Part 2 : Bangkit

154 9 0
                                    

Sejuk.
Ternyata, duduk di kebun yang berada di samping sekolahku ini tak separah yang kubayangkan. Awalnya.. yang tergambar di pikiranku adalah tanah liat yang masih sedikit basah dengan banyak sekali tanaman dan jauh berbeda dengan taman. Tapi nyatanya.. disini tak jauh berbeda dengan taman yang biasa kukunjungi.

Asri rasanya. Bahkan bisa merasakan semilir angin yang lebih nyata dibanding tempat lainnya. Ahh.. mungkin karena ada beberapa pohon besar disini. Cocok juga dimanfaatkan untuk membaca buku. Jadi, tak apalah, aku menunggu Rena, sahabatku, sambil membaca buku selingan disini.

"Live your Life with Iman"
Judul buku ini tanpa sengaja menggelitikku. Membuatku semakin penasaran seperti apa esensi dari buku ini. Buku saku kecil ini kudapat sebagai hadiah saat aku menjadi peserta teraktif dalam suatu acara kajian remaja yang baru-baru ini sering kudatangi.

Hmm.. dengan cepat kubuka lembaran-lembarannya secara acak. Yah.. sebelum membacanya, kuliat dulu sedikit gambaran isi dari buku ini. Sepertinya.. tak ada yang menarik. Hanya sebuah buku kecil yang bergambarkan mawar putih yang tergeletak diatas pasir pantai ditengah berlangsungnya matahari terbit.
Indah sih.. tapi saat kau tau isi buku ini, sama sekali tak selaras dengan cover bukunya. Karena hanya tulisan yang disuguhkannya. Hanya kertas putih tanpa sedikit warna. Hingga akhirnya.. tak sengaja tanganku berhenti di sebuah halaman.

Bab 3 Feel your Iman by your self! Halaman 68.
"Tidak akan seorang muslim merasakan manisnya Iman hingga ia mencintai seseorang hanya karena Allah"

Cinta? Karena Allah? Seperti apa itu? Jika biasanya orang merasakan cinta mungkin karena perhatiannya, kasih sayangnya, pemberiannya, tapi ini.. karena Allah?

Cinta. Ia adalah perasaan yang fitrah dirasakan oleh setiap insan. Ia adalah pemberian terindah dariNya yang wajib kita tindaklanjuti hanya dengan caraNya. Yaitu dengan cara, menjadikan cinta sebagai pengantar diri kita untuk menuju surgaNya.

Karena cinta bukan keharaman, maka jangan jadikan ia sebagai alasan tuk jadikanmu jauh dariNya. Justru, saat kau dan dia dipertemukan olehNya dan dipisahkan pula karenaNya dalam sebuah ikatan yang halal, ialah cinta yang sesungguhnya. Dan satu hal yang pasti, ia akan mengantarkanmu pada manisnya iman.

Lantas, apa arti cintaku selama ini? Apakah, cintaku ini tak berujung nantinya? Karena pada awalnya.. aku sudah salah meletakkan perasaan ini. Lagi-lagi, perasaan galau itu menghampiriku.

"Hey!"
Hentakan Rena yang tiba-tiba muncul duduk disampingku spontan membuatku tersentak.

"Jangan ngelamun, Nay, ini kebun, kesambet ntar kamu."

"Na'udzubillahi min dzalik, Ren, kalo aku kesambet. Jangan ngomong gitu deh mending," kumasukkan buku saku yang tadi kubaca kedalam kantong jaketku yang lumayan besar. Toh, buku ini ukurannya kecil nan mungil.

Rena mengedikkan bahu. "Just kid, Nay. You knowlah.. eh iya, sorry ya, Nay, jadi nunggu lama, abisnya tadi ngantriiii gitu capcin-nya, nih punyamu, original capuccino kayak biasanya kan?"

Bibirku spontan melebar disertai dengan ludah yang seolah mau menetes saja. Akhirnya capcin* yang kutunggu datang juga. Dengan penuh perasaan kuseruput capuccino kesukaanku. Selalu sama. Rasanya benar-benar nikmat hingga resapan terakhir.

"Udah ngembalikan buku titipanku kan, Ren, ke perpustakaan umum kota?"

Rena hanya mengacungkan jempolnya tanpa mengalihkan wajahnya yang tengah tengah menyeruput pula. Minuman durian taste sudah pasti berhasil menyita perhatiannya. Rena gitu.

"Tumben nggak pinjam buku lagi, Nay? Novelnya banyak yang baru lho yang metropop, teenlit juga."

"Ada buku lain yang harus kuhabiskan dulu," ucapku teringat buku saku kecil tadi. "Trus, kamu pinjam apa lagi tadi?"

Shalihah BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang