Part 1 : Tak Tau Arah

432 16 0
                                    

Lagi.
Aku merasakannya lagi.
Entah sudah keberapa kali aku merasakan hal ini. Mungkin.. sudah tak bisa dihitung dengan hitungan jari. Dan anehnya aku, aku selalu tak tau apa penyebab aku merasakan hal ini.

Hampa. Takut. Gelisah.
Semua bercampur aduk menjadi kesatuan yang entah apa namanya. Jika orang bilang, masa remaja adalah masa pencarian jati diri. Masa itulah dimana aku berdiri disini, merasakan kehampaan itu sendiri. Mungkin hanya hatiku yang bisa menjelaskan dengan rinci pada setiap rasa yang kurasakan kini. Tapi.. apa daya? Aku seolah hanya bisa menangis. Menangis dan menangis. Mengeluh pada setiap sujudNya. Mengeluh akan sesaknya dada ini.
Aku seolah bingung, seolah merasa ada yang salah terhadap diriku dan seolah aku tak tau kemana aku harus melangkah.

Yaa Allah, apa yang harus kulakukan? Haruskah aku seperti ini setiap harinya? Merasakan kehampaan pada hatiku sendirian. Sepi.
Ahh.. andai saja ada yang bisa membantuku menemukan jawaban itu. Bahkan, angin yang barusan berhembus menyapu wajahku lembut seolah hanya menambah kegalauanku saja.

"Sudah nunggu lama?"
Aku terkesiap. Menoleh ke arah seseorang yang kini tersenyum manis dan duduk disampingku.

Aku pun ikut tersenyum. Yaa.. lelaki disampingku ini selalu bisa membuatku tersenyum. Walau dengan senyumannya pun, aku bisa ikut tersenyum. Tapi, ketahuilah! Ini hanyalah senyuman yang fake, karena.. senyuman hangat karenanya tak bisa sama sekali mengobati rasa galauku. Bahkan, sepertinya hanya bisa menambah rasa bersalahku.

"Nggak kok, aku baru 15 menit disini. Nggak lama juga, kan?" ucapku sambil tetep menjaga senyumku.

"Maaf deh ya, lama, habisnya tadi motorku ditahan sama satpam di kampus gara-gara aku lupa bawa STNK, jadinya yaa.. aku bawa motor temen deh," lelaki yang kupanggil Ferdy tadi hanya bisa menggaruk kepalanya yang aku yakin, tak ada sesuatu yang gatal dibalik sana.

"Ooh.. gitu," aku manggut-manggut. "Kenapa sampai lupa nggak bawa STNK sih?"

Aw! Lagi-lagi lelaki ini mencubit hidungku. "Ya namanya aja juga lupa, Nay," dan kini, aku hanya bisa mengusap-usap hidungku yang sekarang mulai memerah akibat cubitannya tadi. Memang dasar.. lelaki ini..

Ahh ya, aku belum memperkenalkan namaku ya? Namaku Nayra Adzia Hana. Gadis remaja yang kini hampir 3 bulan lagi, aku akan menghadapi Ujian Nasional bersama sekian juta remaja SMK/SMA di Indonesia. Yap! Itu artinya, aku sedang menginjak kelas XII sekarang, tepatnya di sebuah sekolah SMK swasta yang cukup populer di daerahku. Dan.. kini, aku menggeluti jurusan Jasa Boga yang ada di sekolahku itu. Tapi, itu artinya, aku tidak pintar memasak lho ya! Karena.. bukankah aku kini tengah pada tahap belajar? Belajar menjadi koki yang handal tentunya. Walau.. aku tak sungguh-sungguh ingin menjadi koki sih.

"Oh iya! Aku punya sesuatu buat kamu! Tadi pagi aku mampir ke toko sama temenku soalnya." Kak Ferdy terlihat mengambil sesuatu yang ada didalam kantong plastik yang tadi dibawanya. Aku yang tak konsentrasi atau memang aku yang lupa ya bahwa ia tadi membawa kantong plastik?

"Nih, buat kamu," dengan hangat ia menyodorkan sekuntum mawar putih yang dibungkus begitu rapinya disandingi dengan ungunya bunga krisan dan dihiasi pula dengan pita merah muda di tangkai mawarnya. Cantik.

Kebiasaan. Selalu saja begitu mudahnya pipiku merona merah dan aku tersipu malu-malu kucing. "Ini.. buat aku?" tanyaku hati-hati. Jujur, ini pertama kalinya aku mendapatkan bunga dari seorang lelaki. Lelaki yang kusukai lagi!

"Nggak, bukan buat kamu, tapi aku nitip ini buat dikasihkan ke bu RT dideket rumahmu itu."

Spontan saja wajahku yang tadinya bersinar langsung menenggelamkan mataharinya dan berganti dengan badai kencang. "Ihh yaaudah, kalo gitu." Walau marah, tetap saja bunga itu kuambil dan kucium kuat aroma mawarnya.

Shalihah BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang