"Kamu ngapain disitu, Nay?"
Begitu mendengar suara Mas Ferdy, aku menoleh. Kini, ia sudah berbaju rapi, bahkan sepertinya rambutnya basah oleh air. Kapan dia mandi? Saat aku terbangun tadi, Mas Ferdy masih terlelap. Jadi, kuputuskan untuk mandi terlebih dahulu.
"Cari angin, Mas," sehabis mandi, aku memang sengaja untuk berdiam diri sebentar di balkon kamar. Membiarkan angin malam menggerakkan jilbab dan khimar yang kukenakan.
"Kamu nggak kedinginan?"
"Yaa.. kedinginan sih, Mas. Cuman.. nggak papalah, hitung-hitung, buat nglatih diri biar terbiasa udara jam segini."
Dengan sekali gerakan, Mas Ferdy berhasil menangkup badanku. Ia memelukku dari belakang dan menaruh kepalanya di pundakku. Kurasakan degup jantungku makin kencang. Kebiasaanku berada sedekat ini dengannya. Jujur, aku sama sekali belum terbiasa.
"Yaudah, kalo gitu, Mas peluk kamu gini ya? Biar hangat. Mas juga kedinginan, nih."
Aku tersenyum geli. "Bisa gombal juga, nih?"
"Loh, itu tadi bukan gombal, sayang. Itu beneran."
Dia memanggilku sayang lagi. Oke, jangan salting, Nayra..
"Dasar, dasar cowok."Badanku ikut bergetar saat Mas Ferdy tertawa kecil. Tak sadar, aku ikut tersenyum.
"Nyaman ya, rasanya, bisa deket kayak gini."
"Very comfortable," bisikku.
"Oh iya, Nay, hari ini kamu di rumah aja kan kayak kemarin?"
Yaa Allah, aku lupa, aku lupa memberitahu Mas tentang keputusanku. Ini pasti karena aku belum terbiasa. Terbiasa membuat keputusan sendiri jika itu bukan mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan keluarga. Namun, saat aku sudah menikah, tentunya segalanya harus kuberitahukan pada suami, bukan? Untuk meminta ijin padanya.
"Ngg.. jadi.. itu, Mas.."
"Kenapa, Nay?"
Aku menghela nafas. Akhirnya, aku membalikkan badan untuk berhadapan dengannya. Tak berani menatap matanya. Akankah dia marah?
"Aku.. mau masuk kuliah hari ini.""Kuliah?" hening. "Kamu ambil libur berapa hari, sih? Kok cepet banget masuknya?"
Refleks aku mendongak. Jadi dia tidak marah? Heran, yang ada kini malah rajukan. Sedikit simpul senyuman diujung kutarik. Geli dengan rajukan yang manja.
"Iya, Mas. Hari ini ada tugas yang harus kukumpulin. Sebenernya aku cuma ambil libur 2 hari, cuman, kemarin aku nambah 1 hari. Jadinya 3 hari, kan? Nggak enak sama dosen kalau harus nambah lagi 4 hari."
"Hih.. padahal Mas masih pingin lama-lama sama kamu, lho, Nay. Mas udah ijin cuti seminggu malah."
Alisku tertaut salah satu. "Seminggu? Buat apa?"
Terlihat Mas Ferdy menyeringai lebar. "Buat honeymoon, sama istri mas, sama pacar baru Mas yang cantiiikkkkk manissss."
Berhasil. Pipiku merona lagi sekarang. "Ihhh.. gombal," kupukul pundaknya pelan, yang akhirnya ditahan dengan tangan Mas. "Jadi, sebelum nikah, ada pacar yang lama dong?"
Mas Ferdy tampak berfikir. "Emm.. ada."
"Siapa?" Ada? Siapa dia? Ya Allah, beraninya dia mencuri hati suamiku. Dimana dia sekarang? Taukah dia bahwa Mas Ferdy ini sudah resmi menikah denganku sejak 3 hari yang lalu?
"Dia itu.." kalimatnya yang menggantung makin lama membuatku semakin berburuk sangka.
"Anak SMK yang bernama Adzkia Hana, anak Jurusan Jasa Boga yang kelasnya seberangan sama kelasku di SMK dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Shalihah Bersamamu
EspiritualCinta. Ia adalah perasaan yang fitrah. Tercipta dalam setiap hati dua insan dengan ijinNya. Namun, saat ia diperlakukan dengan cara yang salah menyalahi syariatNya, apakah pantas disebut cinta? Maka, jangan pernah mencampur adukkan hukum syariat den...