat Kanya menahan tawanya sambil berpikir,

'dia benar-benar gila, lihatlah pada siapa dia akan berbicara ditengah penjara mati ini?'

"Pada siapa?" Tanya Kanya memastikan dengan tawa yang tertahan, "Martinus." Jawaban sekaligus kemarahan itu beraduk dihati Kanya, dengan cepat gadis itu mendekati besi jeruji dan memukulnya,

"Hei Martinus, LEPASKAN AKU.....dasar binasa, kenapa kau menahanku disini bodoh!! Sialan, kau hanya mahkluk terkutuk yang mencoba hidup diantara tentramnya kehidupan manusia, Hey lepaskan aku..Vampire bajingan!" Teriakan, pukulan, hantaman, apapun yang ada disekitar Kanya kini berantakan ulah gadis itu mengamuk, sedangkan Kyra hanya diam disudut tergelap dengan senyuman datarnya "sebenarnya siapa yang Gila, Kanya." Sambil menatap Kanya penuh emosi,

"DIMANA MARTINUS ITU? DIMANA VAMPIRE SIALAN ITU!" Teriak Kanya seperti orang kesurupan, sedangkan Kyra hanya mengidikan bahu acuh,

"Dia takan mau menunjukan dirinya dihadapan gadis ingusan seperti kau." Jawab Kyra santai,

"Lepaskan aku, Marcus, kau dimana?..hiks..hiks" menangis sambil memukul tembok, itulah yang dilakukan Kanya,

"Bisa menangis juga rupanya, terkadang aku bingung, kau ini manusia perempuan yang sama sekali tak memiliki sisi kelembutan! Aku jadi bingung, dari sikapmu-" ucapan Kyra terhenti disaat melihat Kanya yang melemah sambil tertunduk menangis.

"Sisi lembutku sebagai wanita kini berfungsi kembali, huh" sergah Kyra mendekati Kanya yang melemah.

***

"Ini ayahku." Sambil menunjukan bingkai foto penuh ornamen hati kepada Matt, Intan kembali menyeka air matanya,

"Aku tak tau dia dimana saat ini." Sambungnya menumpahkan tangisnya dalam bahu Matt, sedangkan Matt, untuk pertama kalinya merasakan betapa pedihnya kehilangan, ketidak pastian, kegelisahan, dan cinta disaat matanya kini menatap lekat Intan dengan pandangan lemah Intan.

"Ini ibumu?" Dibalas anggukan Intan, Matt memilih diam, "Ibu meninggalkanku disaat kami berlibur, kami didalam kendaraan, kami bahagia, namun tak berselang lama, ibu pergi, pergi selamanya meninggalkan kami berdua." Segukan kembali terdengar.

"Seharusnya aku tak menayakan ini, aku kembali mengingatkan luka itu, iyakan?" Gelengan kini didapati Matt, perlahan Intan berjalan mendekati jendela, untuk pertama kalinya Matt merasa bersalah karena salah ucap, ini semua hanya karena seorang manusia, terlebih lagi seorang perempuan.

"Maka dari itu, aku sangat takut jika harus berjauhan dengan orang terdekatku, aku takut mereka akan pergi seperti ibu, dan sekarang ayah..." Bergetar?, tentu saja, Intan bergetar, dihidupnya hanya ada Ayahnya seorang didunia, "sudahlah, jangan menangis." Sambil menyeka air mata, Matt menarik Intan kepelukannya lagi.

***

"Jika kau ingin aku ikut bersamamu, berikan aku jaminan untuk kesehatan manusia itu." Sambil menunjuk Kanya yang terlelap entah bagaimana caranya, Kyra memandang Martinus.

"Sejak kapan, kakaku Kyra memiliki sikap toleransi? sejak kapan kak?" Tanya Martinus, dengan jentikan jari, luka-luka pada tubuh Kanya sembuh seperti sedia kala, dan tentunya tanpa sepengetahuan Kanya yang tengah tak sadar.

"Ada suatu hal yang ingin kubicarakan padamu, sangat penting, kak!" Sergah Martinus datar,

"Kak? Kau memanggilku dengan sebutan itu lagi? Lucu sekali." Tawa menggelegar pada Vampire wanita itu, namun tidak dengan Martinus.

"Aku hanya yakin, bahwa kau tak ada sangkut pautnya dengan ini, begitupun dengan aku." Jawab Martinus dingin hingga tiba dikoridor Mansionnya, "Maksudmu?" Tanya Kyra tak paham,

"Aku merasa ini semua bukanlah jawabannya, kita berada pada poros yang salah, aku hanya yakin, bahwa ada kesalahan mengenai masa lalu itu." Jawab Martinus kembali membuat dahi kyra mengernyit,

"Aku-pun"

My Posesif VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang