Chapter 20

8.4K 884 126
                                    

Informasi yang didapatnya mengenai ciri-ciri fisik si pelaku sungguh mengejutkan. Warna mata dan luka yang hampir sama. Bagaimana bisa ada kebetulan aneh di dunia ini.

Melihat dari reaksi Livia yang begitu terkejut, Grant berasumsi bahwa seseorang yang menabrak Livia pada malam laknat itu sama dengan sosok yang diceritakan bocah pembawa surat.

Tanpa sadar, tangan Grant naik ke pipi kirinya. Mengelus pelan parut panjang yang menghiasi pelipis hingga ke pertengahan pipinya. Luka yang ia dapatkan ketika pertama kali menginjakkan kakinya di London. Usianya empat belas tahun saat itu. Ia tidak akan melupakan hari itu.

Hari di mana Lionel menggoreskan ujung pedang anggar dengan sengaja ke wajahnya. Grant begitu frustrasi saat klannya dibantai oleh sekumpulan orang yang tidak bertanggung jawab. Menewaskan orang tuanya. Sehingga saat mendiang sang earl menariknya ke London, dengan bodoh Grant menyanggupi tantangan Lionel dengan bermain anggar.

Ya, mendiang earl sebelum Nick tidak memiliki pewaris sah atas gelarnya. Sang earl yang sadar akan hal itu langsung membawa Nickㅡsepupu jauhnya yang yatim piatuㅡke kediamannya. Mengajari Nick untuk menjadi pewaris sejati. Tetapi sang earl belum puas dengan kehadiran Nick sebagai pewaris. Ia membutuhkan pewaris kedua untuk berjaga-jaga jika Nick tidak bisa meneruskan gelarnya. Ayah Grant yang merupakan adik dari ayah Nick.

Sang earl mencari informasi mengenai ayah Grant. Berbekal dari informasi yang didapatkannya, ia menemukan Grant yang saat itu terlunta-lunta karena tidak memiliki sepeser pun uang setelah ibunya membantunya kabur dari peristiwa nahas itu.

Tetapi sepertinya sang earl belum puas setelah mengumpulkan kandidat pewaris pertama dan keduanya. Ia menemukan John yang merupakan sepupu dekat dari Grant dan Nick. Ia tidak ingin gelar terhormatnya dikembalikan ke kerajaan karena ketiadaan pewarisnya.

Mengenai Lionel, pria malang itu sebenarnya adalah anak kandung mendiang sang earl. Sayang sekali Lionel lahir lebih cepat satu hari sebelum pernikahan orang tuanya. Sehingga gelar Westwood tidak bisa jatuh ke arahnya karena statusnya adalah anak haram. Sebagai kompensasi dari ketidakberuntungannya, Lionel selalu meminta uang saku besar pada ayahnya dan sang earl menyanggupinya. Hingga gelar itu jatuh ke tangan Nick setelah kepergian sang earl, Lionel masih meminta uang sakunya.

Grant tidak akan selembut itu. Lionel harus belajar tanggung jawab. Begitu pula dengan John yang menurutnya begitu manja dan bodoh.

Sekali lagi Grant mengusap bekas lukanya yang terasa gatal. Benaknya berkelana. Melompat dari satu pemikiran ke pemikiran lainnya. Kali ini yang mengganggunya adalah warna mata yang dijelaskan bocah pengantar surat. Abu-abu bukanlah manik yang sering dilihatnya. Hanya keluarga Serrard yang menjadi pemilik manik tersebut dan segelintir orang lainnya.

Grant tersentak ketika merasakan tarikan lembut di lengan mantelnya. Saat menoleh pada seseorang yang menarik mantelnya, Grant beratatapn dengan manik biru indah yang begitu bingung atas kebungkaman Grant. Bibir ranumnya berkerut karena diabaikan. Bisakah Grant menahan segala rayuan dan tuntutan yang selalu Livia lakukan padanya?

"Kita harus bergerak cepat. Langit semakin gelap. Aku tidak menyukai aroma kepedihan yang semakin pekat setiap detiknya," ucap Livia. Ia melepaskan tatapan matanya dari Grant dan menatap ke sekelilingnya yang memang semakin gelap.

Grant mengeluarkan koin dengan nilai yang sama seperti yang diberikan oleh si pelaku dan memberikannya pada bocah pengantar surat. Bocah itu menyambutnya dengan pekikan semangat dan segera memasukkan koin-koin berharganya ke dalam saku bajunya yang kumal.

"Terima kasih, Sir. Kau amat baik." Bocah itu menyelipkan lap yang dipegangnya di antara lengan dan ketiaknya. Ia berjalan mendekati Grant dan mengulurkan tangan kotornya pada Grant.

Seducing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang