24

3.9K 157 1
                                    

Kanya menatap sosok vampire kejam diambang pintu dengan wajah kecut bercampur benci, dibenaknya Matt adalah orang yang berbahaya dan paling dibencinya seumur hidup, entahlah? Ini semacam rasa yang datangnya ia sendiri tak menyadarinya, semenjak bertemu Marcus, keadaan hati Kanya seolah menyesuai dengan keadaan hati Marcus, sehingga ia yakin, perihal Pasangan takdir itu benar adanya.

"Sudah menjelaskannya Nona Kanya Dasean?" Mendengar namanya diucap Matt, kebencian itu kembali bangkit, ia sadar bahwa Matt tak bisa melangkah lebih, hanya sebatas sampai pintu, itupun karena adanya semacam kekuatan yang memperisai rumah milik vampire hunter ini,

"Apa yang kau mau?" Bentak Kanya menutupi tubuh ramping Intan dibelakang tubuhnya, sedangkan Ron yang masih shock melihat mahkluk immortal yang diburunya tengah ada dihadapannya, "kau sendiri tau, apa yang ku cari Kanya, kita belum berkenalan secara sah, bukan? Baik aku Matt, sepupu Marcus dan Martinus." Ucap Matt dengan senyuman aneh, "dasar iblis, sialan." Dan saat itu juga Kanya melemparkan Matt sesiung bawang putih berharap ada reaksi, namun nihil. Tak ada yang terjadi,

"Berikan Intan padaku." Ucap dingin Matt menatap kanya dingin,

"Kalian menjauh! biarkan aku yang menangani ini." Bentak Ron menatap Kanya dan Intan, sedangkan Intan masih shock ketakutan, Kanya masih berdiri tegap seolah menantang Matt,

"Berikan Intan, atau kuhancurkan lelaki tua ini." Bentak Matt tajam,

"Tua? Hahah, kau kira umurmu berapa tuan pengemis darah?" Tawanya terdengar sumringah, antara ketakutan dan kebencian, "Kanya menjauh!" bentak Ron membawa suatu tongkat mendekati Matt dengan langkah pasti,

"Ron, kau takan bisa melawan vampire ini hanya dengan tongkat itu!" Bisik Kanya pelan, terlihat alis Matt terangkat, vampire itu mendengar jelas ucapan Kanya, namun Intan masih ketakutan memperhatikan itu semua.

"Lihat saja, Kanya kau bawa Intan menjauh, yang vampire ini inginkan adalah dia." Ucap tegas Ron mau tak mau di ikuti Kanya, belum selangkah kedua gadis itu menuju belakang rumah, namun teriakan Ron sudah terdengar,

"Selamat jalan tua." Ucapan dingin itu mengalihkan pandangan Kanya dan Intan dengan ragu, mereka berdua menatap Matt dengan tangan kanannya yang sedang memegang tongkat yang dibawa Ron dengan ujung yang menembus tubuh Ron sempurna,

"Ron!!" Pekik mereka berdua secara bersamaan, "baiklah Intan, kembalilah kepadaku." Ucap lembut Matt mengadahkan tangannya pada Intan yang menggigil ketakutan.

"Jangan sentuh dia, sialan!" Bentak Kanya mendorong tubuh Intan menjauh, sedangkan Matt menatap itu dengan kemarahan segera mendorong Kanya keras hingga terpental kedinding,

"Apa yang kau mau Matt! Seharusnya kau tau, aku tak mencintaimu! Pergilah! Sikapmu yang selalu membuatku takut justru membuatku membencimu!" Bentak Intan melangkahkan kakinya mundur,

"Aku mengatakan ini baik-baik Intan, jika kau tak mau ikut denganku, maka aku akan bersikap kasar." Sambil mencekik leher intan, Matt menatap penuh kepuasan,

"Dimana Martinusmu? Dimana lelaki posesivemu itu?" Remeh Matt kembali membuat Intan menangis,

'Dia benar, dimana kau? Bae, aku membutuhkanmu'

"Kau akan ikut denganku!" Ucap Matt melepas cekikannya membuat Intan terbatuk pelan sambil memegangi lehernya yang membiru, terlihat dimatanya yang memburam, Kanya dibelakang punggung Matt mendekat membawa tongkat penuh darah milik Ron,

Brash, lagi-lagi Kanya terpental, kali ini lebih parah, kepala gadis itu tersandung oleh meja, membuat pandangan Kanya memburam kemudian menggelap,

"Cantik sekali, kau tampak cantik dengan pandangan menunduk dan leher membiru, madu." Bisik Matt tertawa renyah, sedangkan Intan menatapnya penuh benci,

"Jangan menyentuhku, kau menjijikan!" Selepas kata-kata itu terlepas dari mulut Intan, kepalan tangan Matt mulai terlihat dan memukul Intan hingga gadis itu terhuyung kemudian meringis,

"Menyakitkan bukan? Akan kutunjukan, sesuatu yang lebih menyakitkan." Ucapan Matt terdengar seperti gerbang neraka yang mulai terbuka lebar melahapnya dengan tak memberi celah untuknya untuk tidak merasakan sakit.

Kalian pasti bingungkan? Martinus kenapa gak dateng-dateng tiap Intan pingin dia dateng!.

Jelasnya kalian lebih tau dari Intan.

My Posesif VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang