-terkadang ketakutan sendiri yang menyelamatkanmu dari bahaya itu sendiri-
Pintu dengan ukiran klasik berderit pelan bertanda seseorang sedang memasukinya, langkah Intan menyapu sekitar ruangan yang menurutnya nihil, tidak ada siapa-siapa,
Ayahnya yang sedang bertugas di Swedia mengharuskannya untuk mewajibkan hal kesepian dalam daftar perasaan, Intan sudah cukup terbiasa untuk itu, Terbiasa akan rasa rindu pada Ayahnya, sembari mengotak-atik ponselnya, dan mencari daftar nama familyar dikontaknya, Kemudian melakukan panggilan kepada Hens, Ayahnya.
"Ayah..." lirih, suara Intan terdengar lirih,
"Kau baik-baik saja? Kapan kau akan kembali..." senyuman mulai mengembang dibibir Intan mendengar setiap balasan dari orang diseberangnya,
"Aku pasti menunggu, aku sendiri disini ayah, sebaiknya kau cepat kembali, kau taukan, putrimu ini cepat merasa bosan." Tawaan kini terdengar dibibir Intan, hingga akhirnya gadis itu menutup panggilanya karena lelah,
"Argh...aku lelah!" Gumamnya menarik kopernya sambil berbaring diranjangnya.
Ting,
MartinG: "sayang, kau harus istirahat."
Melihat pesan masuk seketika membuat dahi Intan mengernyit sambil tersenyum, tak berniat membalas gadis itu meletakan ponselnya sembari menyambar handuk dan memasuki kamar mandinya.Sore yang indah, senja yang terlihat jelas disaat mata Intan membulat menatap bulan purnama yang kian menerangi dirinya sendiri dari balkon kamarnya, sinar rembulan yang menelusuk kebayang-bayangannya yang kini tengah ditemani teh hangat.
Jangan lupa Minum teh hangatmu untuk malam ini, bae.
Send.Keningnya berkerut menyadari ada yang berbeda, sudah 30 menit Intan duduk dibalkon namun belum ada balasan dari kekasihnya, sambil menatap cemas gadis itu dengan cepat menghubungi Martin, namun hanya kekosongan yang didapatnya,
"Martin..." gumamnya silih berganti menjadi umpatan, "bae!" Lagi-lagi pikirannya buntu, matanya menatap keseliling dimana jalanan dibawahnya kosong, penerangan redup bahkan suasana malam semakin mencekam,
"Aneh," pikirnya, tak biasa jalanan disini sesepi malam ini, segera diubrisnya pikiran itu mengingat ada hal yang lebih penting yang harus ia pikirkan.
Brakk...Suara pintu balkonnya tiba-tiba saja tertutup kencang, dimana Intan tengah diluar balkon harus terkunci diluar, pandangannya lagi-lagi menyapu keseliling, namun keheningan menjadi jawabannya.
"Siapa disana?" Teriak Intan dengan penekanan ditiap kata-katanya, 'martin?' Pikirnya, namun tak mungkin, lelaki itu sudah kembali ke Berlin, Belanda sore tadi, tak mungkin dia kembali, kalaupun lelaki itu kembali maka Intan takan pernah memaafkannya. Dan hal itu dipengaruhi oleh berbagai alasan tentunya,
"Aku tau kau ada didalam, jangan macam-macam!" Teriak Intan dari arah luar, namun keheningan lagi-lagi menjadi jawaban, aneh pikirnya lagi, kini tengkuknya meremang cenderung merinding, seakan ada yang bernafas dibelakangnya, semakin membuat keadaan mencekam.
'Apa mungkin ini ulah mahkluk—' matanya membulat seketika seakan mendengar samar-samar suara berat tengah memanggilnya,
"Jangan bermain-main denganku!" Sambil ketakutan gadis itu mengeratkan pakaian yang ia kenakan, ditambah suasana dingin yang membuatnya ketakutan tentunya,
"Kau manis," sebuah suara membuat Intan terjerembab, bagaimana tidak seorang lelaki dengan keadaan tubuh melayang tengah mendorongnya sambil menyudutkan tubuhnya diujung balkon.
"SIAPA KAU!" Bergetar, kini suara Intan bergetar, antara takut dan bingung, lelaki yang entah datangnya dari mana kini tengah menyudutkannya, tak lupa dengan mata memerah darah, membuat Intan menunduk bergetar,
"Dia manis, bukan? Hm...aromanya, seakan aku telah mencicipi madu terlezat dijagat raya, padahal aku sama sekali belum merobek lehernya!" Bisik lelaki itu sambil mengangkat dagu Intan yang menangis kebingungan menghantui gadis itu, apa maksudnya dengan merobek leher?
"Jangan bermain-main, Matt." sebuah suara yang berbeda kembali menyahuti, membuat Intan kembali menegang ketakutan, 'sial mereka ada dua' umpat Intan, sambil berusaha melepas cengkraman lelaki yang dipanggil Matt oleh gadis berambut twintal dibelakangnya, 'shit, bukannya dia Kyra?' Umpatnya sambil mendorong lelaki dihadapannya, namun nihil, tak ada gunannya,
"Kau mau aku melepaskanmu, Maduku?" Seakan tau apa yang sedang dilakukan Intan, dengan segera Matt mengangkat Intan kedekapannya dalam gendongan bridal stylenya, sontak membuat Intan terpekik, terkejut disaat memperhatikan Matt yang sedang tersenyum padanya, 'lelaki itu bertaring?'
"Martinus akan membunuhmu, Matt, jika saja kau masih menggoda gadis itu!" Bentak Kyra seakan tak suka melihat Matt memandang takjub Intan sambil mengendus disekitar leher gadis yang tengah ketakutan itu, 'martin? Kau dimana?'
"Lupakan sepupumu itu, lihat saja, Posesivenya akan menghancurkan jiwa vampirenya!" Dengan mata menyalang Kyra menatap Matt,
'Dia belum tau bahwa Martinus adalah vampire, bodoh' ucap Kyra membathin,
'Biarkan dia membenci kekasihnya Kyra, sedikit drama romantis mungkin dapat mengisi kehidupan berambisi kita' Balas Matt.
"Jangan sentuh Martin!" Bentak Intan sambil memukul Matt dengan sekuat tenaga, namun Matt yang mendapat perlakuan itu hanya tersenyum sambil menahan tawa,
"Maduku, kau tau itu geli? Kau mau menggodaku sayang? Kau semakin menarik saja." ucap Matt menatap Intan yang menatapnya benci,
"Sayang? Cih, jangan sebut itu dari mulutmu, dengarkan! Aku tak takut padamu, entah kau mahkluk apa! Bermata merah, bertaring dan...Iihh, pergilah!" Ucap Intan sambil memeberontak dalam pelukan Matt, seketika mata Matt menajam dibuatnya, entah kenapa lelaki itu melepas seketika gendongannya pada Intan membuat Intan terjatuh sempurna dilantai yang dingin,
"Kau tak tau kami mahkluk apa?" Ucap Matt dengan nada mengancam, suaranya seketika penuh penekanan, matanya menyalang dengan taringnya yang memanjang, melihat Intan ketakutan sambil berjalan kebagian pojok Balkonnya.
"A..aku..ti..tidak..pe..peduli" ucapnya gagap disaat Matt sangat, sangat dekat dengannya, lelaki itu tersenyum menyeringai,
"Kami Vampire, kekasihmupun!" Bisiknya membuat Intan menengang seketika,
Blep...
gelap.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesif Vampire
VampirosBagaimana perasaanmu apabila memiliki kekasih yang Posesive? Terlebih keposesive'annya itu beralasan! Anehnya, alasan itu tak masuk akal, namun begitu nyata, yang sulit dicerna otak karena kau tau rahasia terbesar kekasihmu yang merupakan seorang, V...