Pricell terbangun dari tidur saat merasakan sesuatu yang keras dan kasar bergesekan dengan kulitnya yang lembut. Ingin mengetahui sesuatu yang keras dan kasar itu, Pricell membuka mata dan mendapati sosok yang dibencinya itu tengah berbaring dengan tubuh polos tepat disampingnya.
Tentu saja Pricell terkaget tetapi dia menutupi kekagetannya itu dengan menutup mulut hingga teriakan kaget itu tersumpal tangannya. Sekarang dia ingat semuanya. Semua yang terjadi padanya dan Javi tadi malam. Semua kegilaan yang mereka lakukan tanpa sadar. Ini memang salah Javi karena mabuk namun bagaimana dengan dia? Pricell yakin jika dia sadar sepenuhnya, semua itu terjadi hanya karena Javi menyebut nama Carlo. Itulah awal mulanya hingga dia mulai tidak waras bersama Javi.
Setelah mengingat semuanya Pricell berniat untuk menyembunyikan malam kegilaan yang mereka lakukan. Lagipula dia sangat yakin Javi tidak akan mengingat kejadian semalam. Javi sangat mabuk. Dia tidak ingin dianggap penggoda jika Javi terbangun nanti. Biarkan hanya dia yang mengingat malam itu.
Pricell meringis tertahan saat dia ingin bangkit dari ranjang. Area sensitifnya sangat perih setelah dimasuki barang besar milik Javi. Perlahan Pricell memakai bajunya kembali, setelah itu dengan hati-hati Pricell memakaikan baju pada Javi dengan mata tertutup. Dia tidak ingin melihat benda besar yang sudah menyakitinya! Walaupun tidak bisa dipungkiri juga terasa nikmat. Tidak! Semua itu hanya ilusi kenikmatan!
Selesai memakaikan Javi baju, Pricell mengambil pengharum ruangan dan menyenarkan aroma itu keseluruh kamar Javi untuk menutupi jejak aroma persetubuhan mereka tadi malam. Pricell melihat jam dinakas yang menunjukkan pukul lima pagi.
Segera Pricell keluar dari kamar Javi untuk kembali ke kamarnya bersiap mandi. Sesudah mandi Pricell turun kebawah menuju dapur sedikit mengangkang, area bawahnya masih terasa sangat sakit!
"Ada apa dengan kakimu?" Pricell terkejut! Itu suara Ibu mertuanya yang sedang duduk disofa ruang tamu bersama Ayah mertuanya.
Pricell memberikan senyum tulus pada Ayah mertuanya dan senyum palsu untuk Ibu mertuanya. "Selamat pagi Ayah, Ibu. Pagi ini aku tidak sengaja jatuh dari ranjang." Pricell berbohong. Tidak mungkin dia bilang habis bercinta dengan Javi.
Serra mendecih pelan. "Kau ini memang ceroboh. Tidak berguna. Bodoh."
Aberto langsung menepuk lengan istrinya bermaksud menegur. "Jangan seperti itu. Lain kali berhati-hatilah."
"Terimakasih, Ayah." Pricell kemudian melanjutkan jalannya menuju dapur dengan senyum mengejek pada Ibu mertuanya tanpa terlihat Ayah mertuanya.
Pagi ini seperti biasa dia akan membuatkan kopi untuk Ayah mertuanya. Pricell tidak sudi jika harus membuat teh untuk Ibu mertuanya. Jadi dengan licik Pricell membuang semua teh pada tempat sampah besar dibelakang rumah.
Setelah selesai membuat kopi Pricell memberikan kopi tersebut kepada Ayah mertuanya. "Silahkan menikmati kopi pagi ini, Ayah. Dan maafkan aku, Ibu. Teh yang biasa Ibu minum sudah habis." Pricell memberikan raut penyesalan palsu.
Aberto tersenyum sambil mengelus kepala Pricell. "Terima kasih."
Sedangkan Serra menatap Pricell heran. "Tidak mungkin. Kemarin aku baru saja belanja keperluan dapur."
"Ibu, aku benar-benar tidak melihat satupun teh didapur."
Serra yang tersadar langsung menatap Pricell tajam. "Aku mengerti. Kau pasti berbohong padaku, sudah berani berbohong sekarang. Lihat saja akan aku tunjukkan wajah palsumu itu!"
Serra memanggil salah satu pelayan dan menyuruhnya untuk mengambil tempat teh. Tapi karena semua the didapur sudah Pricell buang, pelayan itu hanya kembali dengan tangan kosong. "Persedian teh sudah habis, Nyonya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Healer [END]
RomanceDisebuah panti asuhan hidup seorang gadis cantik dan sederhana bernama Pricell Davoila. Hidupnya yang semula biasa saja langsung berubah total semenjak seorang pria bernama Javier Laxious datang untuk menikahinya dan berjanji untuk membantu pendanaa...