Chapter 12

7.2K 848 113
                                    

What if, cerita ini tidak akan menampilkan adegan dewasa yang biasanya ada di cerita hisromku? 😋😋

Happy Reading, Gals 😘

***

Partikel debu yang beterbangan tertimpa cahaya matahari pagi menjadi hal pertama yang Grant lihat saat ia membuka matanya. Ia mendesah lega karena Mr. Pryce hanya menyibak gorden kamar tidurnya dan membiarkan Grant beristirahat lebih lama. Setidaknya Mr. Pryce tidak begitu rewel dan membangunkannya saat Grant belum berniat untuk bangun.

Tanpa malu Grant berdiri dari ranjangnya. Menampakkan tubuhnya yang tak mengenakan apa pun. Ia berdiri menghadap cahaya matahari yang masuk. Membuat partikel debu tersebut berbelok melewati tubuh besarnya. Grant menikmati kehangatannya yang jarang sekali ia rasakan selama hidup di salah satu daerah tergelap London. Ia yakin jika hari ini akan menjadi hari baiknya di antara hari buruk yang dilewatinya beberapa hari ini.

Kakinya berjalan ke arah baskom yang telah Mr. Pryce siapkan. Grant tidak mungkin menugaskan Mr. Pryce untuk bolak-balik membawa air mandinya ke ruangan sebelah karena tubuh renta Mr. Pryce. Ia juga tidak ingin tubuh renta itu mengisi baskom airnya, tetapi Mr. Pryce bersikeras karena itu merupakan tugasnya.

Air dingin yang membasuh wajahnya memberikan kesegaran baginya. Grant cukup bersyukur ia mendapatkan air bersih dan memanfaatkannya. Setelahnya, Grant mengusap wajahnya dengan handuk yang terlampir di sandaran sofa kamarnya. Ia sengaja tidak bercukur. Membiarkan cambangnya tumbuh untuk sehari lagi.

Dengan cepat Grant berpakaian. Sekali lagi membungkus tubuhnya dengan atribut seorang gentleman. Bukan seperti dirinya. Grant tidak pernah mengenakan atribut gentleman-nya ketika ia berada di dalam rumah. Tetapi firasatnya mengatakan ia harus mengenakannya pagi ini.

Ketukan pintu perlahan terdengar. Tidak ada kalimat penjelasan setelah ketukan tersebut yang berarti Mr. Pryce-lah yang mengetuknya. Bukan kepala kokinya yang cerewet dan suka ikut campur.

Grant berjalan dengan mantap. Membuka pintu tersebut ketika tangannya bisa menjangkau kenopnya.

Di luar, Mr. Pryce menunggunya dengan begitu sabar. "Makan pagi sudah siap, My Lord," ujarnya dengan sopan.

Grant meringis mendengar gelar barunya yang terdengar sangat asing di telinganya. Ia belum terbiasa. Dan mungkin tidak akan pernah terbiasa karenanya. "Panggil aku seperti biasanya, Pryce. Di rumah ini aku tidak memiliki gelar apa pun."

"Tetapiㅡ"

"Panggil aku seperti Mrs. Cook memanggilku. Kau tidak akan kupecat karena tidak memanggil diriku dengan sebutan kebangsawanan itu," potong Grant ketika Mr. Pryce terlihat ingin membantah.

"Baik, Sir." Mr. Pryce akhirnya mengalah. Tidak ingin membuat tuannya merasa tidak nyaman.

"Begitu lebih baik." Grant berjalan melewati Mr. Pryce untuk menuju ke ruang makan sederhananya. Di belakangnya, Mr. Pryce mengikuti tanpa bicara.

Grant menuruni tangga dan berbelok ke sisi barat rumahnya. Di mana dapur dan ruang makannya menyatu. Aroma roti panggang yang dibuat Mrs. Cook menusuk indra penciumannya. Membuat Grant semakin bersemangat untuk melakukan ritual pagi hari mereka.

Kakinya memasuki dapur sekaligus ruang makannnya. Ruang tersebut tidak memiliki pintu yang menghubungkan dengan koridor di depannya. Hanya ada kosen ganda yang begitu besar.

Grant melangkah untuk masuk ke dalam ruang makannya kemudian berhenti sejenak ketika melihat keadaan dapurnya. Grant mendengkus keras sehingga membuat dua orang yang telah duduk manis di meja makan menoleh ke arahnya. Lihat, firasatnya tidak meleset, bukan?

Seducing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang