Part 6 : Menikah?

157 7 0
                                    

~ flashback 3 tahun yang lalu ~
"Ini toh yang namanya Ferdy?"

Pria berseragam putih abu-abu itu menunduk dan tersenyum tanda hormat. Lalu duduk berseberangan dengan bunda yang didampingi Nayra disampingnya.

"Kamu ini, kenapa deketin anak saya? Ndak takut dosa toh? Kalian ini masih sekolah lho, ya.."

"Saya bermaksud serius kok bu, sama putri ibu," ucapnya tenang. Berbalik dengan Nayra yang sedari tadi resah. Menyesalkan pertemuan ini, harusnya, Ferdy tak memberanikan diri sampai seperti itu.

"Kok bisa suka sama putri saya? Sampai serius gitu? Siap memang untuk menikahi putri saya sekarang?" semakin bunda menginterogasi, semakin resah pula Nayra. Ia benar-benar tak tau arah pembicaraan ini.

"Bukan begitu, bu. Saya akui, saya belum siap sekarang. Kalau ibu tahu, putri ibu itu beda dari yang lain diantara anak-anak SMK disini, dia benar-benar gambaran remaja muslimah yang sesungguhnya, bu," benar saja, jika dibandingkan yang lain, mungkin hanya Nayra yang istiqomah memakai seragam dengan begitu syar'inya. Didikan itu ia dapat dari bunda dan ayahnya yang begitu islami.

Bunda tersenyum geli. "Lah ya iya toh beda yang lain, kan Nayra ndak punya saudara kembar."

"Oh iya, kamu suka ikut kajian keislaman?"

Ferdy menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Jarang sih, bu."

"Sering-sering ikut ya? Biar bisa jadi imam yang baik buat rumah tanggamu nanti. Tapi, ingat, semua itu yang ngatur itu Allah. Jadi ndak ada yang tau kalau seandainya salah satu dari kalian bakalan ditakdirkan dengan yang lain."

"Iya, bu. Tapi in sya Allah kami akan selalu berusaha. Saling berdoa satu sama lain. Mungkin bisa ditanyakan dulu ke Nayranya, dia bersedia atau tidak?"

Beku. Nayra hampir tidak tau apa yang harus dilakukannya.
Hanya bisa diam.
Ingin berucap, tapi tak tau apa yang diucap. Mungkin pipinya berhasil merona sekarang.

"Dalam hadits, seorang gadis yang dipinang, maka diam adalah jawabannya," dengan bijak bunda menerangkan.

"Tapi ingat, setelah ini, jangan sampai ada interaksi lainnya seperti dulu. Hubungan kalian belum halal. Jadi, jangan sampai kalian saling bertatap berucap dulu, sampai akhirnya nak Ferdy siap datang ke rumah."

Satu hal. Satu hal yang harus mereka ingat. Bahwa pesan bunda di hari itu, haruslah dipertahankan. Demi menjaga syariatNya.

~ flashback off ~

Setetes air mata tanpa sadar membasahi air mataku. Selalu saja menerobos pertahananku, saat kuingat dosa yang telah kubuat.

Aku telah melanggar. Melanggar pesan bunda. Bahkan hal itu berlanjut hingga satu tahun lamanya. Hingga menjelang kelulusan sekolah, Allah mengijinkan kami berdua mengenal hidayahNya.

Membuat kami saling bersepakat satu sama lain. Untuk tak bertemu tak bertatap tak berucap hingga akad memutuskan segalanya yang haram.

Tapi, entah kenapa, hingga kini, perasaan ini terus menerus menyiksaku. Membuatku tak tertahan, ingin segera menghalalkan. Padahal, sudah 2 tahun lebih kami berpisah. Tak saling memberi kabar.

Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah diri ini dalam agamaMu yaa Allah..

"Mbak? Sudah siap? Ayo berangkat," ajakan Rayyan membuyarkan lamunanku. Hari ini, aku memintanya tolong untuk mengantarkanku ke kampus.

Kampus?
Yap. Setelah menyelesaikan Ma'hadku, aku berkeputusan untuk melanjutkan impianku dulu untuk menjadi Ahli Gizi di rumah sakit. Tentu hal itu kuawali dengan mengambil Jurusan Gizi di Akademi Gizi. Dan kini, kuliahku sudah memasuki awal semester 4.

Shalihah BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang