{Part 8}

13.8K 850 10
                                    

Saat ini umur Pricell sudah dua puluh tahun, dan satu tahun berlalu setelah Pricell mengungkapkan perasaannya pada Carlo. Selama satu tahun itu juga Carlo menghilang tanpa jejak. Pricell tidak tahu lagi harus mencari Carlo kemana karena Sabrine yang merupakan nenek Carlo sama sekali tidak mau memberi tahu dimana cucunya saat ini berada. Dengan menghilangnya Carlo itu membuat Pricell sedih dan juga marah. Dia marah karena merasa dipermainkan oleh pria itu, karena Carlo menghilang tanpa memberi alasan. Carlo meninggalkannya dengan perasaan yang masih ada dihati Pricell.

Pricell berfikir bahwa Carlo pergi meninggalkannya karena dia terlalu kekanakan dan memaksa saat mengungkapkan perasaannya satu tahun lalu.

Setelah merenung dan akhirnya sadar akan kesalahannya Pricell mulai mengubah sifat dan kepribadiannya selama satu tahun Carlo pergi. Pricell menjadi lebih ceria juga murah senyum sekaligus sabar dalam menghadapi segala hal.

Untuk menghilangkan Carlo dari hatinya Pricell dengan yakin menerima tawaran Javi untuk menikah dengan imbalan bahwa Javi akan memperbaiki panti asuhan tempatnya tumbuh besar. Semenjak menikah Pricell mulai tinggal dirumah keluarga Javi. Setiap pagi Pricell akan membuatkan kopi terlebih dahulu untuk Javi dan Aberto, ayah mertuanya. Lalu selanjutnya dia akan menyeduh teh untuk Serra, Ibu mertuanya dan juga Kylo adik Javi.

"Selamat pagi, Ayah. Silahkan nikmati kopi dipagi hari." Dengan tersenyum lebar Pricell meletakkan kopi tersebut diatas meja ruang kerja Aberto. Gadis itu menunggu balasan dari sapaannya, tapi mertuanya itu hanya diam sambil membaca koran. Sama sekali tidak melirik menantunya.

Pricell yang tidak mau ambil pusing akan hal itu segera keluar dari ruang kerja mertuanya lalu mulai berjalan menuju ruang tamu.

"Selamat pagi, Ibu. Selamat pagi Javi. Nikmati kopi dan teh ini selagi masih panas untuk menambah tenaga dipagi hari ini." Masih dengan riang dan semangat Pricell meletakkan kopi dan teh tersebut di meja ruang tamu namun tetap tidak ada balasan apapun dari mertuanya bahkan suaminya. Pricell yang sudah terbiasa selama sebulan didiamkan oleh keluarga ini. Dia membiarkan itu semua dan mulai berjalan keatas menuju kamar adik laki-laki Javi.

"Buka pintunya Kylo, aku membawakan teh panas untukmu."

Kylo membuka pintu kamarnya dengan malas. Pricell tersenyum senang lalu segera masuk kedalam kamar Kylo dan meletakkan teh panas tersebut diatas meja belajar. "Nikmati selagi panas. Teh panas baik untuk kesehatan."

Kylo menyerngit jengkel. "Keluar."

Ucapan dingin Kylo juga sudah biasa bagi Pricell, gadis itu dengan senyum yang masih menempel dibibirnya segera keluar dari kamar Kylo.

Selama satu bulan ini, Pricell tinggal dirumah besar seperti istana yang dihuni oleh seluruh keluarga Javi. Banyak hal yang membuat Pricell heran di dalam rumah ini. Pricell tidak mengerti mengapa seluruh anggota keluarga Javi tidak ada yang mau berbicara dengannya. Termasuk Javi yang merupakan suaminya. Bahkan yang lebih anehnya lagi Pricell dan Javi tidak tidur dalam satu kamar. Tidak pernah sekalipun Javi menyentuhnya setelah menikah.

Pricell berjalan turun menuju ruang makan, menyiapkan peralatan untuk sarapan pagi. Pricell tidak pernah sekalipun memasak dirumah ini karena semua makanan selalu dibuat oleh seorang koki. Setelah selesai menata peralatan makan, Pricell melihat seluruh anggota keluarga Javi berjalan kearah meja makan dan menempati kursinya masing-masing begitu pula dengan Pricell yang mulai duduk dibangkunya.

Sebelum mengambil makanannya sendiri Pricell dengan antusias berencana mengambil makanan untuk Javi, tapi semua itu hanya jadi rencana saat Pricell merasakan tatapan tajam dari Serra. Karena tidak ingin membuat keributan Pricell akhirnya mengambil makanan untuk dirinya sendiri kemudian mulai memakannya dengan lahap.

Sambil mengunyah makanannya, Pricell dengan mata berbinar memperhatikan Aberto dan Kylo yang sedang berbicara santai sambil menikmati sarapan. Sedangkan Serra sibuk mengambil makanan untuk Javi. Dari sudut pandang Pricell selama sebulan ini dia jadi mengetahui bahwa Aberto lebih menyangi Kylo sedangkan Serra lebih menyayangi Javi.

Pricell tersenyum senang memandang keluarga barunya. Dia sangat bahagia karena pada akhirnya dia mempunyai keluarga. Walaupun keluarga Javi belum sepenuhnya menerima Pricell, tapi dia akan terus berusaha membuat keluarga Javi menerimanya sebagai bagian dari keluarga juga.

****

Malam harinya Pricell bosan hanya duduk dan merenung dikamar barunya dirumah Javi. Tak ada yang dia kerjakan dirumah ini selain makan dan tidur. Untuk menghilangkan kejenuhannya, Pricell berjalan keluar mencari udara segar, tapi saat dia berjalan menuju pintu utama, Pricell melihat Serra yang baru saja turun dari mobil membawa tas belanjaan yang begitu banyak.

Dengan cekatan Pricell berlari kecil menuju Serra dengan senyuman lebar. "Ibu, biarkan aku membantumu." Tapi baru saja Pricell ingin mengambil alih belanjaan tersebut, tangan Serra lebih dulu menepis tangan Pricell dengan kasar.

"Singkirkan tanganmu! Aku bisa membawanya sendiri, tugasmu dirumah ini hanya untuk memberikan keluarga Laxious keturunan. Kau mengerti?" Serra memberi tekanan pada kalimat terakhirnya.

Pricell tetap tidak menghilangkan senyum di wajahnya. "Aku pasti akan memberikan cucu untuk keluarga ini. Jadi sekarang biarkan aku membantumu."

Serra mendengus sinis. "Kau ini hanya mesin pembuat anak bagi Javi! Jadi ingat tempatmu! Setelah kau melahirkan, aku akan mengusirmu dari rumah ini!"

Seketika senyuman lebar Pricell tadi menghilang digantikan raut terkejut.

"Aku hanya mesin pembuat anak? Apa maksud Ibuaku tidak mengerti?" Suara Pricell mulai bergetar.

Serra menyerngit heran. "Apa Javi belum memberitahumu?."

Pricell menatap Serra bingung tidak mengerti maksud perkataan mertuanya.

Melihat wajah polos dan bingung menantunya, Serra langsung tertawa lalu menatap Pricell rendah. "Kasihan sekali dirimu yang bodoh ini. Aku sebenarnya tidak ingin mempunyai menantu sepertimu." Setelah itu Serra masuk kedalam rumah meninggalkan Pricell yang masih berdiri dengan kaku.

Pricell yang masih terkejut dan merasa bingung mencoba berfikir positif. Meyakinkan dirinya bahwa yang diucapkan Serra hanyalah gurauan namun entah kenapa perkataan Serra selalu terngiang dan membuatnya gelisah. Pricell akhirnya setengah berlari menaiki tangga menuju kamar Javi lalu mengetuk pintu kamar tersebut dengan sedikit keras.

Pintu terbuka menampilkan wajah Javi yang merasa terganggu. Javi hanya menatap Pricell dengan satu alis terangkat keatas. Pricell memaksakan senyum lalu dengan ragu mulai bertanya.

"Apa benar aku dibawa kesini hanya untuk melahirkan anak?" Tapi hati tidak bisa berbohong karena suaranya terdengar bergetar.

Javi menatap Pricell dari bawah hingga atas dengan tatapan datarnya. "Memangnya kau siapa ingin meminta lebih?"

Healer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang