Malam ini Pricell menjaga bayinya yang baru saja lahir, pelayan yang mengurus anaknya sudah Pricell suruh untuk beristirahat. Saat ini dia sedang bersandar diranjang kamarnya sambil mendekap anaknya, dia ingin merawat anaknya sendiri. Dia tahu cara merawat bayi, memandikannya dan juga mengganti popok. Dulu saat dia masih dipanti asuhan Pricell juga membantu Leoni mengurus anak panti asuhan yang masih bayi. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul delapan malam namun Javi belum juga pulang dari kantornya. Dengan percaya diri Pricell mulai menimang makhluk mungil didekapannya.
"Nama apa yang cocok untukmu?" Pricell berbicara pada anaknya yang masih terlalu kecil untuk mengerti perkataannya.
Sampai sekarang Pricell dan Javi memang belum menentukan nama untuk anak mereka. Mendengar suara Ibunya, makhluk mungil itu menatap Pricell dengan mata berbinar.
"Kau sangat imut! Apa aku boleh menamaimu, Edward? Kau terlihat lucu sepertinya." Pricell mencubit pipi anaknya gemas. Bayi itu bergerak gelisah karena terganggu.
"Kenapa, apa kau tidak suka nama itu?"
Seperti setuju, bayi itu terdiam. Pricell terkekeh geli melihat anaknya. Ibu baru itu lalu menimang anaknya dengan lembut.
"Wajahmu sangat mirip Javi, apakah tidak ada bagian yang mirip denganku?"
Bayi itu membuang pandangannya seolah mengejek Pricell.
"Hei, kenapa kau mengabaikan Ibumu?" Bayi itu berbalik menatap Pricell bingung.
"Sepertinya bukan hanya wajahmu yang mirip dengan Javi, namun sifatmu juga. Kenapa tidak ada satupun yang sepertiku? Padahal aku yang melahirkanmu." Pricell menghela nafas jengkel.
"Ada apa?"
Pricell segera menoleh kearah pintu mendapatkan Javi yang baru saja pulang kerja. Javi melangkah mendekati Pricell lalu duduk dipinggir ranjang.
"Kenapa anak kita hanya menuruni wajah dan sifatmu?" Pricell menatap Javi jengkel.
Javi menyeringai tipis.
"Itu tandanya kau terlalu mencintaiku."
"Apa hubungannya?" Pricell mengerutkan keningnya.
"Karena kau sangat tergila-gila padaku, jadi anak kita menyerupai diriku."
Javi mengecup dahi istri dan anaknya kemudian mengambil bayi itu dari dekapan Pricell. Bayi itu langsung tertawa saat Javi yang menggendongnya.
"Kenapa dia tertawa? Saat bersamaku anak itu hanya diam saja." Pricell menatap heran.
"Itu berarti dia hanya menyukaiku, mungkin dia tidak menyukaimu." Javi ingin menggoda Pricell.
Namun Pricell malah menganggap perkataan Javi serius, matanya mulai berkaca-kaca.
"Dia tidak menyukaiku? Bukankah aku Ibunya?" Pricell menangis kencang, karena terlalu kencang hingga membuat anaknya dalam gendongan Javi juga ikut menangis.
Javi menghela nafas berat, kepalanya langsung pening mendengar tangisan kencang istri dan anaknya itu.
"Berhenti menangis Ice. Kau membuat anak kita takut."
"Tapi dia tidak menyukaiku, kalau begitu aku juga tidak menyukainya!"
"Jangan bicara seperti itu pada anakmu sendiri."
"Wajah dan sifatnya hanya mirip denganmu! Mungkin dia bukan anakku!" Pricell semakin menangis kencang.
Javi menggelengkan kepalanya pasrah. Niatnya hanya ingin menggoda Pricell namun malah berdampak besar. Mungkin sifat kekanakan Pricell saat dia hamil dulu belum hilang.
"Ice, aku hanya bercanda. Tentu saja anak kita menyukaimu juga. Sudah jangan menangis lagi, kasihan anak kita juga ikut menangis."
Pricell menatap Javi ragu. "Benarkah dia menyukaiku?"
"Hm..."
Pricell berhenti menangis, mengusap air matanya lalu tersenyum lebar. "Kalau begitu aku juga menyukainya. Khe.. he.. he.."
Javi menghela nafas lega kemudian menimang anaknya agar berhenti menangis, namun bayi itu tetap saja menangis, pipi anaknya itu memerah dan suara tangisnya terdengar serak karena terlalu lama menangis, Javi tidak tega melihatnya.
Sedangkan Pricell malah menatap anaknya jengkel. "Kenapa dia masih menangis?"
Javi mencoba tenang menghadapi istri dan anaknya. "Mungkin dia lapar."
"Aku baru ingat belum memberinya makan malam." Pricell terkekeh pelan merasa bersalah.
Sebenarnya Javi sedikit jengkel terhadap Pricell, namun dia mencoba memaklumi itu. Javi memberikan anaknya yang masih menangis kembali kedekapan Pricell.
"Cepat beri dia makan." Pricell langsung membuka baju lalu menyodorkan putingnya kemulut anaknya. Merasakan sumber makanannya bayi itu langsung berhenti menangis lalu menyedot kuat puting Pricell. Karena terlalu kelaparan bayi itu tanpa sengaja menggigit kuat puting Pricell, walaupun belum mempunyai gigi namun gigitan dari gusi bayi tetap membuat Pricell menjerit kesakitan.
"Hei, jangan menggigitku!" Pricell memarahi anaknya, namun bayi itu tidak mengerti sama sekali dan terus tidak sengaja menggigit puting Pricell.
Javi terkekeh melihat pemandangan lucu Ibu dan anak tersebut. "Ice, aku sudah menemukan nama untuk anak kita."
Pricell sebenarnya tidak bisa konsen menanggapi perkataan suaminya itu. "Terserah kau mau menamainya apa asalkan anak ini berhenti menggigitku! Ini sangat sakit!"
Javi tetap melanjutkan perkataannya walaupun Pricell masih sibuk memarahi anak mereka.
"Raizer Laxious. Itu nama anak kita."
"Ah....! Berhenti menggigitku anak nakal!."
Javi menyeringai tipis. Dia jadi ingin ikut menggigit puting Pricell. "Kau memang anakku." Ujar Javi pada anaknya dengan bangga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Healer [END]
RomanceDisebuah panti asuhan hidup seorang gadis cantik dan sederhana bernama Pricell Davoila. Hidupnya yang semula biasa saja langsung berubah total semenjak seorang pria bernama Javier Laxious datang untuk menikahinya dan berjanji untuk membantu pendanaa...