Part 5 : Pertemuan

114 4 0
                                    

"Wa'alaikumussalam wr wb," serentak sekelas mengucapkan salam pada Ustadzah Salwa tentang pelajaran bahasa arab hari ini. Bergegas, dari kami untuk segera membereskan buku-buku pelajaran.

"Nay, kamu beneran nih, nggak ikut kita ke rumahnya Findy? Ummynya Findy udah menanti-nanti tuh," rayu Fella.

"Afwan ya, Fin, Fel, aku harus nyiapin materi buat kajian, soalnya, mumpung ada waktu kosong gitu siang ini," tolakku halus.

"Yakin nih, Nay? Beneran yah?"

Aku mengangguk pasti. Sejak aku menerima CV dari mas Fahmi, kakak Findy, aku langsung mengurangi kunjunganku ke rumah sahabat karibku itu. Bukannya tak suka, tapi setelah insiden aku mengembalikan CVnya tanpa membukanya sedikit pun membuatku merasa sungkan.

Lagipula, aku sudah memutuskan siang ini untuk pergi cari referensi materi, bukan?

Dengan cepat aku melangkahkan kakiku ke arah Perpustakaan UMM dan meminjam beberapa buku untuk referensiku nantinya.

Kriiuukk..
Spontan kupegang perutku. Astagfirullah, semoga tak ada yang mendengarkan raungan si lambungku ini. Maafkan aku lambung, sepertinya kau benar-benar hampir kulalaikan di siang ini.

Sepertinya harus kusegerakan ke kantin untuk mengisi perut. Segera kulangkahkan kakiku menuju kantin yang tak terlalu jauh dari arah perpustakaan. Hmm.. area Wi-Fi ramai juga ya, banyak sekali mahasiswa/i disini, semoga nantinya aku dapat tempat.

Setelah cukup lama memilih makanan, akhirnya pilihanku jatuh pada roti pandan hijau kesukaanku dan minuman jeruk segar, yaa.. semoga bisa mengobati rasa laparku walau tak seluruhnya.

"Kok baru pulang jam segini, mbak?" tanya ibu-ibu yang ada di supermarket kecil di dekat area Wi-Fi ini.

"Hehe iya bu, tadi seusai ma'had, saya pergi ke perpustakaan dulu, soalnya, jadi pulangnya udah jam 12 tadi." sepertinya ibu ini kenal bahwa aku mahasiswi ma'had.

"Eh mbak, kembaliannya saya cari dulu ya, saya lupa naruh uang recehannya."

"Aduh bu, udah ambil aja ndak papa."

"Loohh jangan mbak," akhirnya dengan nekat ibu itu menunduk dan berjongkok dibalik meja kasir itu. Subhanallah..

"Eh, Nayra kan?"

Spotan kumenoleh ke arah lelaki di sampingku yang hendak mengantri di kasir pula. Ma sya Allah, dia?

5 detik.
Sudah cukup lama aku memandanginya, tapi tetap saja aku seharusnya langsung memutus kontak mataku.

Akan termasuk dalam zina mata jika tadinya kusengaja untuk memandangnya lebih lama. Walau jujur, aku sangat merindukannya. Tapi, sunnah Rasul tetap berusaha kujalankan. Bukankah pandang kedua bukanlah hakku sepenuhnya guna menatapnya?

"Kamu sekarang.. ma'had disini juga?"

Jangan ditanya bagaimana bunyi jantungku kini. Pasti sudah berdegup kencang seolah ingin keluar.

"Iya, Mas Ferdy kalau mau ke kasir, monggo, Nay udah selesai kok," aku mundur selangkah. Sebisa mungkin, kendalikan dirimu, Nayra..

Sepertinya Mas Ferdy menyadari keenggananku untuk berhubungan lebih lama dengannya. Sadarlah Mas, ini demi kebaikan kita..

"Nah! Ini dia neng kembaliannya, 2800 rupiah kan? Makasih ya, neng," ucapan ibu tadi refleks saja membuat perhatian kita berdua teralihkan.

"Nah, masnya, ini aja mas yang dibeli? Saya itung ya, semuanya 11.000."

Shalihah BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang