*carol POV*
Saat aku berjalan mengintari sekolah untuk ke kelas, aku melihat ada Jessie yang sedang menangis di dekat loker yang ada di lorong sekolah ini.
Aku pun memutuskan untuk menghampirinya.
"Hey" sapaku
Dia mendongak dan mendapatkan aku yang sedang tersenyum padanya.
"Hey" balasnya seraya mengelap air matanya.
"Sedang apa kau disini? dan mengapa engkau menangis?" Tanyaku bingung.
"Tadi Miranda mengatai aku bodoh. Aku tidak pantas untuk naik kelas 3 junior school. Dia bilang aku pasti tidak akan lulus. Dani juga mengatai aku miskin" jawab Jessie
"Sudahlah jangan menangis. Dani itu tidak tahu kalau kau itu pintar sehingga bisa mendapat beasiswa. Apalagi Miranda, dia salah besar! Dia tidak tahu kalau kau lebih pintar darinya" hiburku
"Be-benarkah ?" Tanya Jessie dengan mata berbinar-binar
"Tentu" jawabku
Jessie tersenyum lalu mengelap kedua pipinya yang basah akibat menangis.
"Sekarang kita ke kelas yuk! Kelas kita sama lhoo" ajakku
"Ayo!" Balas Jessie seraya berdiri bersamaan denganku.
---dikelas---
Mrs. Amel memasuki kelas kami.
"Good morning, class!"
"Good morning, miss" seru kami sekelas.
"Siap untuk belajar?" Tanya Mrs. Amel
"Ready!" Jawan semuanya
"Keluarkan buku matematika kalian!"
Aku menganga. Pagi-pagi sudah dapat matematika. Huft..
---break---
"Hey! Kita duduk disana saja yuk!" Ajakku pada Jessie.
"Ah. Iya" Jessie mulai berjalan bersamaku menuju meja kosong yang ada ditengah-tengah kantin.
Saat hampir sampai, Jessie tiba-tiba berhenti melangkah.
"Kenapa?" Tanyaku
"Tak apa.. hehe" jawabnya "ayo duduk"
Berbicara soal sekolah, semua tingkatan memiliki lebih dari 1 kelas.
Sekarang aku sudah kelas 3 SMP. Aku duduk di kelas 3a. Sedangkan secara keseluruhan, kelas ini sampai J.
Soal Jessie, aku mengenalnya saat kami duduk di kelas 2b. Kelas kami sebelahan.
Walaupun banyak yang seumuran denganku, aku kurang banyak mengenal siswa yang seumuran denganku karena saking banyaknya murid disini.
Begitulah ceritanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
strong little girl
FanfikceJauh dari keluarga memanglah hal yang sulit untuk diterima dalam kenyataan hidup. Tapi ketika dia sudah bertemu dengan keluarganya, hidupnya malah semakin rumit. Dimusuhi oleh teman-temannya, mendapatkan penyakit, bahkan sampai mengalami kecelakaan...