{Part 15}

14.5K 790 41
                                    

Pricell menata bunga ditoko sambil terus mengelus lembut perutnya yang sudah membucit. Terkadang Pricell bisa merasakan tendangan halus dari perutnya hingga dia tidak bisa menahan senyum akan keaktifan bayi di dalam perutnya.

"Sayang, cepetlah tumbuh, Ibu tidak sabar ingin bertemu denganmu." Pricell berbicara dengan perutnya sendiri.

Sekarang kandungan Pricell sudah memasuki bulan keenam dan selama kehamilannya, Javi selalu memberikan apapun yang Pricell minta. Bahkan Javi sudah mau tidur dalam satu kamar karena terlalu khawatir dengan kandungan Pricell.

Saat Pricell masih mengelus perutnya, sebuah suara tiba-tiba terdengar dari belakangnya.

"Nyonya Pricell, Tuan Javi meminta anda untuk datang kekantornya." Itu suara Lucas.

Pricell berdecih sekilas lalu mengikuti Lucas menuju mobil. "Dulu kau memaksa bahkan menyeretku, sekarang sepertinya kau sudah belajar tentang sopan santun." Pricell masih ingat perlakuan kasar Lucas ketika dia masih dalam masa memberontak. Pricell benar-benar tidak menyukai Lucas.

"Maafkan saya, Nyonya Pricell. Kedepannya saya akan menjaga sikap." Setelah jawaban Lucas mobilpun melaju.

Dalam perjalanan Pricell hanya diam dengan raut wajah jengkel. Berdua saja didalam mobil bersama Lucas membuatnya tidak nyaman. Namun ditengah perjalanan entah mengapa tiba-tiba saja Pricell ingin memakan roti isi saat dia melihat sebuah kedai roti isi melalui kaca jendela mobil.

"Berhenti, aku ingin makan roti isi ." Tunjuk Pricell pada kedai tersebut.

"Maaf, Nyonya Pricell. Kita harus cepat sampai kantor Tuan Javi." Balas Lucas tanpa menoleh tunjukan Pricell.

"Aku membencimu." Pricell menekuk wajahnya kesal. Lucas hanya diam sambil mengemudi dan beberapa menit kemudian mobil yang Lucas bawa sudah sampai didepan kantor. Pricell segera keluar dari mobil sambil membanting pintu dengan kencang menunjukkan ketidak sukaannya pada Lucas.

"Lucas sialan!" Setelahnya Pricell berjalan masuk menuju lobi.

Resepsionis yang melihat Pricell segera menyambut. "Selamat datang Nyonya Laxious. Mari saya antarkan anda menuju ruangan Tuan Laxious."

"Terimakasih." Pricell tersenyum manis. Beberapa bulan yang lalu setelah kabar kehamilannya, Javi membawa Pricell kekantor untuk pertamakali dan semenjak itu Pricell sering mengunjungi kantor Javi. Tidak heran semua pekerja di kantor Javi sudah mengenal Pricell.

Setelah membuka pintu ruangan Javi, Pricell diperlihatkan pemandangan Javi yang sedang serius menggambar sebuah dena rumah. "Budakku....!" teriak Pricell sambil berlari lalu memeluk Javi manja.

"Jangan berteriak dikantorku." Javi menarik pinggang Pricell dan membawa Pricell kepangkuannya.

Pricell menuntun tangan Javi untuk ditaruh diatas perut buncitnya. "Javi, bayi didalam perutku ini ingin kau mengelusnya.. Dia rindu padamu."

"Hm.." Javi bergumam mengiyakan lalu mulai mengelus lembut perut buncit Pricell.

Elusan tangan kasar Javi membuat badan Pricell panas dingin. Dia terangsang!. "Ehm.. Javi.. Aku i-ingin... Ehm.. Itu.." Karena terlalu malu Pricell hanya bisa menundukkan kepala, bahkan pipinya memerah.

Javi mengangkat alisnya bingung. "Kau mau apa?"

Pricell melirik kebelakang dengan pipi yang masih memerah. "Itu...Javi... Aku.. Ehm.... aku mau...." Javi menggigit pipi tembam memerah itu karena menurutnya tingkah Pricell saat ini terlalu menggemaskan.

"Ah...! Javi..!." Erang Pricell terkejut.

"Wajahmu sangat menggemaskan, aku ingin memakanmu." Javi memutar tubuh Pricell hingga posisi Pricell mengangkangi Javi walau masih terhalang perut buncitnya.

"Javi kau sangat agresif. Tapi aku suka, khe.. he.. he.." Pricell sudah tidak malu-malu lagi. Dengan wajah yang dibuat manja dia melingkarkan tangannya pada bahu Javi.

"Bukankah kau yang lebih afresif? Kau yang lebih dulu memintaku untuk memakanmu." Goda Javi dengan senyum nakal lalu menjilat leher putih Pricell.

"Javi..!"

Tiba-tiba terdengar suara dorongan pintu menghentikan kegiatan Pricell dan Javi

"Kejutan! Aku pulang! Ja...vi..?"

Javi menegang. Matanya membelalak lebar melihat seorang pria didepan pintu ruangannya.

Sedangkan Pricell tidak bisa melihat karena penglihatannya membelakangi pria tersebut.

Pria itu telah pulang. Javi membeku dengan jantung yang berdegup kencang.

"Siapa yang datang?" Tanya Pricell pada Javi tanpa menoleh kebelakang.

Javi segera menurunkan Pricell dari pangkuannya lalu berlari memeluk Carlo. "Carlo.. Aku merindukanmu.. Kenapa kau tidak pernah menghubungiku?"

Sedangkan Pricell segera menoleh setelah mendengar nama yang berusaha dilupakannya itu dari mulut Javi.

"Carlo....?" Kaki Pricell langsung melemas. Rasanya semua teganya terkuras habis saat melihat Carlo.

"Icell...?" Carlopun sama terkejutnya. Dan lebih terkejut saat tadi dia melihat Javi sedang bercumbu dengan Pricell.

Segera Carlo melepas paksa pelukan Javi. "Apa maksudnya ini? Kenapa kau bisa dengannya?" Suara Carlo terdengar lemah.

Javi terdiam tidak bisa menjawab. Saat ini kepalanya terasa sakit bagaimana cara menjelaskan situasi ini pada Carlo. Tidak mendapat jawaban dari Javi, Carlo beralih melihat Pricell yang masih terduduk lemas. Dan pandangannya langsung membulat saat melihat perut buncit Pricell.

"A-apa itu..?" Tunjuk Carlo pada perut buncit Pricell. "Kau... hamil...?"

Pricell menatap Carlo penuh kebencian. "Ya. Aku hamil. Aku sudah melupakanmu Carlo. Kau pergi sesukamu tanpa bilang apapun padaku. Menurutmu aku ini apa?"

Carlo meneteskan air matanya tanpa bisa dicegah. "Si-siapa.. Ayahnya?" Sambil melirik Javi yang menundukkan kepala.

Pricell langsung menunjuk Javi. "Pria yang berada disebelahmu."

Air mata Carlo semakin deras turun beserta tatapan kecewa. "Javi...? Benarkah...?." Suara Carlo bergetar.

"Ya, Itu aku.. Maafkan aku Carlo."


Healer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang