Mata Livia mengikuti Mrs. Cook yang baru saja membuka pintu penjaranya. Kali ini ia tidak berusaha untuk menerobos keluar saat pintu itu terbuka lebar untuk mengakomodasi tubuh Mrs. Cook. Livia masih terlalu terkejut atas kejadian yang baru saja ia alami.
Kedua telapak tangannya terpaut di atas pangkuannya. Berusaha agar salah satu jarinya tidak meraba bibirnya yang baru saja bersentuhan dengan bibir Grant. Bibirnya masih bergetar ketika Mrs. Cook tiba di hadapannya.
"Pria itu," maki Mrs. Cook ketika dengan lembut mengangkat salah satu pergelangan tangan Livia dari pangkuannya. Dengan cermat Mrs. Cook memperhatikan lepuhan kulit di sana.
Ia meletakkan kembali tangan Livia dengan lembut. Seperti saat dirinya saat mengaduk adonan selai dengan berhati-hati. Mrs. Cook membuka botol yang tadi dibawanya. Dan dengan perlahan mengoleskan salep di pergelangan tangan Livia secara bergantian.
Setelah selesai dengan salepnya, Mrs. Cook mengambil potongan kain dari saku celemeknya untuk kemudian membebatkan kain tersebut ke pergelangan tangan Livia.
"Maafkan kekasarannya, My Lady. Aku yakin pria itu memiliki alasannya sendiri. Meskipun tentu saja aku mengutuk apa yang dia lakukan terhadapmu." Mrs. Cook mengamati pekerjaannya untuk terakhir kali. "Istirahatlah, My Lady. Jika kau membutuhkanku, tarik saja tali loncengnya. Aku minta maaf karena aku harus kembali menguncimu di kamar ini."
Livia mengerjapkan matanya sebagai jawaban. Sekali lagi ia hanya menatap dengan lebar sebelum menutupnya kembali dan suara putaran kunci terdengar.
Ia menghela napas. Kali ini tidak bisa menahan dirinya untuk meraba bibirnya. Hanya sentuhan kecil. Mengapa ia merasa bahwa itu merupakan hal besar?
***
Grant berteriak untuk memanggil Mrs. Cook ke hadapannya. Bukan sifatnya. Tetapi ia sungguh frustrasi dengan apa yang baru saja terjadi. Ingin sekali Grant melepaskan wanita itu. Memulangkannya pada keluarganya. Setelah itu Grant akan menyendiri ke pedesaan. Tidak mengacuhkan gelar yang didapatkannya serta sederat kewajiban yang ada pada gelar tersebut.
Tangannya terangkat untuk menyugar rambutnya yang sekelam malam. Mengingat mata yang baru saja menatapnya dengan menantang namun memendam kepolosan dan rasa ingin tahu yang besar. Sesuatu yang menariknya untuk mendekat dan merasakan kehangatan tubuh satu sama lain.
Dengan tergopoh, Mrs. Cook datang ke hadapannya. Wajahnya dihiasi rasa panik yang kental. Mungkin karena mendengar teriakan Grant yang menggelegar.
"Ya Tuhan, apa yang terjadi?" tanya Mrs. Cook. Dadanya yang besar naik turun dengan cepat karena panik dan terburu-buru.
Grant merengut. "Tidak ada yang terjadi," jawab Grant dengan tidak acuh.
Mata Mrs. Cook yang lebar semakin melebar dengan pelototan yang diberikannya kepada Grant. "Lalu mengapa kau berteriak seperti adanya masalah besar yang hadir di kediaman suram ini?" sungut Mrs. Cook. Matanya masih memelototi Grant yang semakin memberengut.
"Ya. Kita memang memiliki masalah besar," sambut Grant. Merujuk pada seorang wanita yang sedang menempati salah satu kamar di kediamannya.
Kali ini alis Mrs. Cook menukik tajam. "Apa?" tanyanya dengan nada waswas.
Dengkusan kasar Grant mengisi kesunyian di dalam ruangan tersebut. "Aku baru saja melepaskan ikatan tawananku."
Mrs. Cook mengembuskan napas lega. "Ya Tuhan, terima kasih. Kau telah mengembalikan sisi gentleman Sir Grant." Mrs. Cook mengucapkannya dengan sarkasme yang begitu kental seraya menatap mata Grant.
Grant kembali memberengut. Matanya terpejam rapat untuk mengendalikan gumpalan emosi yang menyesakkan dadanya. Ia membutuhkan kegiatan untuk meluapkan emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing You
Historical FictionRotherstone #2 Lady Livia Rotherstone tidak menyangka jika dirinya berada di waktu dan tempat yang salah. Ia ditangkap oleh salah satu anggota kepolisian Scotland Yard karena tuduhan pembunuhan. Ya Tuhan, melihat darah saja dirinya ingin pingsan. Ba...