HERE WE GO AGAIN!!!!!!
KEMARIN KAN CHAPTER 21 SEDIKIT TUH, SEKARANG DITAMBAH LAGI
OK, NO MORE EXPLANATION
LET THE STORY, BEGIN!!!!***
Pekikannya teredam oleh ciuman Grant. Pria itu memagut bibirnya seperti awal pertemuan mereka. Terkesan tidak sabar. Meskipun demikian, Livia tidak bisa memprotesnya. Ia memejamkan matanya. Oh ya, penyatuan bibir mereka begitu memabukkan. Seperti penyatuan dua jiwa menjadi satu rasa yang utuh.
Sayup-sayup, Livia bisa mendengar lenguhan yang terlontar akibat cumbuan Grant. Suara memalukan yang tidak pantas dikeluarkan oleh seorang lady. Itu dan kenyataan bahwa ia menikmati semua kegiatan mereka di dalam kereta kuda!
Livia mengambil napas dengan terengah saat Grant memutus ciuman mereka. Penglihatannya begitu kabur. Tertutup oleh perasaan yang meletup-letup. Sesuatu yang membuat semua indra di dalam dirinya berlomba-lomba untuk mendapatkan kesenangan.
Matanya kembali terpejam ketika tangan besar Grant mengambil segenggam rambut Livia dan membawanya ke depan hidung pria itu. Livia dapat mendengar tarikan napas kasar Grant.
"Indah," bisik Grant dengan suara serak. Menarik Livia untuk membuka kelopak matanya yang terpejam. Dan menatap kilat kekaguman pada manik abu-abu gelap Grant.
Livia tidak asing dengan pujian. Selama satu season yang dijalaninya, ia banyak mendengar pemujaan para pria terhadap wajahnya. Sederet puisi dan syair juga Livia dapatkan dari pria terhormat lainnya. Dan Livia menerimanya dengan sopan. Memberikan senyumnya untuk membalas setiap pemujaan yang dilontarkan untuknya.
Namun satu kata yang dilontarkan Grant begitu menyentuh hatinya. Membuat perasaannya memuai dan memunculkan rona merah di kedua pipinya. Yang sepertinya disadari oleh Grant karena manik abu-abunya kembali berubah lebih gelap.
Tatapan intens Grant membuat Livia kehilangan napasnya. Ia terancam mempermalukan dirinya karena napasnya berubah memburu. Kelopak matanya turun karena gairah yang kembali disulut Grant dengan mudah.
Livia tidak bisa melepaskan tatapannya dari mata Grant. Bahkan ketika Grant menggunakan ujung-ujung rambutnyaㅡyang masih dalam genggaman pria ituㅡuntuk membelai lembut pipinya. Begitu erotis hingga Livia lupa bagaimana cara untuk bernapas. Ia tidak pernah merasa seperti ini saat rambut panjangnya mengenai bagian tubuhnya. Apa yang dilakukan Grant seperti belaian lembut yang menambah bara di dalam dirinya.
Belaian Grant turun ke lehernya dengan perlahan. Livia tidak tahan untuk meringis ketika ujung rambutnya mengenai sesuatu di lehernya.
Secara otomatis, Grant menghentikan eksplorasinya terhadap Livia. Ia dapat melihat manik Grant kembali ke warna asalnya. Kecemasan mendominasi tatapannya. "Kau terluka," ucap Grant dengan terkejut seolah-olah pria itu baru menyadarinya.
Tangan Livia bergerak untuk menyentuh lehernya. Namun gerakannya terhenti di udara karena Grant menangkap tangannya.
"Jangan."
Larangan singkat Grant seakan memberi tahu Livia bahwa lukanya mengeluarkan cairan yang sangat dibencinya. "A-apakah lukanya mengeluarkan darah?" Livia bertanya dengan was-was.
Sudut-sudut bibir Grant tertarik ke atas. Membentuk senyuman asimetrisnya yang tidak bisa dilewatkan Livia. Ekspresi Grant yang melembut karena senyumannya adalah hal langka. Selama berada dalam perlindungan Grant, Livia bisa menghitung dengan satu jemari tangan saat Grant menarik sudut-sudut bibirnya ke atas.
"Hanya goresan kecil. Darahnya sudah berhenti." Grant merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sapu tangan yang terlipat rapi dan dikanji. Dengan efisien mengikat leher Livia dengan sapu tangan tersebut. Setelahnya, sisa-sisa senyum Grant berganti dengan ringisan rasa bersalah. "Aku gagal menjagamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing You
Historical FictionRotherstone #2 Lady Livia Rotherstone tidak menyangka jika dirinya berada di waktu dan tempat yang salah. Ia ditangkap oleh salah satu anggota kepolisian Scotland Yard karena tuduhan pembunuhan. Ya Tuhan, melihat darah saja dirinya ingin pingsan. Ba...