Part 8 : Kebetulan atau apa?

107 5 2
                                    

"Coban Pitu?"
Aku baru saja mengucek mata setelah terbangun dari mimpi. Dan kini dihadirkan ide konyol Sinta, yang mengusulkan untuk mampir ke air terjun yang ada didekat sini, Coban Pitu.

Mampir katanya?
Hellooo.. pasti nanti bakalan lama. Niat awalnya aja rekreasi. Mana ada orang rekreasi yang waktunya sebentar layaknya transit?

"Harusnya kan kita pulang nanti siang, Fel," rajukku.

"Iya emang, tapi temen-temen udah nyepakati kemarin malam, Nay."

"Kapaaan?"

"Ya kamu udah tidur duluan sih. Terus kami ya rundingan sendiri. Lagian, awal sebelum KKN kita udah punya rencana gitu kok, Nay," Yunita membela.

Oh oke. Kemarin malam aku memang tidur lebih awal dikarenakan di hari terakhir KKN kami, kami benar-benar full seharian untuk menggarap segalanya hingga selesai. Termasuk beberapa pesta kecil kemarin malam, yang akhirnya aku memilih untuk pulang lebih dulu. Sudah ikhtilat*, acaranya nggak jelas pula.

"Udahlah, Nay, ikutan aja. Kan seru ke air terjun. Kamu nggak sumpek apa 2 minggu disini ngurusin ini itu? Refresh dikit, kek."

Felia ada benarnya juga sih. Walau sebenarnya, aku ingin cepat-cepat pulang ke rumah dan bertemu orang di rumah. Tapi.. tak apalah..

"Okelah. Aku ikut," dengan helaan nafas kuputuskan.

"Sip, good job, Nay!"

Good job apanya?

♡♡♡

Coban Pitu adalah air terjun yang berada di daerah Desa Dawetkrajan, Tumpang. Air terjun ini dinamakan Coban Pitu karena air yang di sumber pitu berasal dari mata air yang muncul dari tujuh titik yang berdekatan. Sehingga dinamakan Coban Pitu, pitu yang artinya angka tujuh dalam Bahasa Jawa.

Sepanjang perjalanan, kami disuguhkan berbagai pemandangan yang eksotik. Mulai dari perbukitan apel, lahan sayur-sayuran, tebing dan bebatuan yang memukau. Tak ayal lagi, sungai-sungai dengan air yang jernih dihiasi beberapa air terjun kecil pun ikut melengkapi keindahan pemandangan disini.

Ma sya Allah. Aku selalu suka melihat seperti ini. Nyaman. Dan tak bising.

Berada disini seolah mendekatkan diri pada ciptaanNya. Yang membuat kita semakin percaya akan keberadaanNya. Sedikit demi sedikit, aku pun menyetujui ide konyol Sinta. Yang awalnya aku sempat kesal dengan kecapekan yang nantinya akan ada setelah dari sini. Tapi nyatanya? Justru membuat diri ini lebih merasa segar bugar dan lega.

Sampai di Balai Desa Duwetkrajan, kami pun memarkirkan motor kami disitu. Karena, perjalanan dari sini ke arah air terjun, tidak dimungkinkan jika menggunakan transportasi motor. Tak apalah, untuk mendapat sesuatu yang indah memang butuh pengorbanan, bukan?

Sebelum kami sampai di lokasi air terjun sumber pitu, juga terdapat satu aliran coban atau air terjun laiinya. Letaknya berada di bagian bawah dan dinamai Coban Tunggal. Alirannya yang deras dan besar terlihat dari jalan setapak. Begitu mencapai titik air terjun di bagian depan ini, tinggal menoleh ke kiri maka menemui Coban Sumber Pitu. Aliran dari Coban Tunggal ini jaraknya sekitar 150 meter dari Sumber Pitu yang kemudian akan bertemu pada aliran sungai yang sama. Inilah yang disebut air terjun di titik ketiga.

Di depan Coban Sumber Pitu terdapat sebuah batang pohon berusia puluhan tahun yang telah tumbang. Akarnya terangkat ke atas. Dari titik ini juga merupakan tempat pengambilan foto yang menawan. Perpaduan antara keindahan, kedamaian, tantangan, serta panorama yang ada di Sumber Pitu sungguh memikat pengunjung yang datang. Tujuh air terjun setinggi sekitar 70 meter di tengah hutan melahirkan pesona luar biasa.

Shalihah BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang