Chapter 1

15.3K 1.2K 75
                                    

Hartington House, Mei 1854

Gumaman samar khas seseorang memenuhi indera pendengarannya. Ia sama sekali tidak terganggu karenanya. Sebaliknya, ia sangat menyukainya.

Lady Livia Rotherstone beranjak dari ambang pintu untuk lebih masuk ke dalam ruangan di hadapannya. Ia berusaha mencari asal gumaman yang belum ia temukan.

Ia terus mencari asal gumaman tersebut. Hingga akhirnya ia melihatnya. Livia berlutut di belakang sofa. Membuat seseorang yang dicarinya berhenti dari kegiatan apa pun yang sedang dilakukan.

Mata Livia bersitatap dengan mata bulat dengan iris biru tua yang menggemaskan. Mata itu melebar karena melihat Livia, yang sepertinya mengagetkan pria itu.

Lalu pria itu memberikan senyuman lebarnya. Membuat Livia ikut tersenyum manis.

"Lord Hartington," ucapnya dengan sopan.

Pria itu mengabaikannya dan kembali melakukan kegiatannya. Ia merangkak dan berusaha untuk menggigit serta mengunyah kaki sofa yang merupakan kayu ukir.

Livia tertawa. "Tidak boleh, Pria Kecil." Ia memindahkan bayi tersebut ke atas pangkuannya.

Leonard Cavendish, Marquess of Hartington, pewaris gelar Duke of Devonshire keenam, meronta sesaat karena kegiatannya terganggu. Bayi itu ingin kembali berusaha menggigit kaki sofa.

Livia menghadapkan bayi itu sejajar dengan wajahnya. "Dengar, Marquess. Kau tidak boleh menggigiti perabotan townhouse-mu. Jika kau terus menggigitinya, kau tidak akan memiliki perabotan di kediamanmu saat kau tumbuh besar nanti."

Mata bayi itu mengerjap beberapa kali. Kemudian senyuman lebarㅡyang memperlihatkan dua gigi depannyaㅡmengembang. Sepertinya bayi itu menganggap bahwa Livia mengajaknya bermain. Tetapi, tentu saja ia tidak keberatan untuk bermain dengan bayi itu.

Leon benar-benar bayi yang menakjubkan. Matanya menuruni mata ayahnya. Meskipun Livia berharap mata Leon masih bisa berubah menjadi hijau jernih seperti milik ibunya. Well, dengan warna mata apa pun, pria kecil ini akan menawan banyak wanita di masa depan karena pesonanya.

Livia membawa Leon keluar ruang duduk pribadi itu ketika Leon mulai menarik-narik bagian depan gaun siangnya. Mencari sesuatu yang belum Livia miliki.

"Aku ingin semacam petualangan dalam hidupku. Bagaimana menurutmu, Lord Hartington?" Livia bergumam.

Leon tidak mengacuhkan gumaman Livia. Bayi itu mulai menyurukkan kepala mungilnya pada dada Livia seraya menarik-narik gaunnya.

Livia tersenyum dan bergegas mencari ibu dari lord yang ada dalam dekapannya.

***

Leon masih menyurukkan wajahnya ke dada Livia. Tetap berusaha mencari makan siangnya. Wajahnya mulai berkerut-kerut siap untuk merajuk karena ia belum juga mendapatkan makanannya.

Livia terkekeh. "Kau pria kecil tidak sabaran," ujarnya.

Ia baru saja mengambil beberapa langkah keluar dari ruang duduk ketika senyum lebar Eliza menyambutnya.

"Dia lapar?" tanyanya saat mendekati Livia.

"Dan tidak sabaran," ungkap Livia dengan tenang.

Eliza tertawa kecil. "Persis seperti ayahnya."

Ia mengambil Leon yang siap untuk berteriak marah dari dekapan Livia. Mata anak itu mengerjap-ngerjap. Mengenali aroma Eliza. Kerutan-kerutan di wajahnya mulai menghilang. Leon mulai bersandar nyaman pada Eliza.

"Apakah sebelum ini dia menangis?" tanya Eliza.

"Tidak. Dia mengabaikanku dan berusaha menggigiti kaki sofa ruang duduknya," ujar Livia.

Seducing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang