Big Wish For You

867 25 0
                                    

Rania berjalan dengan langkah cepat. Ia ingin segera sampai ke apartemen dan bersembunyi di balik kehangatan selimut.

Setibanya di depan kamar, ia melihat kamar Ny. Stephy.  Ia mengurungkan niat untuk ke kamarnya.

Ny. Stephy menyambut Rania hangat.

"What happend sweat heart?" Tanya Ny. Stephy dengan nada khas orang tua.

Rania diam sejenak, ia memproduksi airmatanya lagi kemudian memeluk erat Ny. Stephy. Ia menangis di pelukan Ny. Stephy yang telah ia anggap sebagai ibunya sendiri.

"It's ok baby, it's ok." Kata Ny. Stephy menenangkan.

Rania melepasan pelukannya. Ia menghelanair mata di pipinya, "Magnet itu, benar adanya, Nyona"

"Kabar baik sayang. Ini adalah kesempatan bagimu untuk menjalin cinta dengannya lagi"

"Tapi. Aku tidak tahu apakah aku masih mencintainya. Sekuat apapun ragaku untuk mencoba menolaknya, tapi hatiku selalu melawan. Dan satu lagi," Rania tertunduk.

Ny. Stephy memperhatikannya dengan seksama, menunggu gadis itu mrlanjutkan ceritanya.

"Ada magnet lain yang juga berusaha menariknya, dan sialnya magnet itu, sahabat yang ku kenal di NY" lanjutnya

"Kamu tahu, pemimpin terbaik adalah kata hati kita. Lebih baik kamu mengikuti hati kamu. Kamu tenangkan pikiran kamu dulu, buka mata hatimu lebar lebar dan kamu akan menemukan jawabannya" Kata Ny. Stephy bijak.

"Baik Nyonya" Ucap Rania. Kemudian ia pergi ke apartemennya. 

Ia terkejut mendapati Andrew sedang berbicara dengan Vicky.

"Hai Ran" Sapa Andrew.

"Ada apa?" Tanya Rania.

"Andrew Mau mengajakmu jalan jalan" ucap Vicky.

"Maaf Drew, tapi aku sedang sangat capek. Aku ingin istirahat"

"Oh. Baiklah kalau begitu" ucap Andrew pasrah.

Vicky melirik Rania dengan tatapan sinis, seolah ia berkata, dia udah nunggu dari tadi, lo ga kasihan?

Rania mengerti apa arti lirikan mata Vicky itu. "Tunggu, Drew" Katanya kepada Andrew yang telah didepan pintu. "Aku ikut kamu" Rania mengambil mantelnya dan pergi bersama Andrew.

"Ada yang mau kamu omongin?" Tanya Rania kepada Andrew.

"Hmmm... Pergilah bersama ku, Ran" Ucap Andrew

"Maksudmu? Bukankah aku sudah bersama mu?" Rania menghentikan langkahnya.

"Bukan begitu" Andrew memejamkan matanya. "Maksudku," Ia menarik nafasnya "jadilah kekasihku" ucapnya kemudian.

Rania terdiam. Hanya ada suara angin yang terlintas ditelinga Andrew.

"Andrew," Rania memeluk Andrew. "Kamu, adalah orang yang selalu aku harapkan untuk berada di sisiku. Dan aku nggak mau kamu pergi dari aku. Aku ingin kita tetap seperti ini."

Kalimat terakhir Rania membuat Andrew melepaskan pelukan Rania. Kedua tangannya memegang pipi Rania, matanya bersinar melihat Rania.

"Aku takut kalau aku kehilanganmu, jika kita terus bersahabat, tak kan ada kata saling menyakiti, dan aku tak akan kehilangamu. Jika kita menjadi kekasih, kita hanya akan terluka oleh cinta."

"Drew," Rania membelai pipi Andrew lembut. "Aku sayang sama kamu. Tapi tak lebih dari seorang sahabat. Masih Ada orang lain dihati ku, Drew. Maafkan aku, kuharap kamu mengerti" Setelah mengatakan itu, Rania pergi meninggalkan Andrew yang masih terdiam mencerna kata - kata Rania.

Rania berhenti di sebuah bar di jalan 11th Avenue.

Ia hanya memandangi segelas bir yang ada di tagannga.

Tuhan, kenapa ada dia lagi? Kenapa Tuhan mempertemukanku dengan dia setelah sekian lama aku jauh darinya. Mengapa Tuhan mempertemukan ku dengannya saat ada sahabatku yang juga mencintainya?

Hal itu membuat kepala Rania sedikit pusing. Ia merasa sangat sangat bingung dengan permintaan hatinya.

Ia pun berjalan pulang setelah menghabisi segelas bir nya.

"Hey Sweety" ucap salah satu dari segerombolan laki laki kepada rania. Rania mengacuhkannya berjalan lurus, mengacungkan jari tengah nya tanpa melihat orang - orang itu.

Brukk. Rania jatuh di pelukan Vicky. "Lo mabuk?" Tanya Vicky yang kaget melihat adeknya.

"Cuma minum segelas doang" ucapnya lemas. Kemudian terdengar isakan dari Rania.

"Dek, lo gapapa. Andrew ngapain lo? Lo ngga di apa apain kan? Bilang sama kakak lo diapain. Biar kakak kasih pelajaran tuh anak. "

"Kak, sejak tau Ares ada disini, gue jadi ngga tenang kak. Gue selalu memikirkan rangkaian kata  untuk kusampaikan kepada Ares saat kita bakal ketemu dan ketika gue ketemu, rangkaian kata yang telah susah payah kubuat, lenyap begitu aja."

"Buat lagi dong dek"

"Masalahnya, Sarah juga suka sama Ares"

Vicky terdiam. Perlahan ia melepaskan pelukannya.

"Kak, apa sih salah gue? Kenapa gue ngga bisa berhenti cinta sama dia? Kenapa gue harus ngerasain sakit ketika gue cinta sama seseorang? Gue sakit tiap kali liat matanya kak."

"Ran, mending lo tidur aja, oke? Gue tau gue nggak bisa kasih lo motovasi apa aja. Tapi gue bakal dengerin semua keluh kesah lo. Gue bisa sulapan. Setelah lo bangun nanti, lo pasti lupa semuanya. Ting" Vicky menyentil jidat Rania.

"Auch. Kakak!" Bentak Rania, kemudian merrka tertawa bersama.

Once Again (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang