12

7K 266 17
                                        

-kekerasan takan diperlukan untuk memecahkan teka-teki cinta, tapi ketulusan yang membuatmu menang dari segala syaratnya-

"Apa!!" Pekikkan keras itu secara tiba-tiba terlontar begitu saja dari seseorang disudut ruangan.

Ruangan berdekorasi coklat, dengan keadaan temaram, bernuansa kayu klasik ditemani segelas darah sebagai menu utama hidangan Restorant itu.

"Bagaimana bisa Kyra ditahan dimansion itu!" Pekiknya sekali lagi, "Matt..Matt, kau telah berurusan dengan vampire yang salah, sobat!" Seru lelaki disamping Matt, lelaki bertubuh jangkung dengan rambut pirang yang tengah terkekeh itu menertawakan Matt dengan segala tindakannya, lelaki dihadapan Matt saat ini memiliki wajah dan tubuh yang sama seperti Martinus, sayangnya dia bukan orang yang dimaksud.

"Aku tau kalian berhubungan sebagai sepupu, tapi tak menjamin bahwa kekuatan kalian akan sama, Martinus jauh lebih kuat dan dikenal, sedangkan kau? Hanya putra dari seorang pemberontak." Mata Matt menajam hingga Matt mencekik lelaki pirang dihadapannya, lelaki pirang berwajah seperti Martinus.

"Kau mau membantuku atau menghinaku, Marcus!" Tak dirasa cekikan Matt untuk Marcus, semakin erat hingga merobohkan kursi kayu yang didudukinya, "aku hanya ingin imbalanku, sebelum membantumu, saudara!" Balas Marcus santai menepis tangan kokoh Matt dan meminum kembali cangkir darahnya,

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Matt pada Marcus, "kau kuberikan Intan, dan kau berikan aku Martinus." Balas Marcus berhasil membuat dahi Matt mengernyit,

"Apa yang kau inginkan dari Martinus?" Tanya Matt bingung,

"Aku akan mengambil apa yang sepatutnya kumiliki." Jawab Marcus pelan,

"Hahahahhaa aku lupa, kau kembaran yang terbuang, sobat" tawa Matt benar-benar membuat Marcus kembali mengingat betapa pedihnya kehidupannya beberapa ratus tahun terakhir,

"Setidaknya aku masih mengingat bahwa kau adalah sepupuku, Matt!" Balas Marcus mendecih sambil keluar ruangan berinterior kayu itu sebelum meneguk Darahnya lagi,

"Bagaimana dengan rencana kita?" Tanya Matt menghentikan jalan Marcus yang menuju pintu keluar,

"lakukan secepatnya," balas Marcus membuat seulas senyum devil dipermukaan bibir Matt, setidaknya ia yakin bahwa ia tak sendirian sekarang.

***

Suasana Mansion dengan gemericik air dari air terjun itu seolah membawa ketenangan bagi yang mendengarnya, Intan dengan mata terpejam mengelak untuk melanjutkan tidurnya kealam mimpi, sementara langit yang sudah menggelap, di barengi dengan suara burung hantu yang jelas, benar-benar membuatnya takut,

"isshh, kenapa aku tak bisa tertidur," resahnya sambil menyingkap permukaan selimut tebal berwarna maroon,

"Merindukanku? Aku tau, jadi kau tak bisa tidur, bukan begitu bae?" Sahut seseorang yang tiba-tiba sudah berada didepan Intan, siap dengan pakaian tidurnya.

"Tidak juga," balasnya sambil membalikan badan kembali tidur mengacuhkan Martin, "hei jangan acuhkan aku, sayang!" Dengan sekali lompatan, Martin telah berada dibelakang intan siaga memeluk gadis itu,

"Jangan sentuh aku, Martin." Kesal Intan, masih dengan suara khas orang lelah, "kau marah bae?" Tanya Martin yang kini menghadapkan tubuhnya diatas Intan, "meninggalkanku seharian sendirian dimansion asing, kenapa kau tak mengijinkanku keluar huh? kau mengurungku dikamar dimana diluar sana terdapat air terjun yang indah! Aku kesal padamu," sergahnya sambil mengerucutkan bibirnya, suasana gelap temaram memang menyulitkan Intan untuk melihat sekitar namun tidak dengan Martin, lelaki itu dapat melihat jelas, bagaimana Intan memerah karena dahinya berada tepat didahi gadis itu,

"Sayang, kamu mengerti kalau aku khawatir denganmu, dan karena rasa khawatir itu ada rasa takut jika aku membiarkanmu dialam bebas sementara dirimu belum sembuh total, rasa takutku juga beralasan, takut kehilanganmu karena kecerobohanku lagi, dan soal aku hilang seharian itu, maafkan aku, ada suatu hal yang harus kuurus, semuanya demi kau, demi keselamatanmu!" Jelas Martin pelan, sambil menatap permukaan wajah Intan yang tengah terpejam, "mendengar penjelasanmu, membuatku takut jika suatu saat nanti aku terpisah darimu," tanpa sadar permukaan bibir Martin tersenyum melihat wajah Intan yang sedang khawatir,

"Maka dari itu, aku melakukan ini, agak rumit memang dan aku tak peduli itu, semuanya demimu, bae." Bisik Martin menenggelamkan kepalanya dalam lekukan leher Intan,

"Martin, kau vampire-kan?" Perlahan kepala Martin menggangguk meyakinkan Intan, "kau minum darah?" Kepala dileher Intan kembali mengangguk, "kau tak akan meminum darahku, kan?" Ucap Intan bergetar, Martin sadar bahwa ia salah posisi, Martin segera bangkit merasa bahwa Intan pasti takut dan salah paham karena posisinya tadi,

"Tidak selagi kamu tidak memberikannya, bae!" Jawab Martin mengembalikan senyum Intan, "kenapa begitu? Apa kau tak risih berdekatan dengan ku, maksudku minumanmu! Eh" sambil menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal membuat Martin yang jelas melihat semua kelakuan Intan dalam gelap hanya terkekeh pelan, lelaki itu kini memiringkan badanya disamping Intan sambil bertopang dagu,

"Darimana kau dapat pikiran seperti itu, sayang? Kau ini kekasihku bukan minumanku, kau manusia yang berbeda, dan aku mencintaimu!" Bisik Martin ditelinga Intan, "jangan menggodaku malam-malam, aku mau tidur bae, kau bisa disofa?" Tawar Intan manis dengan matanya yang mengerjap-erjap imut, dengan langkah gontai Martin bangun dari ranjang sambil menyelimuti Intan dan mengecup dahi dan dagu gadis itu,

"Bibirmu? Eh" tawar Martin dengan suara serak khasnya, "aku tidur, bae" balas Intan mengacuhkan,

"Good Night" sergah Martin, "good night too, my dear.."

Malam berganti pagi, dimana Intan dengan bahagianya bangun sambil meloncat disisi ranjang, berjalan mendekati sofa dimana Martin tengah tertidur, perlahan kepala Intan mendekat dan

"MARTIIIINNNN..." teriakan Intan sontak mengaggetkan lelaki yang tengah pulas itu,

"Kita turun, keair terjun itu, sekarang!!"

Deg, ada yang berbeda.

My Posesif VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang