#DC27

10.4K 871 74
                                    

"Lo yakin Pril, si bule setengah mateng itu sadar atas semua yang pernah diperbuatnya sama kita?" tanya Aya.

"Gue sih nggak sepenuhnya percaya sama dia. Kita lihat aja ke depannya Ay. Kita nggak tau di dalam hatinya bagaimana."

"Nggak semudah itu Pril gue percaya sama dia."

"Jangan pernah beri kepercayaan lo sepenuhnya sama dia Ay. Tapi kita cukup lihat sikap dia bagaimana setelah dia meminta maaf."

"Iya Pril. Dan lo tenang aja, selama gue tinggal disini, gue akan menjamin keselamatan lo dan juga ponakan gue."

Prilly tersenyum dan mengangguk. Setelah Abel meminta maaf dan menyesali perbuatannya, Aya pindah ke rumah Ali dan Prilly. Sementara Abel kini sudah pindah ke Singapura karena urusan pengalihan warisan peninggalan orang tuanya sudah selesai.

Walaupun memang sebenarnya Prilly dan Aya masih kurang yakin atas penyesalan yang dirasakan Abel, tapi mereka tetap mencoba memberikan maaf dan menerima Abel sebagai teman mereka.

Prilly menyandarkan dirinya ke kursi sambil menikmati makan siangnya. Begitu juga dengan Aya.

"Jangan berlebihan deh Ay. Lagian Abel sudah nggak tinggal disini."

"Yee lo mah gue perhatiin malah begitu."

"Terserah..."

"Eh Pril, kok akhir-akhir ini perut gue nggak enak ya? Kalau gue makan sesuatu bawaannya pengen muntah terus."

"Hamil kali," jawab Prilly singkat.

"Hamil?" ulang Aya.

"Iya. Coba aja lo test sendiri. Lo suruh Baja beliin lo testpack deh."

"Gue nggak yakin Pril."

"Lo nggak akan pernah tau hasilnya kalau lo masih nggak yakin seperti itu Ay."

Aya menghela nafasnya berat. Memang Aya juga ingin segera hamil seperti Prilly. Tapi Aya masih belum yakin apa memang benar di rahimnya sudah hadir malaikat kecil itu atau tidak.

***

Prilly memasang wajahnya dengan raut wajah cemberut. Sudah jam 8 tapi Ali belum saja pulang. Sedangkan Aya sudah tertidur sedari tadi. Prilly mulai bosan dan bingung harus melakukan apa.

Badannya berguling-guling kesana kemari. Lalu Prilly langsung mengambil ponselnya dan memainkan games yang ada di ponselnya.

"Hay sayang..." sapa Ali saat membuka pintu kamarnya.

"Kamu akhir-akhir ini pulangnya telat terus. Kamu sibuk banget ya?"

"Iya sayang. Maaf ya. Akhir-akhir ini aku sibuk. Aku juga harus mengurus kepindahan Baja."

Prilly langsung duduk saat mendengar kalimat Ali.

"Kepindahan Baja? Maksud kamu?"

"Iya, jadi perusahaan aku membuka cabang baru di Malaysia. Aku nggak bisa menghandle secara langsung kesana. Karna disini masih ada yang harus aku selesaikan, jadi untuk menggantikan aku, aku mengutus Baja untuk mengurus semuanya."

"Terus Aya gimana?"

"Ya mau nggak mau Aya juga pasti ikut pindah kesana sayang."

Nafas Prilly terdengar berat. Belum seminggu Aya tinggal di rumahnya, kali ini Prilly harus berjauhan dengan sahabatnya itu.

Ali yang melihat wajah murung Prilly langsung menarik dagu Prilly lembut.

"Kamu kenapa hem?"

"Kalau Aya ikut pindah sama Baja, aku nanti ditemenin siapa?"

Denganmu Cinta (CCS sesi 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang