lima

53 4 0
                                    

"Belum saatnya, karena aku belum menemukan seseorang."

"Apa?" tanya Degra memastikan.

"Udah bel istirahat. Aku ingin es krim." ucap Micha sembari bangun dari posisi duduknya.

"Aku ingin es krim." ucap Micha lagi.

"ES KRIM." ucap Micha lagi-lagi.

Belum ada respon.

"ES KRIM ES KRIM ES KRIM ES KRIM E--" sebelum diucapkan lebih lanjut Degra menutup mulut Micha.

"Iya-iya gue beliin."

Wajah kemenangan muncul di wajah Micha.

"Ehm... yang mana ya?" ucap Micha sembari mengaduk-aduk box es krim. Berbeda dengan Micha, Degra hanya mengambil es krim yang berada paling dekat dengan jangkauan tangannya.

"Woi! Kata kamu yang ini apa yang ini?" tanya Micha sambil menyodorkan satu es krim rainbow dan satu es krim lime.

"Yang lime." jawab Degra.

"Bang, aku beli satu es krim rainbow, orang ini yang bayar." ucap Micha kepada abang penjual es krim. Micha memakan es krim rainbow dengan penuh kebahagiaan.

Jika saat ini Degra dekat dengan tembok. Ia pasti akan menjedorkan kepalanya ke tembok sampai berdarah.

-Hujan-

Rain melanjutkan mengisi buku catatan yang belum sempat ia lanjutkan saat pelajaran berlangsung. Bolpoint yang dipegang Rain menari bebas di atas kertas bergaris yang sekali-kali menjadi fokus mata Rain setelah sekilas melihat papan tulis yang berisi tulisan yang akan Rain catat. Tidak butuh waktu lama, Rain sudah menyelesaikan catatannya. Rain menunggu bel masuk yang tak kunjung datang, dengan sesekali melihat ke arah pintu untuk mengecek barang kali ada guru yang sudah masuk walaupun belum ada bel masuk. Kini mata Rain terfokus pada dua teman sekelasnya yang tidak asing baginya. Mereka Degra dan Micha. Mereka terlihat sangat akrab.Dari dulu Rain ingin mempunyai teman akrab. Sebenarnya ia sudah memiliki satu saat ia masih SMP. Tetapi setelah ia masuk ke SMA, ia belum melihatnya sekalipun. Namanya Mari.

"Ra In!" suara yang tidak asing tertangkap oleh daun telinga Rain yang akan dilanjutkan sampai ke saraf sehingga Rain bisa mendengarnya. Dan ternyata suara itu berasal dari teman yang ia rindukan, yaitu.

"Mari!" teriak Rain. Ia pun memeluk Mari.

"Sudah setahun aku nyari kamu. Kita sih kelasnya jauhan mulu. Baru tadi aku dapat info kelasmu, aku langsung lari kesini." Mari menjelaskan sambil terbata-bata karena menahan isak yang ia tahan selama setahun lebih.

Mereka berduapun tenggelam dalam suasana reunian yang mengharukan.

-Hujan-

Suara telepon rumah yang berdering menggema di ruang tengah rumah Degra. Seorang wanita paruh baya berjalan ke arah meja yang di atasnya terletak telepon yang berdering sedari tadi. Ia mengangkat telepon tersebut.

"Halo. Dengan siapa ini?" pembukaan dari Ibu Degra yang cukup biasa dalam percakapan di telepon. "Oh, temannya Degra." lanjutnya setelah mendengar jawaban dari sang penelpon. "Ya, akan Ibu berikan kepada Degra." tak lama kemudian wanita itu memanggil nama Degra, tak lupa ia menutup bagian bawah gagang telepon agar tidak terdengar sampai ke penelpon. Wanita itu memberikan gagang telepon itu ke Degra. Degra pun menerimanya.

"Halo. Ini dengan Degra." lalu terdengar jawaban seorang perempuan dengan suara khasnya.
"Ayo kita pergi ke Taman Kota. Aku akan menunggu tepat di depan Jam Kota." lalu Degra mengiyakan. Degra terlihat sangat bersemangat, ia langsung mengganti pakaian yang biasa ia pakai ketika pergi. Sangkin bersemangatnya ia pergi tanpa membawa handphonenya yang sempat ia gunakan sebelum ia mendapatkan telepon.

-Hujan-

Suasana yang sama terdapat di rumah Micha. Micha terlihat sibuk memilih pakaian yang akan ia pakai untuk pergi. Ia sengaja memilih pakaian yang jarang ia pakai. Walaupun jarang dipakai ia menyukai pakaian itu. Matanya berbinar-binar menandakan bahwa ia telah menantikan hal ini. Kedua sudut bibirnya naik saat ia melihat dirinya di cermin. Micha membuka wadah make up hadiah dari temannya saat ia berulang tahun, tepat tahun lalu yang belum pernah ia pakai. Sebenarnya Micha tidak terlalu suka pakai make up, tetapi karena hari ini hari yang spesial baginya. Micha memulai dengan memakaikan bedak tipis-tipis di wajahnya agar terlihat senatural mungkin. Micha tak memakai eyeliner karena ia sudah merasa kalau matanya sudah besar. Micha lanjut dengan eye shadow, pensil alis, maskara, sampai lipstik. Tunggu ada yang kurang. Blash on, Micha bingung memilih warna yang sesuai dengannya. Akhirnya Micha memilih warna pink yang sangat dekat dengan warna kulitnya. Selesai, wajahnya sudah tidak terlihat pucat seperti biasanya. Lanjut dengan menggunakan pita kelinci yang bermotif bunga memiliki warna yang dominan ke warna merah. Micha mencoba berbagai ekspresi di depan cermin yang pada akhirnya ia abadikan menggunakan kamera dalam satu foto yang sudah tercetak. Lalu Micha menuliskan sesuatu di belakang foto tersebut.

'Minggu, 10 Desember 2017.
Hai Micha apa kabar? Ini Micha 5 bulan yang lalu. Aku harap hari ini lancar-lancar saja. Agar Micha di bulan Mei mendatang akan bahagia.'

Micha pun mengecek handphonenya.

Degra sudah membaca pesanku. Aku harap dia masih bersiap-siap untuk pergi ke Taman Bermain bersamaku.

Bersambung

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang