Part 3 : Hijrah karenaNya

148 8 0
                                    

Dengan yakin, kukenakan jilbab dan khimar pink ini sebagai pakaian yang kupilih tuk melengkapi acara wisudaku kali ini. Kubuat sesederhana mungkin, yang penting tak tabarruj, dan sudah cukup indah di hadapanNya bukan?

Jadi teringat 1 tahun lalu, setelah kenal Silvi yang begitu sabarnya menemaniku untuk berhijrah dan mengkaji Islam, akhirnya dengan teguh dan yakin kupilih untuk semakin mempertegas penutupan aurat yang wajib kulindungi ini.

Dengan jilbab, senada seperti jubah panjang yang dulu kusebut dengan gamis. Ternyata inilah yang diperintahkan dalam Al-Qur'an. Longgar, menjulur hingga ke seluruh tubuh bagai terowongan. Dan kerudung yang dulunya kunamakan jilbab, memiliki nama tersendiri yaitu khimar yang lebar dan kurang lebih menutupi hingga 2 kancing dari bagian atas.

Tak lupa pula kulengkapi dengan kaos kaki. Sering kali wanita banyak yang lalai akan kepentingan kaos kaki ini. Jika batasan aurat telah diajarkan berkali-kali di pelajaran agama bahwa seluruh wajah kecuali muka dan seluruh tubuh, maka kaki termasuk bukan?

Bisa saja kita memakai jilbab yang panjang. Namun, jika dikhawatirkan akan tersingkap, maka lebih baik dilengkapi dengan kaos kaki didalamnya.

"Ayo mbak, cepetaann, jangan lama-lama, keburu yang lain wisuda duluan," omel Rayyan, adik lelakiku yang wajahnya kuakui ganteng sedunia. Sepertinya, wajah tampannya memang perpaduan sempurna dari ayah dan ibuku.

"Yeee.. sabarlah Ray, nih mbak masih pake kerudung tau," dengan pelan, kusematkan bros pita bermotif polkadot yang semakin menambah kecocokannya dengan kerudung pinkku hari ini.

"Eh, bisa aja lho mbak, yang lain wisuda duluan, terus mbak disuruh ngulang 3 tahun lagi, nah, rasain!" mulai Rayhan dengan aksi ngawurnya. Adik lelakiku yang satu ini pun juga tak kalah tampan dengan yang Rayyan. Bahkan, sama persis. Tentu saja, itu karena mereka kembar identik sejak lahir. Dan lebih ajaibnya lagi, dua lelaki yang baru masuk SMA menggantikan peranku ini kembar kebiasaannya juga. Sama-sama jahil dan yang pasti, tak pernah puas menggodaku.

Dengan cepat langsung kuterbangkan bantal berbentuk hati kesukaanku ke arah Rayhan. Kena!
"Enak aja, ngulang, ga sudi tuh mbak sekelas sama kalian," dan aku? Tetap dengan sifat ngenyel dan tak mau kalahku, sehingga paslah sudah keramaian rumah bagai pasar disini.

"Yee mbak, kan beda sekolah, ga bakalan satu kelaslah, ada-ada aja!" Rayhan tak mau kalah, meralat omonganku sambil mengintip dari balik bantal yang kulempar tadi.

"Ihh yaudah! Lagian kan ya.."

"Nayra! Cepetan turun! Ini udah jam 6, katanya harus nyampe jam 7," teriak ibu yanh berhasil membuatku berhenti mengomeli dua bocah SMA yang menyebalkan itu.

"Iya bu! Ini mbak Nay masih bingung pake lipstik!" fitnah Rayyan.

"Eehh! Lipstik apa?! Nayra! Gak boleh pake lipstik! Mau jadi apa kamu pake lipstik?" Dengan keras tiba-tiba pintu kamarku terbuka lebar menghadirkan seorang wanita cantik separuh baya dengan kerudung merah maron kesukaannya.

Sudah kaget, melongo. Dengan pose konyol, aku hanya mengerdipkan mata seraya memegang handphoneku. Siapa yang pakai lipstik sih? Dasar Rayyan! Dosa dia, sampai membuat ibu datang ke kamarku.

"Loh? Nay? Kamu.. hmmppttt, Rayyan.. kamu jahilin ibu lagi ya," geram ibu dengan ekspresi lucu.

Dan yang digerami, kini hanya bisa cengengesan. Hanya bisa menggeleng, tersenyum kecil pun akhirnya kulakukan. Dasar bocah SMA..

♡♡♡

"Ma sya Allah, Andini, kamu cantik banget subhanallah," terlihat didepanku seolah bukan seorang remaja SMA, tapi malah hampir seperti pengantin wanita yang mau menikah saja. Make up dan model kerudung berbelitnya benar-benar tak dapat dijelaskan.

Shalihah BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang