Part 21 : Fahmi?

116 3 0
                                    

Namanya Fahmi Amhari Kurnia.
Ia muncul beberapa kali di sekitaran kampus saat digelar acara Kajian Mahasiswa Mahasiswi Islam yang bertempatkan di Masjid Fachruddin. Nayra sendiri kala itu mendapat amanah sebagai Tim PubDekDok, atau lebih dikenal Publikasi-Dekorasi-Dokumentasi bersama Findy, sahabat dekatnya. Mengingat acara itu adalah acara yang besar, maka rapat seringkali diadakan. Dan, ketertarikan itu sempat terbuncah saat pertemuan itu dilaksanakan.

Pertemuan itu adalah pertemuan rapat untuk yang kedua kalinya. Dan demi menghindari fitnah, maka ruang berkumpul akhwat dan ikhwan tentu saja dipisah. Namun, kesalahan Nayra yang kali itu datang terlambat, maka ia pun datang dengan tergesa-gesa.

"Yaa Allah, semoga saja belum dimulai rapatnya," desis Nayra sembari berlarian kecil menuju aula kecil di sekitaran Masjid Fachruddin.

Keresahannya semakin menjadi saat ia melihat dari balik kaca, rapat sudah dimulai, sedangkan ia kini harus melepas sepatu ketsnya yang memang butuh kesabaran ekstra guna membukanya karena sedikit kekecilan.

Brukk!
Nayra refleks terjatuh saat tak sengaja seorang lelaki menabraknya dari samping.

"Astagfirullah, afwan mbak, afwan, saya terburu-buru, jadinya main tabrak orang, beneran saya nggak sengaja," ucap lelaki itu berkali-kali.

Melihat ekspresinya yang memang terlihat tak disengaja, Nayra hanya bisa meringis dan berusaha berdiri.

"Nggak papa, kok, Mas, iya nggak papa." Berhasil. Nayra berhasil berdiri. Dan lelaki itu pun pamit untuk masuk aula lebih dulu.

Namun, siapa kira saat setelah seperkiandetik Nayra berdiri, ia kembali terjatuh karena keseimbangan kakinya tak begitu mendukung, alhasil, kakinya keseleo.

"Astagfirullah!" lirihnya yang otomatis membuat lelaki itu berbalik arah.

"Eh, mbak, kenapa? Kok jatuh lagi?"

Lagi-lagi, Nayra hanya bisa meringis menanggung malu. Sungguh, pertemuan yang benar tak diharap itu, nyatanya telah tanpa permisi menyimpan rasa di hati lelaki itu. Dan berlanjut hingga sehari sebelum acara dimulai.

Saat kemudian, ia diam-diam memandangi Ferdy, yang saat itu juga mendapat amanah menjadi Sie PubDekDok. Sehingga seringkali ia tak sengaja berpadu mata saat mereka berdua berada dalam satu ruangan guna mengatur dekorasi tempat acara.

"Kamu ngeliatin apa sih, Nay? Daritadi senyum-senyum terus," tanya Rara heran.

"Eh.. anu mbak.. bukan, bukan apa-apa kok," Nayra tertangkap basah karena diam-diam tersenyum.

"Yakin bukan apa-apa? Terus.. itu ngapain kertas krepnya dibentukin jadi bentuk love? Harusnya dibentukin jadi bunga, kan, Nay? Kamu.. lagi kasmaran?"

Nayra langsung gelagapan saat melihat Rara mulai curiga. Gawat. Benar-benar gawat. Memalukan sekali ia bisa sampai kebawa suasana seperti ini.

"Atau.. jangan-jangan.. orang yang dulu katamu ngelamar kamu waktu SMK itu.. ada disini?"

"IYA! Eh? Enggak mbak enggak. Aduhh.." semakin lama, Nayra semakin ngelantur saja. Bahkan keceplosan.

Rara malah tertawa. Tak habis pikir, ternyata sebegitu dahsyatnya efek jatuh cinta yang terjadi pada adik kelasnya ini. "Nggak papa, Nay, jujur aja. Mbak nggak akan marah. Jatuh cinta itu.. anugrah dari Allah. Nggak ada salahnya."

Rara semakin tertawa saat Nayra menunduk malu-malu sembari memainkan ujung kerudungnya yang lebar itu. "Yang mana sih orangnya? Mbak jadi penasaran."

Shalihah BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang