Kecap Manis

816 33 0
                                    


Kesabaran , ketulusan, dan keikhlasan akan membawamu pada penantian yang tak sia - sia.
=Ares 2017 =

"Selamat Pagi Semua!" Ucap Rania semangat dengan merangkul Luna dan Vivi yang sedang duduk di Sebuah Cafe.

"Ngagetin aja kamu" ucap Vivi.

"Girang banget, sih kamu, Ran. Kayaknya lagi hepi nih" Kata Luna.

Rania melepaskan Rangkulannya. "Ahaha iya, gue lagi hepi" ucap Rania

"Soalnya dia udah jadi cewek gue" kata seseorang yang sangat Rania cintai setibanya di cafe itu. "Kita udah jadian" Ares merangkul pundak Rania. Pipi rania mulai memerah.

"Ooooo pantesaan." ucap Reyhan. "Berarti ini semua yang bayarin Ares, ya" lanjutnya

"Siap. Kalian pesen apa aja deh. Gue Traktir kalian" Kata Ares. Rania dan Ares mengambil posisis duduk bersebelahan.

"Yeyy makan gratis" Luna sangat gembira.

Berbeda sengan Vivi yang hanya diam dan tersenyum kecil. "Selamat, ya Res, Ran" ucap Vivi pelan.

"Lu sakit?" tanya Ares. Vivi hanya menggeleng.

Iya, Res. Sakiiit sekali. Sampai aku tak dapat mendefinisikan sakit apa yang aku rasakan.

***

"Ran, gue ke kamar mandi dulu" ucap Ares setelah jam kuliah berakhir.

"Gue tunggu di depan kampus, ya"

"Oke"

Rania melangkahkan kakinya kedepan kampus. Ia melihat mobil yang ia kenal. Sesosok makhluk yang tak diinginkan Rania keluar dari mobil itu dan menghampiri Rania. Praditya.

"Ngapain disini, mas?" tanya Rania.

"Mau jemput kamu," ucapnya singkat.

"Hah?" Rania terkejut. "Aku bisa pulang sendiri kok mas"

"Tidak papa, saya sudah niat untuk menjemput kamu" Praditya sedikit memaksa

"Tapi... " Rania menggaruk kepalanga bingung.

"Tapi Rania maunya pulang sama gue" Ucap Ares dengan memasang wajah sinis kepada Praditya dan merangkul pundak Rania.

"Kalian pacaran?" Tanya Praditya

"Gue mau nikah sama Rania, kenapa? Mau jadi penghulu gue?" Ucap Praditya tak sopan.

"Oh enggak. Kalau begitu saya pulang dulu, Ran" Praditya sudah dipuncak emosinya. Andai tak ada Rania disana, Praditya pasti sudah memukul wajah Ares.

Dengan tampang seperti itu, wajah Ares sangat pantas menerima pukulan

Mobil praditya telah meluncur keluar dari kampus.

"Lo kurang ajar banget, Res." Rania menepuk pundak Ares. Ares hanya tersenyum miring. "Tapi keren!" ucap Rania.

"Hahaha dia lebih keren." ucap Ares.

"Kok bisa?"

"Karena dia nggak mukul gue. Coba dia orang lain, pasti udah dipukul gue tadi. Hahaha" ucap Ares.

"Hahaha bener juga"

*dimotor

"Boleh meluk?" tanya Rania genit.

"Enggak." Jawab Ares singkat. Bibir Rania nembentuk kerucut. "Ntar bidadari - bidadari surga pada iri liat titisan Nabi Yusuf lo peluk"

Rania tertawa. "Hiih. Titisan Nabi Yusuf dari mana cobaaaa. Udah buruan jalan." Rania memeluk erat Ares.

Once Again (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang