tiga

80 7 3
                                    

"Rain." ucapan Saga yang membuat Degra menoleh. Dan bertanya.

"Rain?"

"Iya namanya."

Rain?

Teriak Degra dalam hati.

Hujan, waktu itu hujan kan? Apakah nama gadis kecil itu rain?

"Woi!"

Suara Saga memecahkan lamunan Degra.

"Lo jangan apa-apain si Rain lho!" Ujar Degra penuh kecurigaan ke arah Saga.

"Ga lah! Tenang aja gua gak suka cewe kalem! Gue suka, nah yg itu!"

Degra menatap jari telunjuk Saga yang menunjuk ke arah gadis aneh yang sedang melipat origami. Sangat banyak.

"MICHA?" Suara Degra yang kaget yang membuat ia tidak mengendalikan suaranya yang sampai terdengar oleh Micha.

Micha pun menengok ke arah sumber suara yang memanggil namanya, yang membuat Saga panik dan langsung terburu-buru menutup mulut Degra dan memberikan senyuman manisnya ke arah Micha. Micha menatap seolah-olah tidak peduli ke arah Saga, ia malahan melanjutkan aktivitasnya yang terganggu akibat suara teriakan level tinggi.

"Kesel gue sama lo." Kata terakhir Saga kepada Degra sebelum ia menuju ke markas makan siangnya. Setelah itu, Saga langsung berjalan ke arah pintu dengan tujuan untuk keluar dari ruang kelas ini.

Secara tak terduga muncul suara di depan Degra.

"Yeay selese!" Ujar Micha sambil membawa toples kaca yang berisi sesuatu dengan tersenyum bahagia.

"Apaan tuh?" Ucap Degra yang akhirnya merespon.

"Seribu origami bangau biar bisa ngabulin permintaan."

"Dih kayak anak kecil percaya gituan."
Ejekan Degra.

"Kamu mau ga ngabulin permintaanku?" Pertanyaan Micha tanpa menghiraukan ejekan Degra.

"Emang apa?"

"Taman hiburan. Ayo kita ke Taman hiburan. Masalah waktu, nanti aku yang akan mengabarimu."

Degra belum sempat berkata iya, Micha sudah berlari keluar duluan.

Hari pertama ke sekolah ini Degra merasa sangat letih. Akibat faktor diajak lari-lari, guru killer, apalagi Degra disuruh mengabulkan permintaan yang sederhana dari seorang gadis SMA.

Tiba-tiba terdengar suara dari handphone Degra. Terdapat pesan instagram yang masuk. Dari uhuk. Ya, tempo minggu ia mendapat sms nyasar yang berasal dari username uhuk. Degra sempat chat an dengan si uhuk beberapa hari. Namun, tempo hari ia dibuat kesal oleh pesan dari uhuk yang merupakan pesan terakhir yang dikirim dari uhuk. Degra dituduh membeli followers karena jumlah followers Degra yang tak terduga. Tidak usah disebutkan. Namun, kini si uhuk mengirimi Degra pesan lagi. Pesan yang sangat basi.

uhuk : woi

prwngsarged : pn lu mo ndh w lg_-

uhuk : kamu jwahat gatau aku:')

prwngsarged : lu uhuk kn?

uhuk : woi pelit amat nulisnya'_' ucul deh

prwngsarged : trsrh w, cpt ngku nm lu sp.

uhuk : okeh karna ini hanya untuk kamu aku bongkar rahasia namaku.

uhuk : aku misa bego:(

prwngsarged : cie ngaku bego

uhuk : cie ga singkat singkat again:)

uhuk : tadi aku serius:'D

prwngsarged : pntsn ps prtm ktm lo gw ngrs ada hw3 mncrgkn

prwngsarged : *2

Tidak dijawab tidak dibaca, Degra mengakhiri obrolan ini.

Oke terserah.

-Hujan-

Micha meletakkan handphonenya setelah menjawab obrolan dengan Degra walaupun pada akhirnya Degra yang mengakhiri.

Tanpa sengaja senyum berkembang di wajahnya sembari memegang toples berisi seribu lipatan origami bangau yang ia selesaikan dalam waktu satu bulan.

"Micha kamu ngapain lagi sih?"

Lamunan Micha terpecah karena satu suara yang berasal dari tetangga dan teman masa kecilnya. Namanya Ori. Khansa Yorika. Micha biasa memanggilnya kak Ori, walaupun sebenarnya mereka sepantaran. Mereka satu sekolah namun beda kelas. Ori berada di kelas XI-2. Mereka hanya berbeda 4-5 bulan saja, namun Micha sudah terbiasa dari kecil memanggilnya kak Ori. Saat ini Micha juga tengah menginap di rumah yang ia panggil kak Ori tersebut.

"Hm?" hanya kata itu yang keluar dari mulut Micha.

"Itu apa sih yang ada di dalam toples?"

"Huehehe cie kak Ori kepo." Lagi-lagi Micha hanya merespon dengan kekehan.

"Lupain! Sana tidur udah malem."

"Hehe! Buybuy. Oh iya, kak Ori gak tidur?"

"Entar ini masih ngerjain pr buat besok."

"Ih, kenapa baru dikerjain sekarang." Micha mengeluh dengan mendekat Ori untuk melihat pr yang iya kerjakan.

"Kayaknya aku udah pernah dikasih pr kayak gini deh, mau liat? Biar cepet selesai ya!" Micha memohon.

"Ya udah deh."

-Hujan-

Rain yang tengah menikmati hujan sembari meminum teh hangat di ruang tamunya.

"Aku suka hujan." ucap Rain dengan perlahan sambil meneguk teh dari cangkir yang ada di tangannya.

"Rain, sayang." suara familiar terdengar di telinga Rain, yang tidak lain adalah Ibundanya.

"Iya bun?" jawab Rain dengan suara lemah.

"Sudah malam. Ayo bergegas tidur."

"Oh iya, sangkin menikmati hujan Rain sampai lupa kalau ini sudah malam. Bunda duluan saja, Rain mau membereskan ini dulu."

"Tetapi setelah itu langsung tidur ya?"

"Iya bun."

-Hujan-

Hari ini di sekolah ada pelajaran yang digemari anak perempuan, yaitu memasak. Mungkin sebagian laki-laki juga menyukainya. Namun tidak untuk Degra.

"Udah beli semua bahannya?" tanya Saga dengan antusias.

Ya, sepertinya Saga termasuk dalam laki-laki golongan itu. Ia tampak sangat bersemangat. Hal yang tak terduga bahwa seorang Saga jago memasak.

"Udah. Emang lo biasa masak di rumah ya?"

"Sebenernya awalnya gue hobi makan. Terus gue nyoba-nyoba resep baru yang biasa ditayangin di TV jam 10 pagi. Terus ternyata rasanya lumayan, huehehe. Yes, entar gue punya kesempatan buat pamer ke Micha." ucap Saga sambil senyum-senyum lebar dan melamunkan sesuatu. Tak lama terdengar kekehan lagi dari Saga yang membuat Degra menjauh karena takut. Degra berjalan mundur tanpa sadar ia menabrak seorang perempuan.

Rain!?

Itulah namanya.

Bersambung

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang