*Carol POV*
1 minggu kemudian..
"Kau yakin ingin mengundurkan diri?" Tanya Hayley
"Tentu.." jawabku
"Tapi.. tinggal 1 minggu lagi. Ayolah" pinta Nash
"Aku sudah muak dengan bullying yang aelama ini aku terima. Aku frustasi" kataku
"Ini gila.. rasanya cepat sekali ya" kata Shawn
"Kau yakin akan kembali meninggalkan kakakmu? Kau yakin akan meninggalkan kami?" Tanya Jack
"Aku hanyalah seorang penghancur disini" jawabku.
"No you aren't" sanggah semuanya.
Aku hanya bisa menghela nafas panjang.
"Bagaimana kita bicarakan ini di kantin? Kita menghalangi jalan" usul Matt
"Baiklah.."
Saat sedang berjalan menuju kantin, kami semua di kagetkan oleh bola basket yang melayang ke arah kami.
BRUK!
Aku tersungkur ke lantai dan kepalaku membentur tembok dengan kencang.
"Carol!"
Hanya itu kata terakhir yang aku dengar sebelum semuanya.. gelap.
**
*author POV"
Hayley dan teman-temannya khawatir. Mereka semua tidak berhenti bolak-balik di depan ruang UGD dimana di dalamnya ada Carol yang sedang ditangani dokter.
"Kalian sih tidak bisa menjaga Carol!" Bentak Cameron
"Hey! Kami juga mencoba menyelamatkan diri tahu! Pula itu salah teman-temanmu yang sedang ikutan basket!" Balas Hayley
"Tapi kami tidak ikutan tadi!" Seru Nash, Shawn, Jack, dan Matt.
"Aku tidak bicara untuk kalian" kata Hayley sinis.
Tiba-tiba terdengar lagu Try-Colbie Caillat yang memekakan telinga keenam anak itu.
"IPhone Carol!" Pekik semuanya seraya menghampiri tas Carol yang tergeletak di kursi lorong ini.
"Siapa nih?" Tanya Hayley saat melihat hanya nomor yang tertera tanpa nama penghubung.
"Angkat saja. Jangan lupa loudspeaker" suruh Cameron
"Halo?"
"Carol.. kau lebih baik tidak usah kembali ke NYC, kami tahu kau disana sudah memiliki banyak teman yang lebih baik dari kami"
"Hey! Apa maksudmu?!" Hayley bingung pada suara perempuan dari seberang telepon.
"Jangan kira kami tidak tahu, Carol.. kami tahu semuanya dari Kristal. Ternyata selama ini kau tidak menghubungi kami karena ada teman baru ya? Ingat Carol.. kami bukan tissue yang habis kau pakai lalu kau buang seenaknya! Kami punya harga diri. Kami muak berteman denganmu!"
"Cewek gila! Jangan seenaknya berkata seperti itu pada Carol ya! Kau tidak tahu masalah dia apa!" Bentak Jack
"Oowwh.. ada teman-temannya yang siap membela.. aku jadi takut. Hahaha.. aku semakin muak denganmu, Carol.. bye! Mom Lily baik-baik saja."
Tut..tut..tut..
Semuanya mengerutkan kening heran. *aku juga heran akan apa yang sudah aku tulis*.
"Sudah gila.. main membentak gitu lagi! Gatau apa Carol disini itu banyak masalah" gerutu Hayley
"Itu yang namanya teman?" Tanya Matt seraya menggelengkan kepalanya.
Saat sedang mengobrol, dokter keluar dari ruangan Carol.
"Dok, bagaimana keadaan Carol?!" Tanya semuanya penuh harap.
"Kalian siapa?" Tanya dokter yang bernama Rio itu.
"Kami teman-temannya yang membawa Carol kesini" jawab Nash
"Adakah orang tua atau keluarga Carol?" Tanya Rio, typical doctor..
"Aku kakaknya!" Jawab Cameron dan Hayley bersamaan.
"Oh.. baiklah.. mari keruangan saya" ajak Rio seraya berbalik badan dan berjalan.
Keempat lelaki itu menghela nafas panjang saat Cameron dan Hayley berjalan menjauh.
"Aku takut Carol kenapa-napa" kata Jack
"Sialan.. memangnya kau saja?" Tanya Shawn
"Ishh.. aku benar-benar takut" kata Jack
"Sudahlah pikirkan yang positive.." kata Matt
"Gila.. aku benar-benar takut Carol kenapa-napa.. kalau kita dituduh yang membuat Carol begini bagaimana?" Tanya Nash
"Jangan sampai.."
**
Lama menunggu, akhirnya Cameron dan Hayley datang.
Hayley mengelap air matanya lalu duduk disebelah Shawn.
"Ada apa, Cam,Lee?" Tanya Jack yang langsung berdiri.
"Carol.." Cameron menggumam pelan.
"Carol kenapa?" Tanya semuanya.
"Tumor otak"

KAMU SEDANG MEMBACA
strong little girl
Fiksi PenggemarJauh dari keluarga memanglah hal yang sulit untuk diterima dalam kenyataan hidup. Tapi ketika dia sudah bertemu dengan keluarganya, hidupnya malah semakin rumit. Dimusuhi oleh teman-temannya, mendapatkan penyakit, bahkan sampai mengalami kecelakaan...