{Part 17}

14.4K 597 29
                                    

Seminggu sudah Carlo mengurung diri dirumah neneknya. Sudah seminggu sejak kejadian pertemuannya dengan Pricell dan Javi. Bahkan dia tidak menyangka Javi bisa membuat Pricell mengandung.

Berat memang bagi Carlo jika mengingat sudah bertahun-tahun dia bersama dengan Javi. Perjuangan mereka bersama memulai hubungan tidak wajar ini. Tapi dia harus merelakan walau tidak rela.

Carlo beranjak dari ranjangnya lalu membersihkan diri. Mempersiapkan diri untuk mencari udara segar diluar. Rasanya dia sudah muak hanya di kamar selama seminggu ini.

Carlo keluar dari rumah lalu menghentikan taxi untuk membawanya kepusat perbelanjaan.

"Hah.. Sudah lama rasanya aku tidak menghirup udara sesegar ini."

Beberapa saat kemudian Carlo sampai pada tujuannya. Dengan langkah ringan Carlo memasuki mall. Mencuci mata, berusaha melupakan Javi dari pikirannya.

Entah kenapa Carlo tiba-tiba sudah berjalan mendekati pintu darurat disudut mall. Ketika itu Carlo melihat seorang pria tampan menggunakan jas mewah, berbadan tinggi tegap, dan juga pandangan yang tajam sedang memaki-maki seorang petugas kebersihan bersama anak laki-laki yang berada dipelukan petugas kebersihan tersebut. Bocah tersebut menangis ketakutan karena suara bentakan dari pria berjas yang sepertinya orang penting di mall ini.

Merasa kasihan dan penasaran, Carlo mendekati pintu darurat tersebut yang berada di sudut mall. Karena keadaan yang sepi suara pria berjas itu sangat terdengar jelas ditelinga Carlo.

"Siapa yang menyuruhmu membawa anak? Lihat, anakmu membanjiri lantai mallku!" Teriak pria berjas itu murka.

"M-mafkan anak saya T-tuan.. Tidak ada yang menjaganya d-dirumah maka saya membawanya kemari, R-ryan hanya ingin membantu saya mengelap lantai." Jawab petugas kebersihan tersebut dengan suara bergetar. Sambil terus memeluk anaknya.

"Tetap saja sudah ada peraturannya tidak boleh membawa anak saat bekerja."

"Maaf mengganggu.. Eng... Bukankah kau.. Kau terlalu kasar, Tuan." Carlo menyela merasa tidak tega.

Carlo mengutuk dalam hati. Kenapa mulutnya berbicara seperti itu? Namun tanpa disadari badan dan mulutnya bergerak sendiri untuk membela petugas kebersihan tersebut.

"Kau siapa berani ikut campur?" Tanya pria berjas tajam.

Carlo menggaruk kepalanya kikuk. "Aku hanya tidak tega melihat kau membentaknya seperti itu. Lagipula dia masih kecil." Tunjuk Carlo pada bocah yang meringkuk ketakutan dipelukan petugas kebersihan.

Pria berjas itu berdecih tak suka. "Jika kau kasihan padanya, Sebaiknya kau bantu anak itu membersihkan lantai mallku dari pada kau hanya besar mulut saja." Tantang pria berjas itu pada Carlo. Dia yakin pria manis yang tinggi dan kurus didepannya tidak akan mau membuang tenaga dengan hal seperti ini

Carlo akhirnya mengangguk dengan polosnya. "Baiklah aku akan membersihkannya, tapi kau harus meminta maaf pada adik kecil ini." Carlo berdiri didepan petugas kebersihan beserta anaknya dengan wajah serius yang malah terlihat semakin manis dimata pria berjas tersebut. Lalu Carlo merentangkan tangan bermaksud melindungi.

Melihat tindakan konyol Carlo membuat pria berjas terkekeh geli. "Kau lucu. Aku suka." 

"Apa?" Carlo menyerngit bingung.

"Siapa namamu?" Pria berjas tersebut berjalan mendekati Carlo hingga jarak mereka hanya sejengkal. Walaupun tinggi namun tinggi Carlo hanya sampai sebatas dagu pria berjas itu. "Aku? Namaku Carlo, kenapa kau menanyakan namaku?" Carlo menyerngit bingung yang malah terlihat imut.

Pria tersebut menundukkan kepalanya dan mensejajarkan wajahnya pada wajah Carlo. Meraih dagu Carlo untuk mendongakkan wajah Pria manis tersebut. "Carlo.. Sekarang kau milikku." Dan benda kenyal dingin milik pria berjas tersebut sudah menempel pada bibir si pria manis yang sedang membelalak karena tindakan mendadak tersebut. 

Healer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang